POV RADINAL
Sepanjang jalan kami hanya diam bahkan dia tak mengatakan alamat rumahnya, apa dia ingin pulang ke rumahku dengan modusnya yang diam saja. Benar-benar diam-diam menghanyutkan wanita ini. Ke rumahku berarti siap kuterkam.
"Berhenti depan situ." Ucapnya mengagetkanku, reflek aku menepikan mobilku.
"Makasih." Tanpa melihatku dia turun dan meninggalkanku di mobil yang terbengong-bengong dengan sikapnya yang aneh bin ajaib. Dia pikir aku supir taksi main nyelonong turun tanpa basa basi.
Aku baru tersadar setelah wanita itu sudah berjalan meninggalkanku, sialan. "Hei tunggu."
Aku lari mengejarnya menarik tangannya emosi hingga dia berbalik menubrukku.
"Awww... Kamu gila ya! Aww..aww.." Ringisnya sambil mencengkeram berpegangan pada lenganku kuat. Tanganku reflek menyangga badannya agar tak oleng.
"Sorry sorry." Kulihat hak sepatunya patah, shit aku melakukan kebodohan.
"Sorry nggak bikin kakiku nggak sakit. Kamu gila atau apa sih main tarik aja. Aww.." Dia meringis lagi setiap menggerakkan kakinya. Kubopong saja dia ke mobil.
"Hei apa apaan ini, turunkan aku." Teriaknya membabi buta seperti mau kuperkosa saja. Aku kan hanya mau menolongnya.
"Diam duduk di situ!"
Kubuka sepatunya yang super tinggi, heran aku sama wanita jaman sekarang suka banget ngiksa diri pakai sepatu tingginya kaya monas. Berhubung aku nggak ngerti soal pijit dan urut mengurut dari pada salah pijit makin parah kubawa saja dia ke Rumah Sakit. Herannya lagi dia cuma meringis sakit tanpa tanya mau kubawa kemana, bahkan marah saja tidak. Dia benar-benar diam menuruti perintahku.
"Kamu nggak tanya mau aku bawa kemana? Kamu nggak takut aku culik?"
"Penting? Diculikpun memang aku bisa melawan? Ya sudah sih ngikut aja, toh pria baik-baik pasti tahu harus membawaku kemana."
Sialan nih perempuan, mau ngatain aku pria nggak baik gitu. Aku lempar juga dia dari mobil. Setelah sampai Rumah Sakit dengan amat terpaksa aku menggendongnya lagi dan untungnya kali ini dia nggak ngelawan. Nurut diem kaya kucing ponakanku di rumah. Coba dia diem gini nggak perlu ngluarin kata-kata singkat tapi pedes kaya cabe keliatan dah cantiknya. Serius ini perempuan hidungnya mancung, matanya bulat lebar menjorok ke dalam, alisnya tipis tanpa dibentuk. Wow baru kali ini aku lihat perempuan jaman sekarang yang alisnya nggak digundulin.
"Udah puas belum ngelihatnya? Turunin."
Sekejap aku langsung sadar ini sudah di IGD, baru aja dipuji mulutnya udah sadis. Kualihkan pandanganku pada dokter yang sepertinya menahan ketawa.
"Gimana mas, pacarnya kenapa?"
"Kakinya terkilir dan saya bukan tukang pijit jadi saya bawa ke sini aja. Kalau perlu diamputasi boleh juga dok." Jawabku sekenanya.
"Enteng banget mulutmu."
Yaiyalah enteng kaya badannya yang enteng seperti kurang gizi, gendong dia tadi nggak berasa gendong. Aku rasa dia diet kebablasan.
"Ya sudah-sudah, saya periksa dulu."
Si dokter sibuk memegang dan memeriksa kakinya, dia meringis menahan sakit tapi dia nggak teriak atau nangis. Aku nggak tahu dia perempuan terbuat dari apa, mungkin besi karena kakinya jelas-jelas bengkak tapi dia cuma meringis menahan sakit.
"Kenapa bisa begini mba?"
"Ada orang yang main tarik saya dok sampai heels saya patah jadi begini deh. Saya bisa jalan lagi kan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine
RomanceBertemu dengan pria songong bin sombong rasanya memuakan! Jangan pikir aku tergiur dengan pria berwajah tampan. _Rasika Vahya Binara Bertemu dengan karyawan tak disiplin dan menghancurkan harga diriku rasanya geram. Lihat saja nanti! _Radinal Gandra...