TAKDIR : [TUJUH]

1.2K 76 2
                                    

**

Pagi hari ini terasa berbeda buat Prilly seperti tak bersemangat karena memikirkan satu dan lain hal.

"Jangan di pikirin." Ali berucap dengan tangan yang mengelus kepalanya.

"Bingung Li."

"Kenapa,, nggak percaya sama aku?" Ali berusaha tetap tenang walau hatinya sedang tak karuan.

"Bukan begitu tapi aku bingung harus bersikap apa." kata Prilly frustasi dengan bayang-bayang semalam yang terus berputar dikepalanya.

"Inne?"

"Yees. I'm here!!"

"Mau ngapain?"

"Mau kasih kado buat keponakan gue yang paling cantik." Inne berkata dengan senyum miring, "bytheway, gue nggak disuruh masuk?" tambahnya. Pada akhirnya Prilly mempersilakannya masuk kedalam yang akan bertemu langsung dengan semua orang yang berada diruang makan.

"Wah, ada Ali. Apa kabar Li?" Inne berkata senang.

"Kok lo masih mau sama dia Prill? bukannya dia masih pacaran sama Lia ya? kemarin gue liat abis jalan." Inne berucap dengan senyuman penuh arti.

"Lo kalo ngomong jangan ngelantur." bentak Ali pasalnya kemarin Prilly dan Aletha ikut bersamanya namun saat itu mereka sedang di toilet.

"Bener kan?"

"Inne, ada Papa sama Mama Ali jangan beciara kaya gitu." Prilly berkata menahan.

"Gue ini sahabat lo, gue berdiri buat ngebela lo!! karna lo nggak pernah pantes sama cowok brengsek kaya dia." Inne berteriak lantang membuat Reva ikut geram dengan kelakuannya.

"Tau apa kamu soal anak saya?" Reva angkat bicara, maju selangkah mendekat pada gadis itu.

"Jelas tau karena dia pernah menjadi bagain masalalu saya." Inne berkata dengan senyum sinis.

"Masalalu? heh, Nggak usah kepedean gua nganggep lo temen biasa sama kaya yang lain, tapi ternyata lo salah mengartikan kebaikan gue." sarkastik Ali membuat Inne mengeram marah.

"terserah apa kata lo dan Aletha sayang nih kado dari aunty. Ohiya hati-hati sama dia Prill." Inne membalas lalu berjalan keluar, "Gue pulang." tambahnya.

"Harusnya gue yang bilang, kalo Prilly harus hati-hati sama manusia macam lo." teriak Ali yang mungkin masih bisa di dengar Inne.

"Prilly, are you okeey?" panggil Ali memecahkan lamunan Prilly.

"Hahh-- Mmm iya, nggak papa."

"Kamu ragu sama aku,, ragu buat kembali?" tanya Ali menatapnya intens sampai Prilly menggeleng cepat.

"Nggak ragu. Lagian aku yakin sama kamu, aku juga percaya sama kamu." ucap Prilly dengan senyuman, "Tapi aku baru tau satu fakta, bahwa sahabat baikku menyukai calon suamiku." tambahnya lirih.

"Stop mikirin dia! nggak penting juga dan jangan pernah perduli sama dia lagi, okeey?" Prilly akhirnya mengangguk patuh, mungkin ini jalan yang terbaik.

"Kak Prilly?" sapa Lia yang berjalan dari depan lalu duduk di sampingnya.

"Kenapa?" Prilly membalasnya dengan tenang juga masih menampilkan senyum terbaiknya.

"Jangan pernah punya pikiran negatif tentang aku sama bang Ali ya kak? sumpah aku sama bang Ali gak pernah ada apa-apa, kita real adik kaka kok kaya aku sama kak Prilly. Maaf ya dulu aku belom sempet ngejelasin dan terlambat, maaf juga karena aku kakak dibully sampai sekarang aku nyesel." Lia berucap tulus dari dalam hati.

"Nggak papa insyaallah dibalik semua masalah ini ada hikmahnya dan bisa kita jadiin pelajaran kan, sekarang kakak percaya sama kamu terutama bang Ali."

"Kenapa kakak baik banget? aku beruntung bisa kenal kakak dengan baik, makasih kakak kusayang." Lia memeluknya setidaknya Ali yang turut menonton ikut tersenyum bahagia, karena Prilly akan percaya nantinya.

"Prill nih tadi gue nggak sengaja lewat depan toko terus gue inget lo, so gue beli deh." Kenny berkata saat berada dihadapan tiga manusia ini.

Prilly mengerutkan keninganya, akhir-akhir ini seperti ada yang berbeda dengan Kenny, ia selalu membawa makanan yang berbeda-beda dan parahnya yang ia hanya membawakan untuk Prilly padahal banyak pemain lain.

"Makasih ya?" saut Prilly melihat isi makanan, Ali langsung menunjukan muka tak sukanya.

"Titip buat Aletha juga ya, waktu itu nitip boneka ini sama temen yang lagi di Italia." Kenny berucap kembali.

"Kesambet apaan lo, hampir tiap hari bawain buat Prilly sama anak gue." Ali berkata sinis.

"Kenapa sih emang ada larangannya, apa lo cemburu?" Kenny berucap tak kalah sinis.

"Kalau gue cemburu kenapa! Dan detik ini gue ngelarang lo buat deketin Prilly apalagi anak gue." Ali berucap tak selo.

"Prilly nggak pernah protes dan lo nggak berhak buat ngelarangnya!"

"He's mine." ucap Ali tak terbantahkan.

"Kok malah berantem." Prilly  berkata melerai.

"Gue makasih banget sama lo Kenny tapi bener lo nggak seharusnya selalu bawain gue, karena ini berlebihan sorry." tambah Prilly menatapnya sendu.

"Lo ngerti nggak sih, gue ini suka sama lo." Kenny berkata sarkastik. Ali pun langsung beranjak lalu sedikit mendobrak pintu, ia marah juga cemburu.

"Are you kidding with me? Kenny ayolah, gue udah anggap lo sahabat. Maaf gue nggak bisa bales perasaan lo karena gue--Mmm pokoknya nggak bisa." Prilly berucap selembut mungkin agar tak menyakitinya walau kenyataanya dia terluka karennya, untungnya Kenny bukanlah sosok orang yang egois. Dia menerima semua dengan lapang dada, dia mengerti bahwa dua pasang manusia itu masih saling mencintai.

"It's okeey. Tapi terima ini buat yang terakhir." Kenny berkata dengan senyum indahnya, Prilly mengangguk dan memeluknya erat mengucapkan beribu kata maaf.

"Thanks."

Tbc

TAKDIR.Where stories live. Discover now