Kamu Milikku #9

81.6K 4.1K 78
                                    

Pov Radinal


"Tumben papa pagi-pagi ke ruanganku." Ucapku menutup berkas dan menyambut papa yang tahu-tahu sudah masuk ruanganku tanpa mengetuk pintu dulu seperti biasanya.

"Sepertinya papa tak perlu memaksamu lagi untuk tetap tinggal. Kenalkan wanita itu."

"Tak ada wanita."

"Papa hanya ingin kenal wanita yang bisa bikin anak papa ini yang ngotot bilang nggak betah tinggal di sini mendadak mau tetap ngurus perusahaan."

"Papa pasti sudah mencari tahu, tak perlu aku kenalkan. Dia hanya wanita penghibur."

Tak mungkin papa tak tahu apa yang terjadi di kantornya apa lagi tak tahu tentang pegawainya. Satu perintah saja bisa membuatnya tahu siapa orang itu, dari mana, dan bagaimana orangnya.

"Jadi dia hanya wanita peghibur?"

"Maksudku bukan itu pa, ya dia cukup menghiburku dengan kelakuannya yang menggemaskan. Membuatku merasa tertantang dan terhibur."

"Jadi kamu hanya merasa terhibur? Jadi gosip di kantor tidak benar?"

"Namanya juga gosip pa, biarkan saja."

"Sampai kamu memindahkannya sebagai sekretarismu padahal itu jelas bukan bagiannya, kamu masih bilang hanya menghibur?"

"Ya, dan jangan mengharapkan yang lebih."

"Papa pikir akhirnya kamu punya kekasih. 28 tahun sendiri apa tak membuatmu iri pada teman-temamu yang sudah punya istri bahkan anak."

"Papa mulai seperti mama saja."

"Aku malas berhubungan dengan wanita, mereka hanya menyusahkan dari yang kulihat selama ini. Pacar temanku, istri temanku membuat mereka jadi tak punya waktu untuk sendiri, untuk teman, yang ada waktunya habis untuk wanita mereka."

"Hei nak, kamu itu sedang membicarakan diri sendiri atau temanmu? Berhati-hatilah, papa hanya tak mau kamu patah hati karena papa tahu kamu tak punya pengalaman sedikitpun tentang cinta."

"Ah papa seakan-akan rajanya soal cinta saja."

"Tentu, papa itu yang terbaik." Seru mamaku yang mendadak sudah ada di belakang papa.

Kalau dua sejoli ini sudah bergabung maka aku akan kalah, lebih baik diam dan menutup telinga.

"Jagoan mama, dengar. Mama rasa wanita itu baik, mama suka. Mama hanya takut kalau kamu hanya main-main saja kamu yang akan terluka di sini. Bukan Rasi."

Lihatlah, bahkan mama tahu nama Rasi, aku yakin mereka sudah mencari tahu soal Rasi. Dua sejoli tua ini memang paling kompak soal mencari tahu siapa yang dekat denganku, tapi selama ini memang aku tak pernah dekat dengan siapapun. Baru kali ini aku merasa ingin memiliki wanita dan ternyata memang merepotkan tapi anehnya selama seminggu ini aku tak merasa terepotkan, malah cenderung menikmatinya.

"Ma, aku baik-baik saja dan akan baik-baik saja. Trust me!"

Mama menggoyangkan telunjuknya di depan wajahku.

"Pikirkan sebelum terlambat." Kata mama dengan mata tepat menatap mataku tajam.

"Ayo pa, sebaiknya kita tak mengganggu pria yang sedang gundah." Ucap Mama seraya menarik lengan papa.

Aku cuma bisa mendengus dengan tingkah orang tuaku sendiri. Mereka selalu bersikap aneh, mereka sudah berumur tapi jiwanya berasa umur 20an. Mereka selalu membebaskanku dalam segala hal tapi aku tahu mereka selalu mengamatiku dari sudut manapun. Aku teramat sayang mereka jadi aku tak mungkin menentang mereka, tapi untungnya mereka tak pernah memaksaku untuk apapun.

You are MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang