Dua cewek sedang berjalan ke arah parkiran. Mereka ingin mengambil sesuatu yang tertinggal di jok motor-nya. Setelah sampai, Agnes-pemilik motor itu terkejut melihat motornya. Karena terdapat sebuah goresan yang cukup menyayat hati pemiliknya.
"Motor kesayangan gue!" teriak Agnes histeris. Agnes mengelus goresan itu berharap bisa hilang seketika, meskipun itu tidak akan terjadi.
Agnes menatap motor yang ada di sampingnya. Agnes bisa meyakini bahwa motor ninja inilah yang membuat lecet motor-nya. Sebuah ide jahil terlintas di otak Agnes.
Clarisa-teman Agnes yang melihat gerak-gerik sahabatnya, menatap dengan curiga, "lo mau ngapain?"
"Mau balas dendam," jawab Agnes dengan diiringi senyum miring.
Agnes langsung mengambil helm di motor ninja itu kemudian ia taruh di motor butut yang terletak di paling ujung parkiran. Cukup jauh dari motor-nya.
"Nes, kalau pemiliknya tau gimana? Lo nggak takut?"
"Biarin aja," jawab Agnes santai tanpa memikirkan kejadian apa yang akan terjadi setelah ini.
Agnes merutuki kebodohannya, kenapa dia tidak berpikir dulu sebelum bertindak. Itu helm milik Sagara, orang yang sangat ingin dihindari oleh Agnes. Tapi malah dia punya masalah dengan Sagara. Apakah besok dia akan selamat dari Sagara setelah melihat dirinyalah yang menghilangkan helm itu? Tuhan bantu Agnes besok.
"Kan tadi gue udah bilang sama lo, kalau pemiliknya tahu gimana. Dan ternyata itu milik dari Sagara."
Agnes menatap Clarisa sebentar, kemudian menatap jendela kamarnya, "gue nggak bisa bayangin gimana gue besok."
Clarisa menatap Agnes kasihan, sebenarnya dia juga tidak ingin sahabatnya itu terkena masalah. Tapi itu adalah akibat dari kecerobohannya.
"Apa besok gue ijin nggak masuk aja ya?"
"Besok ada ulangan, ingat Nes. Lo nggak mau kan ulangan susulan sendiri."
Agnes menggeleng kemudian menghembuskan nafasnya. Andai saja besok kelasnya tidak ada ulangan, mungkin besok adalah hari terbaik Agnes untuk menghindari Sagara.
"Gini aja deh, besok kalau lo bertemu Sagara lo langsung lari aja terus cari persembunyian yang aman."
"Ide yang bagus tuh," Agnes harus siap menghadapi hari esok, lari dari Sagara, sembunyi dari Sagara.
Esoknya Agnes berangkat sekolah menggunakan masker dan juga kacamata, agar dia tidak mudah di kenali oleh Sagara. Untuk antisipasi dari Sagara saja.
Dari kejauhan dia melihat geng Sagara sedang berjalan di koridor, dengan segera Agnes bersembunyi di ruangan yang dekat dengan dirinya berdiri saat ini. RUANG GURU.
Untung aja ruangan itu masih sepi, Agnes menghela napas lega. Kemudian dia mengintip dari balik pintu, sudah tidak ada Sagara. Ini kesempatan dirinya untuk segera pergi ke kelasnya.
Bruk
Agnes membenarkan kacamatanya yang sedikit turun. Kemudian dia menatap orang yang menabraknya itu. Feby. Sungguh terkejutnya Agnes kalau yang menabraknya adalah Feby.
"Lo ngapain buru-buru?"
Agnes melihat keadaan sekitar untuk memastikan tidak ada Sagara, "lo tau siapa gue?"
"Tau lah, meskipun lo nyamar kayak cowokpun gue tau. Lo ngapain sih kayak teroris gini?"
"Gue kayak gini itu karena temen lo."
Feby tau kalau Agnes sedang menghindari Sagara. Semalam dia mengirim pesan kepada Agnes untuk selalu hati-hati dengan Sagara. Apa hubungan Feby dengan Agnes? Mungkin masih belum bisa untuk di ceritakan. Tidak banyak yang tau tentang hubungan Agnes dengan Feby, karena mereka tak pernah dekat jika di sekolah seperti tak saling kenal.
"Cepet pergi atau lo bakal ketemu dengan Sagara."
Agnes menatap Feby kemudian dia langsung berlari. Membuat Feby tersenyum kecil kemudian dia juga ikut pergi.
Setelah sampai di kelas Agnes bernapas lega, karena sampai dengan selamat. Memang saat dirinya lari banyak yang memandangnya aneh, Agnes tak memikirkan hal itu yang penting dia sampai di kelas.
"Agnes lo sakit?" Agnes menatap ketua kelasnya kemudian menggeleng.
"Kalau lo nggak sakit ngapain lo pakek masker terus kacamata hitam kayak gitu?"
"Menjalankan misi."
Agnes menghampiri teman-temannya sedang bergosip itu. Dia merasa senang punya teman seperti mereka, yang tak memandang latar belakang, selalu membantu satu sama lain, paling heboh dikelas, dan saling menghargai.
"Kalian harus bantu gue."
"Kita semua sudah tahu masalah lo. Lo kenapa sih ngilangin helmnya Sagara? Kenapa nggak sekalian ngilangin motornya. Biar keren." Agnes menatap Angel malas, kemudian menatap Clarisa pasti dia yang telah menceritakan masalah ini.
"Agnesku sayang, gimana caranya kita bantuin lo. Lo tau sendiri anggotanya Sagara itu banyak. Bahkan nih ya salah satu temen sekelas kita ada yang jadi anggotanya Sagara."
Agnes mendelik, kenapa dia tidak tahu kalau temen sekelasnya ada yang satu geng dengan Sagara, "apa perlu gue pindah sekolah ya, biar gue dengan mudah menghindari Sagara?"
"Cuma masalah helm aja lo bela-belain pindah sekolah Nes, mending ya lo beli helm yang sama kemudian lo kasih ke Sagara. Masalah selesai kan?"
"Apa Sagara mau?"
"Nggak mungkin Sagara nolak, kan barang baru."
Apa yang dibilang Renata ada benarnya. Apakah dia harus mengikuti saran dari sahabatnya itu.
"Tuh Gar, orang yang nyuri helm lo!"
Agnes menoleh ke arah pintu, dia mendapati Sagara yang menatapnya tajam. Kemudian dia menatap Feby untuk meminta bantuan, tapi Feby menggeleng seakan dia tidak bisa membantunya, "guys, gue gimana?"
Semua temannya menatapnya iba, ingin sekali membantu Agnes tapi membantu apa? Mereka tidak bisa melawan Sagara, bukan melawan melainkan terpesona.
-----------
Gimana untuk part yang ini?
Klik bintang dibawah dan juga komen sebanyak-banyaknya biar makin semangat nih.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANIS SAGARA PUTRA (Completed)
Fiksi Remaja"Tuh Gar, orang yang nyuri helm lo!" Gimana selanjutnya? Penasaran? Langsung baca aja😊