Pov Rasika
Aku karyawan lama yang nggak teladan, entah kenapa nasibku di dunia pekerjaan dan percintaan amatlah buruk. Padahal aku tak punya alasan untuk mendapatkan karma. Hidupku lurus-lurus aja gitu tanpa beban dan hambatan. Tapi makin kesini makin tua umur nasibku ko memburuk. Bayangkan saja dari mulai pekerjaan yang stuck jadi admin di belakang layar yang hanya berteman komputer dan angka-angka untuk kurekap tiap harinya dan nasib cinta yang tak kunjung ada harapan. Gimana mau ada harapan kalau ruang lingkupku hanya sebesar kantor unit yang sempit ini. Sedangkan menjalin cinta sesama pegawai haram hukumnya kecuali siap di depak keluar dari kantor salah satu dari karyawan yang berani menjalin hubungan. Betenya lagi hari ini aku harus ikut membantu menjaga pameran. Iya sih dapat uang lembur, tapi kalau jadwal malam santaiku terganggu malas juga. Demi masa depan cemerlang sore ini sampai malam kujabanin jaga stand. Doaku sih semoga nggak ada customer yang mendekat, doa biadab karyawan tak teladan.
"Hai, udah dari tadi? Sorry telat, macet." Ucapku beralasan yang tak bermutu. Tapi pria di hadapanku hanya melirik lalu mengabaikanku. Ganteng ganteng ko jutek, malesin banget.
Kampret bener nih orang diajak basa basi dicuekin. Ya sudah aku juga malas kalau berinteraksi dengan orang yang tak mau menanggapiku. Tapi aku ko merasa nggak kenal sama orang ini, dari unit mana. Apa orang pusat ya, mampus aku bisa kena teguran sanksi nggak disiplin. Masa bodo ah dari pada krik krik nggak jelas mending baca sinopsis drama korea Cunnil Single Lady yang tadi tertunda. Anggap saja lagi jaga sendiri, anggap saja sampingku makhluk halus. Aku benci pria ganteng, lagaknya sengak sok merasa paling ganteng dan diperhatikan. Aku sih ogah, mending sama orang biasa yang ramah kaya customer service yang sedang melayani tamu. Gila pikiranku makin ngaco bukannya serius baca sinopsis yang lagi lucu-lucunya.
Baru sebentar baca sudah ada customer mendekat, otomatis aku harus menjelaskan tentang beberapa produk andalan perusahaanku dan memancing mereka untuk membeli salah satu apartemen atau rumah impian yang perusahaanku tawarkan. Kulirik pria sok yes di sampingku yang hanya diam memperhatikanku dari tadi tanpa ikut membantuku membujuk mereka untuk mau menjadi bagian dari member perusahaan.
Sudah kulirik dengan tatapan sinis dia malah makin menantang dengan tatapannya yang mengerikan, tapi jangan dikira aku takut ya. Akan kulaporkan tingkahnya yang menyebalkan hanya duduk nggak jelas di sampingku. Makan gaji buta!
Jangan dikira aku akan marah atau sewot di depannya, emang aku pikirin dia mau ngapain. Tunggu aja laporanku besok pagi ke kantor tentang sikapnya yang makan gaji buta. Senyum sinis bak ibu tiri cinderella kayaknya kece kalau aku lakukan sekarang.
***
Pov Radinal
Gila sudah jam 4 tapi karyawanku belum datang juga. Lihat saja nanti kalau dia datang, awas saja kalau tingkahnya super lebai di depanku. Bukan aku sok kepedean tapi memang selama ini tak ada wanita yang bisa luput dari jeratanku. Kali ini aku datang untuk mensurvei langsung tingkah karyawanku tanpa mereka tahu. Sebelumnya aku sudah mengecek jadwal jaga hari ini Rasika Vahya Binara, karyawan dari unit paling jauh dari kantor pusat. Tapi bukan berarti boleh telat selama ini. Ternyata mereka kerja seenak jidat, telat bisa sampai 1jam. Bahkan karyawan yang mendapat jatah jaga sore mereka pulang lebih awal jadi harusnya tak ada alasan telat.
"Hai, udah dari tadi? Sorry telat, macet." Kulirik perempuan dengan pakaian kerja lengkap dengan balzer putih dan rok pendek hitam selutut, rambut dikepang-kepang tertata rapi entah model rambut apa tapi yang jelas dia terlihat rapi dan cantik dengan tatanan rambut seperti itu. Setelah datang telat masih bisa dia bicara tanpa rasa berdosa di wajahnya. Kuacuhkan saja dia, sebentar lagi pasti dia akan mengajakku bicara walau sekedar tanya namaku. semenit, dua menit, tiga menit sampai sepuluh menit tak ada reaksi dia malah sibuk dengan gagetnya. Oh shit nih perempuan, dia bahkan nggak melihatku lagi sejak kuabaikan. Apa wajahku kini berubah jadi jelek sampai dia tak tertarik melihatku. Harga diriku seakan terjun payung, sialan!
Beberapa customer datang, kuamati dia yang dengan sabar dan jeli menghadapi, merespon dan membujuk mereka untuk bergabung dengan perusahaan menjadi bagian perusahaan dengan membeli produk kami. Aku tahu sekarang dia melirikku, nggak betah kan mengabaikan pria tampan sepertiku. Dasar perempuan semua sama saja.
Brengsek ternyata dia hanya melirikku sekilas dari balik kacamatanya lalu sibuk lagi dengan gagetnya setelah para customer tak ada lagi. Bahkan dia makan cup cake yang terlihat sangat menggiurkan tanpa menawariku. Perutku reflek berbunyi, perut sialan responnya bikin imageku hilang berantakan.
