Seperti biasanya setiap sore aku melihat Senja datang yang menyapa lalu pergi meninggalkan kenangan terindah.
Namun tak halnya dengan cinta yang datang begitu indah namun meninggalkan begitu pahit dikenang."Eh adik gue penggemar senja, disini" cetus kak Anugerah tiba-tiba duduk disamping ku.
"Kenapa? " balas ku melirik kearahnya.
" Nggak ada, kata mama lo punya cowok ya. Aduh udah bisa pacaran " ujarnya menggoda.
" Apaan si kak, nggak ada. Boro Boro pacaran jadian aja belum" balas ku dengan nada kesal.
"Oh jadian belum, Ya Allah semoga adik ku ini selalu bahagia dengan yang dia pilih " ujarnya bagaikan berdoa menatap langit.
" Lebay banget " balas ku meninggalkan dia diteras atas berjalan menuju anak tangga kebawah.
"Hei Senja sini dulu, ayah mau bicara" ucap ayah duduk diruang tamu.
"Iya, yah ada apa? " balas ku duduk disamping ayah.
" Gini ayah ada acara party gitu dan diacara itu harus bareng dengan 1 anggota keluarga, nah ayah mau ngajak kamu? Mau kan " jelas ayah panjang lebar.
"Kenapa nggak sama mama atau kak Anugerah?" tanya ku
"Mama nggak bisa kalau kakak kamu sibuk dengan ujian kuliah nya " tutur ayah menjelaskan.
" Ya udah, kapan? " balas ku melihat ayah.
" Besok malam 08.00 abis sholat isya " ujar ayah tersenyum lebar kearah ku.
" Ya udah, siap bos " ucap ku kepada ayah.
Waktu demi waktu berlalu, malam semakin gelap keheningan menyambut dengan suara jangkrik.
Membuat ku terlelap hingga pagi menyambut dengan teriknya yang terang.Dengan siap aku bergegas kebawah, melangkahkan kaki menuju tangga dan sarapan pagi.
"Nja hari ini kamu bagi rapot kan? Orang tua hadir juga? " tanya mama ku sembari mengoles selai ke roti.
" Iya ma, nggak lah emang masih anak Tk pake ortu ngambilnya " ujar ku manyun dan geli.
"Assalamualaikum" ucap seseorang dari depan rumah.
"Aku aja ma " ucap ku kepada mama sembari berjalan kearah pintu.
"Kak Liant" ujar ku heran.
"Hai Nja" ucap nya tersenyum.
"Kenapa ya kak? "
" Bareng " balas nya.
"Hmm, sekarang?" tanya ku.
"Iya, gue tunggu depan "
" Ok"
"Ma "ujar ku sembari berjalan menuju meja makan.
" Apa? " tanya mama ku.
" Senja berangkat ya "
" Iya, panggil Kakak dulu gih"
"Nggak osah ma, Senja bareng kak Liant " ujar ku kepada mama yang tampak senyum senyum.
" Oh ya udah, hati-hati " balas mama dengan nada sindir.
" Iya" tutur ku mencium tangan mama dan meninggalkan mama di ruang makan dengan senyum sindirnya.
"Udah? " tanya kak Liant.
"Udah"
"Ni, pake" ucap nya menjulurkan helm.
Tak butuh lama ke sekolah karena kali ini kami melewati jalan pintas agar tidak terjebak macet.