Aku sudah menunggu cukup lama untuk pura-pura tidur tapi Dinal tak juga bergerak dari kasurku untuk pergi, aku jadi was-was kalau begini. Tapi kalau dia mau macam-macam harusnya sejak awalkan bukan sekarang. Lama-lama pegel juga tidur dengan posisi seperti ini terus, bisa semutan aku. Akhirnya aku nyerah dan bangun dari posisiku.
"Kenapa nggak pulang-pulang sih?"
Bukannya menjawab Dinal malah menatapku cukup lama sampai aku jengah sendiri.
"Aku sudah bilang kan, aku akan pulang kalau kamu tidur. Aku tahu kamu hanya pura-pura tidur. Cepat tidur atau aku akan di sini sampai pagi." Katanya sambil mengacak poniku yang menutupi sebagian dahiku.
Aku hanya bisa mendengus sebal, dasar diktator! Ya sudahlah aku tidur saja, menghubungi Ramon besok pagi saja.
"Tapi aku nggak bisa tidur kalau kamu di sini."
"Aku nggak nggigit atau perlu aku peluk biar cepat tidur?"
"No, terimakasih." Jawabku cepat dan kembali bergelung di bawah selimutku.
Aku merasakan gerakan Dinal yang mendekat, aku jadi takut kalau begini. Tangannya menyentuh kepalaku membuatku kaku ketakutan. Tapi tangannya hanya mengelus-elus kepalaku, aku jadi sedikit rileks dan lama-lama mengantuk. Seperti dihipnotis aku tak mampu membuka mataku lagi karena kantuk ini.
***
Cahaya pagi menerpaku hingga mataku terpaksa mengerjap membuka mata, kucari-cari ponselku untuk melihat jam. Ada 5 misscall, Line, BBM, kutepuk jidatku karena tidurku terlalu lelap dan tak segera menghubungi Ramon. Kusapukan pandangan ke sekeliling kamar, aku menghela nafas panjang lega tak melihat tuan narsis di kamarku.
Setelang dering ketiga aku langsung mendapat sapaan pagi dari Ramon.
"Maaf aku tak segera menghubungimu."
"Kamu baik-baik saja?"
"Yup aku merasa lebih baik, aku berangkat denganmu ya?"
"Aku tak mungkin menyetir, lagi pula mobilku belum kuambil dari bengkel."
"Apa sih yang nggak buat tuan putri."
"Hahahaha..aku yang akan ke apartementmu sekalian aku turun."
"Aku saja yang menjemputmu ke atas."
"Nggak usah, seriusan. Aku akan segera meluncur. Mandi di tempatmu ya?"
"Oke oke, aku tunggu kamu dan ceritamu."
Entah kenapa aku merasa tuan narsis akan datang lagi, jadi lebih baik aku segera enyah dari kamarku. Setelah membawa semua peralatanku walaupun kesusahan karena aku masih menggunakan kruk aku segera turun ke lantai 7 tempat kamar Ramon. Aku sudah biasa masuk ke apartemennya jadi aku tahu kode passwordnya.
"Pagi Tuan putri, muka bantal sudah berkeliaran."
"Sialan, pagi juga Ramon unyu-unyu. Aku numpang mandi."
"Kamar mandimu kenapa?"
"Pengen mandi di sini memang nggak boleh?"
"Apa sih yang nggak buat kamu."
"Good." Kataku sambil mengacungkan 2 jempolku.
Ramon mengambil alih barang bawaanku. Aku memulai ritual mandi, aku suka mandi di sini karena bisa berendam. Kamarku tak berfasilitas sebagus punya Ramon walaupun kami satu apartemen hanya beda lantai.
Aku sudah di basement tempat Ramon memarkir mobilnya, berhubung kakiku bermasalah dia jadi pakai mobilnya yang super nggak efisien menurut Ramon. Dia lebih suka pakai motor karena lebih cepat sampai kantor.

KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine
RomanceBertemu dengan pria songong bin sombong rasanya memuakan! Jangan pikir aku tergiur dengan pria berwajah tampan. _Rasika Vahya Binara Bertemu dengan karyawan tak disiplin dan menghancurkan harga diriku rasanya geram. Lihat saja nanti! _Radinal Gandra...