•Four

805 148 8
                                    

When I Wake Up (Kaisoo Ver.)

-Enjoy it-

Aku melangkahkan kakiku menyusuri jalanan di kota Seoul. Ya, aku diperbolehkan oleh appaku untuk ke Seoul. Niat awalku memang ingin ke kota, tapi aku berubah pikiran. Jadinya, aku meminta izin untuk berangkat ke Seoul dan pulang lusa. Aku baru saja turun dari bis beberapa menit lalu, dan saat ini aku sedang memikirkan akan kemana kulangkahkan kakiku ini. 

Berhubung hari sudah sore, dan tadi akupun belum makan siang jadi kuputuskan untuk mencari sebuah restoran. Tapi aku tidak tahu restoran mana yang menyediakan menu yang enak. Bagaimana ini? 

Aku menolehkan kepalaku ke setiap sudut jalanan ini, dan.... kutemukan sebuah kedai yang terletak di seberang jalan. Kedai itu tidak begitu besar, tapi cukup ramai. Dan tempatnya terlihat nyaman juga menarik, jadi aku akan kesana saja. 

Aku segera melangkah menuju ke tempat penyebrangan, sambil menunggu lampu berubah menjadi hijau, aku memainkan ponselku hendak mengganti lagu yang kuputar. Tanpa kusadari lampu sudah berubah menjadi hijau, dan saat aku mendongakkan kepalaku, tinggal 5 detik lagi lampu akan berubah menjadi merah. Karena jalanan ini begitu lebar, tidak mungkin aku sampai di sebrang hanya dengan waktu 5 detik. Jadi lebih baik aku menunggu lampu hijau kedua. 

Tiba-tiba  aku melihat seorang pria sedang menelepon sambil berjalan cepat dan sepertinya ia tidak melihat lampu untuk pejalan kaki itu sudah berkedip cepat. Dan, ia juga tidak tahu jika ada mobil yang sedang melaju kencang dari samping kanannya. Aku yang melihatnya, ingin berlari kearahnya dan menarik pria itu agar tidak tertabrak. Tapi sayangnya itu hanya anganku saja, baru aku melangkahkan kakiku ke arahnya, mobil tersebut sudah menabraknya dan refleks aku langsung melepas earphoneku lalu berlari dengan cepat untuk menolong pria itu. 

Kulihat ia berlumuran darah, dan matanya terlihat sayu menatap ke arahku. Aku menggenggam tangannya, karena aku merasa ada sesuatu yang ingin ia sampaikan padaku. Anehnya, suara dari pikirannya tidak terdengar olehku, itulah hal yang membuatku mendekat ke arahnya. 

"Seseorang tolong panggil ambulans! Cepat!" teriakku pada orang-orang yang mengerumuniku dan pria itu

"Sudah nona, dan semenit lagi mereka sampai" ucap seorang wanita paruh baya yang ada di kerumunan itu

Saat aku menggenggam tangan pria itu, aku merasakan kalau aku melihat sesuatu dalam dirinya. Entah apa itu, tapi seperti yang aku katakan tadi ia terlihat ingin menyampaikan sesuatu padaku tapi ia tidak bisa. Saat aku asik dengan rasa penasaranku, ambulans datang dan menyuruhku untuk ikut naik agar mendampingi pria itu. Dan aku menurutinya, karena aku juga ingin memberitahukan kabar ini kepada orang tuanya. 

-----------------------------------------------------------

Pria itu ditangani dengan cepat oleh pihak rumah sakit dan kudengar ia membutuhkan operasi. Perawat menghampiriku untuk mengonfirmasi pembayaran dan persetujuan wali.

"Nona, maaf kami membutuhkan persetujuan wali dan juga mengurus administrasi rumah sakit" ucap perawat itu

"Tapi sus, aku bahkan tidak kenal dengan pria itu" jawabku 

"Bisakah nona mencari tahu kerabat atau orang tuanya? dua hal itu harus segera diurus karena pasien harus segera di operasi" tuntut si perawat

"Aku akan mencobanya, tapi bisakah tangani dulu pasien itu? Jika memang dia harus segera dioperasi dan tidak bisa menunggu" jawabku mulai khawatir

"Akan saya usahakan nona, kalau begitu saya permisi. Jika bisa, nanti anda harus segera memberitahu saya tentang kerabat atau orang tuanya" pamit perawat itu dan meninggalkanku menuju meja kerjanya

Aku yang daritadi memegang ponsel pria itu, langsung mencari kontak telepon orang tuanya atau siapapun keluarganya. Tapi, setelah 5 menit aku mengecek satu-satu kontak teleponnya tak ada satupun kontak yang menunjukkan nama atau tulisan 'appa' 'eomma' bahkan 'hyung' atau 'dongsaeng' nya. Lalu aku melihat kontak yang terakhir kali ia hubungi. Tanpa pikir panjang aku menghubungi kontak itu dan memberitahukan kabar ini. Tak peduli ia siapa, entah itu teman atau kerabat dekatnya yang penting aku sudah memberitahukan kabar ini. Jika yang kuhubungi tadi sudah datang dan mengurus semuanya, aku akan segera pergi agar tidak terlibat lebih dalam lagi. 

----------------------------------------------------------

Sekitar pukul 7 malam orang itu baru datang. Ia menghampiriku untuk menanyakan keadaan pria tadi setelah sebelumnya ia bertanya pada perawat di meja resepsionis.

"Apakah anda yang menolong teman saya?" tanya orang itu

'Ah, jadi ini temannya' 

"Iya, maaf kalau aku mengganggu waktumu. Aku tidak tahu harus menghubungi siapa, dan aku menghubungi kontak yang terakhir ia hubungi saja karena aku tidak menemukan kontak orang tua atau keluarganya" jelasku

"Iya tak apa, memang temanku itu sudah tidak memiliki keluarga. Bisakah kita mencari tempat duduk? Aku akan mengatakan beberapa hal tentangnya" ajak orang itu

Aku hanya mengangguk dan mengikutinya dari belakang. Eh, sebentar, tunggu dulu. Kenapa aku mengikuti pria itu? Bahkan aku berniat pergi tadi agar aku tidak terlibat lebih dalam dengan kehidupan orang lain. Tanpa sadar aku menghentikan langkahku.

"Hey, nona? Kenapa melamun? Ayo ikuti aku" ujar orang itu

"Maaf tuan, aku bahkan tidak mengenal pria itu. Dan kau kenapa ingin memberitahuku tentang pria itu? Lebih baik aku pergi dan anda juga lebih baik menghubungi kerabatnya yang lain untuk menemani anda" jelasku

"Keadaan saat ini sangat rumit, bisakah kau menolongku nona?" ucap pria itu terlihat serius

Aku bingung, kenapa orang ini terlihat begitu serius? Dan apakah aku harus mengikutinya? Untuk apa? Dan apa aku harus menolongnya? Jika aku menolongnya, apa yang akan kukatakan pada appa, eomma dan Jungwoo?



Siapakah dua orang pria ituu? haha give me comment 

Sengaja cerita ini nggak panjang-panjang supaya nggak males aku ngetiknya hehe 

TGIF WakeUp-ers! See you next chapt ya!

When I Wake Up [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang