Pov Radinal
Hari ini Nando sepupuku yang tinggal di Jerman memutuskan kembali ke Indonesia dan akan bekerja di kantorku. Aku tak bisa menjemputnya maka kuminta Rasi untuk menjemputnya. Hari ini jadwalku padat dan semua di luar kantor, rasanya leherku kaku membayangkan seharian akan berkutat dengan jalanan macet. Kupencet layarku yang menampilkan foto Rasi.
"Ada apa?" Sambut Rasi langsung.
"Sayang, tak bisakah kamu bilang halo dulu."
"Oh ya, halo. Ada apa?"
"Kamu sudah sampai bandara?"
"Sudah."
"Sudah bertemu Nando?"
"Sudah."
"Sayang, tak bisakah jawab pertanyaanku lebih panjang lagi?"
"Iya sudah, ini sedang di sampingku. Mau bicara?"
"Nggak usah, aku hanya mau bicara denganmu saja. Hati-hati di jalan, nanti kutelpon lagi."
"Hemm."
"Kenapa hanya hemm?"
"Ya ampun Dinal, hari ini kamu menelponku bahkan hampir tiap jam. Mengirimku pesan hampir tiap menit. Sebenarnya kenapa? Bekerjalah yang benar, masukkan ponselmu jangan dipegang terus."
"Aku hanya mau tahu kabarmu, hari ini bahkan kita belum ketemu." Ucapku sedikit keras, tak tahukah dia aku ingin sekali melihatnya seperti biasanya.
"Besok juga ketemu, ya sudah ya aku mau menelpon supir dulu."
Aku hanya bisa menghela nafas panjang," Ya sudah. Hati-hati." Kataku walau dalam hati aku emosi.
"Ya, jangan telat makan." Kata Rasi. Aku suka perhatian kecilnya saat mengingatkanku untuk tak lupa makan.
"Baik sayangku." Jawabku senang dan detik berikutnya aku jadi kesal karena Rasi langsung mematikan sambungan teleponnya. Kulempar ponselku begitu saja.
"Kamu kenapa? Norak, aku jijik melihatmu begitu." Kata Bimo menepuk bahuku.
"Berisik." Ucapku tak menghiraukan Bimo yang sudah geleng-geleng kepala tak jelas.
"Kamu benar-benar tak tertolong bro. Kamu terlihat mengenaskan."
"Apa maksudmu huh?"
"Seorang Radinal bertekuk lutut di hadapan wanita bahkan wanita itu mangebaikanmu. Ini mengerikan, Ferdinan tahu ini kamu habis jadi bahan bullyannya." Ucap Bimo seraya menepuk-nepuk bahuku.
Aku hanya melirik tajam Bimo tanpa berniat bicara, saat ini aku sedang emosi dan sedang dongkol karena Rasi.
"Kamu terlihat sangat mencintainya, aku senang melihatnya." Ucap Bimo.
"Aku tak mencintainya, perlu kamu tahu." Ucapku datar tanpa melihat ke arah Bimo.
"Lalu?"
"Tak ada lalu lalu."
"Berarti Rasi bisa kudekati? Dia wanita yang menggemaskan, menjadi pac.."
"Jangan harap! Berani mendekatinya, kamu mati detik itu juga." Kataku menyambar ucapannya yang belum selesai.
"Wow, kamu ini kenapa? Tak mencintainya tapi aku tak boleh mendekatinya?"
"Dia milikku, sesuatu yang jadi milikku tak ada yang boleh menyentuhkan bahkan mendekatinya."
"Milikmu? Atas dasar apa?" Tanya Bimo santai.
Aku diam seketika tak mampu membalas ucapan Bimo. Sialan!
![](https://img.wattpad.com/cover/18937204-288-k137997.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You are Mine
RomansaBertemu dengan pria songong bin sombong rasanya memuakan! Jangan pikir aku tergiur dengan pria berwajah tampan. _Rasika Vahya Binara Bertemu dengan karyawan tak disiplin dan menghancurkan harga diriku rasanya geram. Lihat saja nanti! _Radinal Gandra...