Agnes tidak tahu bahwa dibalik semak-semak itu ada ular yang mengincarnya. Ular berwarna hijau yang bisanya sangat mematikan kalau tidak segera tertolong. Warna hijau sama seperti rumput itu sehingga Agnes tidak menyadarinya.
Ketika Agnes mulai menggunting rumput di dekat ular itu, dengan secepat kilat ular itu menggigit tangan kiri Agnes. Agnes terkejut dia langsung mengibaskan tangannya, ada bercak bekas gigitan ular itu. Tubuh Agnes tiba-tiba terasa aneh, sakit karena gigitan dan juga panas pada tubuhnya. Dia langsung meneriaki nama Sagara untuk meminta pertolongan.
"Sagara! Tolongin gue!"
Sagara yang sedang bermain ponsel di sofa memghentikan aksinya karena mendengar teriakan, tapi karena Sagara tidak mendengar terlalu jelas dia melanjutkan bermain ponselnya.
"Sagara!!"
Dan teriakan itu membuat Sagara langsung berlari keluar, dia melihat Agnes yang sudah lemas di taman depan rumahnya. Sagara langsung menghampirinya, Sagara melihat tangan Agnes yang sedari tadi Agnes pegang dengan erat. Ada bercak, seperti gigitan ular. Bukan sepertinya lagi, tapi ini sudah jelas bahwa gigitan ular.
Berdasarkan pengalaman yang dia miliki dan sering dia melihat di film-film, Sagara segera mengikat tangan kiri Agnes agar bisa dari ular iti tidak menyebar. Kemudian dia menggendong Agnes menuju mobil dan langsung pergi ke rumah sakit.
Baru kali ini dia membuli seseorang dan baru kali ini juga Sagara dibuat khawatir seseorang karena ulahnya. Sagara menunggu di depan pintu UGD, dia berharap tidak terjadi apa-apa dengan Agnes. Dia juga tak lupa menghubungi Feby dan Iqbal, ingin sekali dia menghubungi keluarga Agnes tapi Sagara masih tidak punya keberanian untuk menelpon atau sekedar mengirim pesan.
Pintu UGD terbuka menampilkan seorang dokter yang keluar dari ruang itu, "bagaimana keadaan temen saya dok?"
"Temen anda tidak apa-apa, bisanya juga belum menyebar ke seluruh tubuhnya. Tapi dia harus dirawat beberapa hari disini untuk memulihkan keadaannya."
Sagara menghela napas lega, "apa saya boleh menemuinya dok?"
"Boleh, tapi nanti sajaa kalau sudah dipindahkan di ruang rawat inap. Kalau begitu saya permisi."
Sagara menghela napas, dia takut Agnes kenapa-napa apalagi itu karenanya. Sebenarnya dia sedikit menyesal telah memberi hukuman yang bisa menyelakainya.
"Agnes lo apain Gar?" Sagara menatap kedua temannya yang baru datang.
"Dia digigit ular."
"Emang lo kasih hukuman apaan?"
"Gunting rumput di depan rumah."
Feby begitu emosi setelah mendengar penjelasan dari Sagara. Ingin sekali Feby menghajar sahabatnya itu. Tapi dia urungkan karena dia masih ingat untuk merahasiakan hubungannya dengan Agnes. Feby merasa sangat bodoh karena tidak bisa menjaga seseorang yang paling disayangnya.
"Terus keadaannya gimana sekarang?"
"Kata dokter sudah tidak apa-apa karena bisanya belum menyebar. Tapi dia harus dirawat disini dulu untuk memulihkan keadaannya."
Feby merasa sedikit lega karena Agnes masih bisa tertolong. Dia masih menatap Sagara yang masih terlihat khawatir, Feby sedikit curiga apakah Sagara dengan cepat mempunyai rasa dengan Agnes? Tidak mungkin mereka aja baru kenal hari ini, tidak mungkin langsung kenal.
---------
Sagara menatap wajah pucat Agnes, dia tidak menyangka kalau kejadiannya akan seperti ini. Kenapa dia tidak memikirkan resiko dari ini semua. Sagara masih setia menatap Agnes, dia berharap Agnes segera sadar meskipun Agnes masih terpengaruh dari obat bius tapi akan lebih tenang kalau Agnes segera membuka matanya.
Sagara melihat pergerakan dari Agnes dengan segera dia memanggil dokter untuk mengecek keadaan cewek itu. Setelah dipastikan keadaan Agnes sudah membaik Sagara bernapas lega.
"Udah puas lo?"
Sagara diam, memang ini salahnya. Kenapa dia begitu ceroboh tidak melihat dulu lokasi untuk menghukum Agnes.
"Kenapa diem? Udah tau salah lo dimana?"
Kenapa Sagara menjadi pendiam seperti ini, "hukuman lo masih tetap berlaku."
Agnes mendelik, dia tidak percaya dengan ucapan Sagara. Setelah dia hampir kehilangan nyawanya dan Sagara masih ingin menghukum dirinya.
"Besok lo udah boleh pulang dan artinya besok lo harus menyelesaikan hukuman lo."
Agnes menghela napas, memang Sagara tidak punya perasaan. Baru juga dirinya terkena musibah dan itu karena Sagara, "kasih gue waktu buat istirahat gitu. Lo nggak tau kan gimana sakitnya digigit ular?"
"Satu hari cukupkan."
Agnes menatap punggung Sagara dengan kesal. Kenapa harus berurusan dengan Sagara?
--------
"Agnes bukannya lo lagi sakit ya? Kok sekolah? Terus surat yang tadi, suratnya siapa dong?"
Agnes menatap Clarisa, siapa yang memberi surat ijin itu? Padahal masalah ini tidak ada yang tahu. Apa mungkin Sagara? Tidak mungkin Sagara akan sebaik itu.
Cling!
Feby : Lo gimana sih kan gue suruh lo istirahat dirumah. Kenapa malah sekolah?
Agnes membaca pesan itu sekilas dan langsung menutup ponselnya karena dia takut rahasianya akan terbongkar.
"Agnes, lo sakit apaan sih?"
Agnes beralih menatap Renata yang ada di depannya, "siapa yang sakit?"
"Terus surat ini untuk siapa? Bahkan disini tertulis nama lo dan kelas lo. Di kelas kita yang namanya Agnes kan lo doang."
"Gue juga bingung," Agnes memutar bola matanya. Agnes sedang mencari seseorang yang telah membuat surat palsu itu.
Matanya bertemu dengan ketiga cowok yang sedang berjalan dengan menebar pesona. Siapa lagi kalau bukan Sagara, Feby dan Iqbal.
Cling!
Feby : Sia-sia gue bikin surat semalem.
Benar dugaannya kalau Feby yang telah membuat surat itu. Kenapa Feby tidak bilang, kalau gini kan dia bisa bolos.
Agnes : Telat. Gue udah disekolah dan lo baru bilang.
Balasan yang baru dikirim oleh Agnes bersamaan dengan bel masuk berbunyi.
-----------
Penasaran dengan hubungan Feby sama Agnes???
Jangan lupa vote dan komennya ya
KAMU SEDANG MEMBACA
HANIS SAGARA PUTRA (Completed)
Teen Fiction"Tuh Gar, orang yang nyuri helm lo!" Gimana selanjutnya? Penasaran? Langsung baca aja😊