Warning TYPO bertebaran!!!
Zahra Pov
Hari ini ada acara rutine yang bisa di lakukan setiap beberapa bulan sekali oleh seluruh keluarga besarku, kami biasa membuat acara kumpul keluarga setiap beberapa bulan sekali guna untuk mengumpulkan seluruh keluarga besar dari ibu, tapi dari semua acara yang terkesan biasa ini ada satu yang membuat aku terasa berbeda.
Dari tempat aku berdiri aku melihat Yuda, laki-laki yang sekarang berstatus calon tunanganku itu sedang bercanda gurau dengan salah satu sepupuku, laki-laki tampan itu terlihat sangat akrap dengan sepupuku yang paling kecil. Sikapnya yang entah kenapa saat ini sangat ramah, membuat aku sedikit heran. Entah kemana sifat dingin yang sudah melekat dalam dirinya hilang digantikan sifat hangat dan juga ramah yang dia tunjukan kepada seluruh anggota keluarga dari ibuku.
"oh.. itu toh calonya Zahra.. Ganteng banget, bule ya ra?" salah satu tanteku menghampiriku dan bertanya membuatku hanya menampilkan senyuman canggung, antara bingung ingin menjawab apa dan merasa malu juga.
"iya, kenal dimana ra ? duh... coba aja mba yang ketemu duluan, udah mba sikat tuh bule" aku menanggapi itu hanya dengan senyuman singkat dan langsung pamit dan berjalan kearah Yuda yang masih saja bercanda gurau dengan salah satu sepupuku.
"mas Yuda, dipanggil mama tuh. Katanya udah waktunya makan" rasanya sangat aneh menanggil pangilan yang aku gunakan kenapa laki-laki yang ada di depanku, sementara Yuda mendengar panggilanku itu langsung saja tersenyum tipis lalu menganggukan kepala singkat lalu mengalihkan tatapannya kembali ke arah sepupuku.
"baiklah, waktunya istirahat putri kecil. Kamu sudah makan ?" tanya Yuda kepada sepupuku yang berumur 10 tahun bernama Rani.
"belum, Rani belum makan" katanya dengan nada manja sementara aku hanya menggelengkan kepala melihat sifatnya yang terkadang terlewat dari kata biasa untuk gadis seusianya.
"Ok baiklah kita makan bersama ya" kata Yuda dengan senyuman hangat yang di sambut girang oleh Rani.
"Ok om. Tapi... om mau nggak gendong Rani sampai ruang makan ?" katanya dengan manja sekali lagi, membuat aku langsung saja menatap kelinci nakal ini dengan tatapan tajam.
"tidak boleh, Rani sudah besar. Tidak boleh di gendong, kasihan nanti omnya kelelahan" kataku dengan tegas sementara Rani langsung saja menatapku dengan cemberut sementara Yuda hanya melihatku dengan senyuman tipis.
"tidak ada bantahan atau kak Ara gak bakalan kasih jatah puding coklat buat hari ini" kataku dengan setengah mengancam yang sukses membuat dia diam seribu bahasa dan langsung saja berlari ke arah mamanya.
"berasa kamu yang menjadi mamanya kalau seperti itu" aku melirik sekilas laki-laki yang ada di sampingku yang sedang menatapku dengan tangan melipat di dada.
"gak usah ngajak ribut deh, mas sudah sudah di tunggu dari tadi tuh sama mama dan yang lain" kataku dengan setengah malas dan langsung saja berniat melangkahkan kakiku.
"mas ? sepertinya tidak terlalu buruk juga" katanya setelah menyamai langkah kakiku menuju taman belakang rumahku. wajahku memerah karena Yuda yang membahas panggilan yang baru saja aku tujukan kepadanya, mencoba menghilangkan rasa malu ini aku berusaha untuk setenang mungkin membalas perkataan dia walau wajahku sudah memerah malu di buatnya.
"jangan besar kepala dulu, di sini banyak orang. gak enak kalau aku memanggil kamu sebutan om. Lagi pula ini juga permintaan dari mama" kataku membela diri. Sementara Yuda hanya mengangkat bahunya acuh lalu mengikuti langkah kakiku ke ruang makan dimana semua saudaraku sudah berkumpul di sana menikmati makan mereka masing-masing.
"eh Yuda... sini, sini. Ambil makananmu, kita makan bersama ya" mama memanggil Yuda ketika melihat kami datang membuat aku sedikit cemberut karena seakan-akan mama melupakanku sebagai anaknya dan lebih memerhatikan Yuda tapi aku berusaha mengenyahkan pemikiran kekanak-kanakanku itu dan memulai makan bersama dengan yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Doctor
RomanceAzahra Putri Wijaya, seorang mahasiswa di salah satu kampus swasta di Indonesia, baru saja mengalami kecelakaan yang mengubah hidupnya secara tiba-tiba. Saat dirawat di rumah sakit, dia dipertemukan dengan Yuda Permana Hardiansyah, seorang dokter ta...