"Mau?" Tanyanya menawariku dengan wajah datar. Baru kali ini aku ketemu perempuan yang tak termehek-mehek padaku. Kita lihat saja nanti kalau dia lihat mobil apa yang kubawa, semua wanita itu akan ijo matanya lihat mobil yang kubawa.
Tanpa mengatakan apapaun kuambil saja kue yang dia tawarkan, ini bisa jadi alasan untuk berterimakasih dan mengantarnya pulang. Aku mau lihat reaksi perempuan ini, pasti mulutnya akan melongo lebar. Aku nggak sabar melihatnya. Aku benci harga diriku jatuh hanya karena perempuan biasa sepertinya. Kutarik kata-kataku yang bilang dia cantik, aku tak mau mengakuinya. Perempuan ini hanya sedang jual mahal. Kita lihat saja nanti siapa yang akan tunduk pada akhirnya.
Pukul 9 semua stand tutup dan kami pulang. Ini saatnya melihat adegan menyenangkan dan siap-siaplah kukirimkan surat pemecatan untuknya karena tidak disiplin.
"Rumahmu mana? Ayo aku antar."
Perempuan didepanku menatapku dari atas ke bawah lalu ke atas lagi seperti sedang menelitiku. hah baru sadar aku sekeren ini ya.
"Terimakasih tapi aku bisa pulang sendiri dari pada harus pulang dengan pria bisu."
What? Aku dibilang bisu, sialan juga nih perempuan. Belum tahu siapa aku. Menolakku sama saja cari mati!
"Ini sebagai ucapan terimakasihku sudah dibagi kuemu. Ayolah, mobilku di sana. Itu yang warna putih." Kataku sambil melihat reaksinya saat kutunjuk mobil Range Rover keluaran terbaru yang kubeli minggu lalu karena bentukknya yang menarik. Aku menahan tawa dalam hati, dia pasti akan langsung termehek-mehek melihatnya.
"Aku juga bawa mobil, tak mungkin kutinggalkan di sini. Terimakasih untuk tawarannya." Jawabnya enteng lalu melenggang meninggalkanku. Kampret sialan! Dia mengacuhkanku bahkan dia tak mau tahu namaku setelah melihat mobilku. Perempuan ini benar-benar membuatku geram.
***
Pov Rasika
Dia pikir aku akan tergiyur gitu diajak pulang dengan mobilnya itu yang plat nomornya saja masih putih merah. Cuih...nggak sudi kali aku pulang sama orang bisu nan sombong. Ngomong-ngomong aku hari ini sebenarnya tak bawa mobil karena si jazzy bannya gembes dan aku nggak sempat ganti ban karena tadi sudah mepet waktunya dan nggak dapat-dapat taksi pula jadi tadi aku telat . Tapi mulutku tadi seenak jidat bilang bawa mobil. Kalau dia sampai membuntutiku, matilah aku. Mati karena malu.
Celingukan aku kesana kemari memastikan pria sombong itu lenyap dari sekitarku. Setelah sekiranya aman aku berjalan ke luar area gedung untuk mencari taksi.
Tin tin...
Mobil putih mengkilap memepetku, sial sial sial. Kenapa hari ini aku harus berurusan dengan pria macam ini. Kaca mobil turun dan terlihat sosok pria menyebalkan itu mendongakan wajahnya.
"Mana mobilmu? Yang kamu maksud mobilmu itu taksi?" Tanyanya meremehkanku. Walaupun aku tak punya mobil semahal dan sekinclong miliknya tapi aku punya harga diri. Kurang ajar kutu kupret dia itu, menjengkelkan menghinaku secara tersirat.
"Ayo aku antar, mobilku lebih nyaman dari pada tempat duduk taksi." Serunya masih di balik kemudi.
Belagu banget sih dia, paling juga mobil sewa tuh yang perjam. Gayanya selangit, sengak. Tapi giman nih sudah terlanjur malu wahai dewi-dewi kecantikan bantu aku. Tiba-tiba saja tubuhku terdorong masuk ke dalam mobil, pria songong ini memaksaku naik. Sejak kapan dia turun, setelah menjejalkanku ke dalam mobil sewaannya dia berlari ke arah pintu kemudi. Masuk dan memamerkan giginya yang berjajar rapi. Selain songong dia juga punya kepribadian ganda sepertinya. Tadi belagak sengak sok cool sekarang sok manis memamerkan senyum dan giginya. Sepertinya dia salah minum obat.
****
Perempuan ini belagak memasang tampang heran, padahal aku yakin dia sedang bersorak sorai karena kuantar pulang. Ngakunya bawa mobil ternyata nungguin taksi, perempuan satu ini ternyata nggak sembarangan. Tapi jangan panggil aku Radinal Gandra Archmeda kalau tak bisa membuatnya menjadi apa yang aku mau dan pikirkan. Tak boleh ada perempuan satupun yang menghancurkan harga diriku, dia harus jadi milikku mulai malam ini! Karyawan yang menyebalkan sepertinya harus tahu berhadapan dengan siapa, beraninya menolakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine
RomanceBertemu dengan pria songong bin sombong rasanya memuakan! Jangan pikir aku tergiur dengan pria berwajah tampan. _Rasika Vahya Binara Bertemu dengan karyawan tak disiplin dan menghancurkan harga diriku rasanya geram. Lihat saja nanti! _Radinal Gandra...