TAKDIR : [DUA PULUH]

800 49 21
                                    

Hari ini baik Ali maupun Prilly lagi diperjalanan untuk menjemput putrinya disekolahnya sedangkan Ale ditinggal dirumah bersama babysisternya.

"Udah cantik." saut Ali saat melihat istrinya kembali men-touchup liptin berwarna merah muda ala korea.

Prilly terkekeh melihat suaminya mulai menunjukan sisi posesifnya lalu mulai berfoto sampai empat sesi dan Ali yang melihat mendelik tak suka. "Aku marah kalau kamu masukin foto itu ke-Instagram." dumel Ali.

"Kenapa?"

"Di foto kamu terlalu cantik sayang." Prilly memutar bola matanya suaminya terlalu lebay ah memang suaminya saja yang posesif akut.

"Iya-- eh, Pa itu bukannya Inne?" ucap Prilly menelisik menatap seseorang yang berdiri di depan gerbang sekolah putrinya mau tak mau Ali mengikuti arah pandangannya ia menggeram marah lalu mempercepat laju mobilnya.

"Tahan emosi kamu okay." Prilly berkata sembari mengelus lengan suaminya lalu kami turun menghampiri seorang yang membuat emosi.

Ali menghampiri sangat menggebu untuk apa dia berada di sekolah anaknya. "Sayang kamu harus inget kita ada diluar banyak orang, jangan sampe karir kamu rusak." tambah Prilly yang mampu membuat suaminya mengatur emosi.

"Inne?" sapa Prilly membuat perempuan itu menoleh dengan senyuman yang sulit diartikan.

"Haii Prill, long time no see." kata Inne sambil menatap Ali sinis. "Ngapain lo bawa si brengsek." tambahnya.

"He is myhusband."

"Saya yang harus tanya, ngapain anda disekolah anak saya. Ha?!!" ucap Ali menahan emosi.

"Aletha anak sahabat gue dan lo cuma ayah yang nggak bertanggung jawab." Inne berkata tegas.

"Bisa anda jaga omongan yang tak sesuai fakta? Demi apapun istri saya gak pantes punya sahabat macam lo." Ali menatap Inne tajam.

"Waw munafik sekali.. terus kemarin yang ninggalin sahabat gue demi perempuan lain? Haha." Inne berkata sengit.

"bangsat." umpat Ali emosi.

"Inne please aku mohon jangan bikin kekacauan. Ali suami aku, aku yang tau betul gimana dia dan kamu nggak berhak ngomong gitu."

"Prilly.. Prilly, lo jadi perempuan jangan mau dibegoin yang kedua kali." saut Inne terkekeh sinis.

"Heh denger ya bahkan saya nggak perduli setelah ini karir saya rusak karna kasar dengan anda." ucap Ali marah mampu membuat Inne terdiam kaku.

"Sayang kontrol emosi kamu okay. Dan please lebih baik kamu pergi Ne." ucap Prilly menarik nafas dalam dalam, hal serupa datang kembali.

"Gue mau ketemu anak lo."

"Buat apa? setelah kamu menghilang tanpa kabar terus kamu kembali lagi dengan hal yang gak masuk diakal." geram Prilly. "Kamu mau misahin aku sama Ali lagi? mau bawa pergi anak aku? Sadar yang tau kebahagian aku ya cuma diri aku sendiri." tambah Prilly kesal dan mampu membuat Inne pergi begitu saja.

"Sayang?" sapa Ali yang langsung memeluknya hangat.

Prilly mendongak menatap Ali, "Ali kamu nggak harus kayak tadi biar gimana pun dia sahabat aku. Jangan takut aku percaya sama kamu dan aku gamau cuma karna ini karir kamu rusak, udah cukup yang kemarin." ucap Prilly membuat Ali tersenyum tulus.

"Maaf tadi aku lostcontrol. Makasih ya tapi kamu terlalu berharga, aku gak akan biarin yang kemarin terulang." Ali berkata pelan mengecup keningnya lembut.

"Iya saya--"

"Mama, Papa.." teriak Aletha memeluknya tak lupa mengecupnya.

"Hai.. gimana sekolahnya kak?" tanya Prilly membantu membawa tas sekolah anaknya itu.

"Seru banget tadi ada sesi nyanyi terus kakak dapet nilai A." Aletha berkata senang lalu meminta gendong pada Ali.

"Pinter banget anak Papa sekarang mau kemana kita bos?" tanya Ali memanjakan.

"Jalan-jalan dong. adek ikut nggak?" tanya Aletha mencari.

"Adek sama teteh dirumah." saut Prilly yang sedari tadi menyimak sesekali melihat handphone.

"Kak Prilly, boleh minta foto nggak?" ucap anak remaja itu.

"Boleh sini sayang."

"Berempat dong kak." sautnya lagi dan mereka foto berempat setelahnya mengucap terimakasi dan berlalu.

"Aku duduk dibelakang dulu ya pa. mau gantiin baju kakak." ucap Prilly membuat suaminya mengangguk, Prilly menyuruh Aletha menganti bajunya setelah usai loncat ke kursi depan samping Papanya.

"Makan dulu ya?" tanya Ali.

"Boleh deh aku pengen makan bakso yang di depan itu deh." ucap Prilly sembari mencoba vidcall oleh Una.

"Na mana si adek?" tanya Prilly pada Una.

"Nih.. lagi makan bu."

"Allo adeek, Mama kangen." ucap Prilly membuat Ale tertawa tak lama Aletha merengek ingin melihat.

"Ada kakak sama papa tuh." Prilly mengasihi handphonenya pada Aletha yang duduk di depan lama berbincang akhirnya mereka memutuskan telfon karena sudah sampai.

"Papa, kakak mau beli mainan masak-masakan yang model baru." adu Aletha pada sang papa membuat putrinya ini yang berada digendongan mengangguk senang.

"Nanti beli."

"Yang lama masih bagus kakak." oceh Prilly membuat Aletha merengek dengan gemas Prilly menghampiri lalu menciumnya.

"Mau makan apa?"

"Aku samain kamu aja, kakak?" ucap Ali yang sesekali fokus pada handphone.

"Bakso yang kecilnya aja sama jus mangga." Aletha berkata dan Prilly langsung memesankannya.

Tempatnya yang disinggahi untuk mengisi perut memang lumayan rame bahkan tak jarang dari mereka yang meminta foto atau mencandid baik Ali maupun Prilly tak mau ambil pusing karna sudah resiko menjadi public figure.

"Aku dapet info ada Ganteng-Ganteng Serigala the Movie, terus pemainnya tetap sama mau ngambil?." tanya Prilly saat mengecek handphone.

"Boleh sekalian reuni, nih aku baru dikabarin." kata Ali menyetujui setelah dikabari maneger yang sekarang menjadi satu dengan istrinya ini.

#Tbc

TAKDIR.Where stories live. Discover now