Sehari sebelum Valentine, hari di saat para anak perempuan berbondong-bondong mempersiapkan cokelat untuk pasangan atau orang yang mereka sayangi. Saat ini, Sera juga sedang menemani Louise dan Nicky sibuk mencari cokelat di supermarket.
"Kenapa aku juga ikut-ikutan segala ya?" ucap Sera menggerutu.
"Lah? Kau tidak beli, Sera?" tanya Louise.
"Tidak ah. Lagi tidak ada uang. Lagipula, aku juga tidak punya cowok yang aku sukai," jawab Sera.
"Ha? Bagimana dengan senior Noval? Bukankah katanya kamu sangat mengaguminya?" tanya Nicky terkejut.
"Yah... gimana ya? Dia memang keren, Cool juga. Tapi, pasti banyak anak cewek yang berpikir sama denganku. Jujur saja, aku melawan anak-anak cewek yang lain, mana mungkin aku bisa."
"Jangan menyerah seperti itu dong."
"Tapi, apa yang dia katakan benar juga. Kau tidak mungkin bisa mengalahkan anak cewek lainnya," ucap Luoise.
"Oi! Bisakah dirimu tidak menambah-nambahkan beban?!" ujar Nicky kesal.
'Saat ini, aku tidak ada kepikiran untuk memberikan cokelat kepada cowok. Tapi, aku hanya memikirkan Anna. Terakhir kali, dia sudah membuat perasaanku lega, saat kejadian di kamar mandi sebelumnya,' pikir Sera sambil memegang cokelat yang dipajang. 'Apa kuberikan kepadanya saja ya? Muka Sera memerah perlahan-lahan.
"Eh? Kenapa mukamu merah?" tanya Nicky terkejut melihat muka Sera yang merah.
"Hah?! Memangnya iya?" tanya Sera terkejut.
"Apa jangan-jangan kau sedang memikirkan cowok lain?" tanya Louise curiga.
"Eh? I-itu..."
"Aku penasaran, siapa cowok misterius yang Sera kagumi," ucap Nicky tersenyum menatap Sera.
"Hoi! Jangan begitu!" teriak Sera sambil memukul pundak Nicky. Pada akhirnya, Sera membeli beberapa bungkus cokelat dengan bentuk hati yang dibungkus dengan kertas bergambar hati.
Saat dirumah, Sera sibuk membungkus kembali cokelat itu dengan kertas transparan dengan tali pita berwarna merah. Gon dan ibunya bingung melihat Sera yang sedang sibuk sendirian di meja makan.
"Untuk siapa, kak? Kak Noval lagi?" tanya Gon.
"I-iya..." jawab Sera terbata-bata.
"Setiap tahun, kau selalu sibuk mengurusi hari Valentine. Tapi, tidak pernah satu haripun aku mendengar kalau kau punya pacar," sahut ibunya yang sambil menonton TV.
"Oi! Jangan mengatakan seperi itu!" bentak Sera kesal.
"Hahaha, benar juga ya, Ma?" ucap Gon meledek. "Tapi, kenapa kakak tidak sekalian memberikan hadiah?"
"Hadiah?" tanya Sera bingung.
"Iya... Kalau kakak memberikan hadiah, mungkin saja kak Noval akan memperhatikan kakak. Dengan hadiah, itu artinya kakak menunjukan perhatian lebih kepadanya," jawab Gon.
"Huh! Sok-sok-an Valentine, bahkan gitu saja tidak mengerti," sahut ibunya meledek.
"Mama nih!" Lalu, Sera masuk ke kamar karena kesal, dan mengunci dirinya. Gon dan ibunya hanya bisa tertawa terbahak-bahak.
"Sialan! Selalu saja meledek orang," ujar Sera kesal. Ia terdiam beberapa saat sambil menatap bungkusan cokelat itu. 'Apa perlu aku berikan kado ya?' pikir Sera bingung.
'Tapi... aku sama sekali tidak tahu apa yang dia inginkan! Apa ya kira-kira?' Lalu, Sera melihat di meja belajarnya. 'Apa aku beri dia surat saja ya?' Setelah itu, Sera berjam-jam membuat surat sampai larut malam.
Keesokan harinya, satu sekolah heboh dengan hari Valentine itu. Para murid perempuan berbondong-bondong memberikan cokelat kepada murid laki-laki yang populer di sekolah itu. Saat itu, Sera melihat senior Noval yang dikerumuni oleh murid-murid perempuan yang sibuk memberikan cokelat kepadanya.
'Kak Noval populer seperti biasanya ya?' pikir Sera sambil melirik kerumunan itu.
Sesampainya di kelas, para murid juga sedang heboh membicarakan soal pemberian cokelat.
"Haduuuhh! Berisik sekali seperti pasar!" ujar Sera kesal.
"Kau sendiri bagaimana? Sudah berikan cokelatnya?" tanya Louise.
"Be-belum..." jawab Sera panik.
"Oh ya? Memangnya mau dikasih ke siapa?" tanya Nicky ingin tahu.
"Ha-hah?! Ngapain kalian mengurusi urusanku?! Urusi saja urusan kalian!" jawab Sera kesal.
"Aku sudah berikan ke senior, sedangkan Nicky belum," balas Louise.
"Oh ya? Rencananya mau diberikan ke siapa?" tanya Sera kepada Nicky.
"Eh? I-itu... Ra-rahasia..." jawab Nicky malu.
"Ehhh, jadi curiga aku..." balas Sera.
"Halo!!" sahut Jack berjalan menghampiri mereka.
"Halo!" balas teman-temannya.
"Kalian sudah berikan cokelatnya?" tanya Jack.
"Sera dan Nicky belum memberikan cokelat mereka," jawab Louise.
"Oh gitu? Biar apa? Kalau berikan di saat terakhir, supaya bisa diingat ya?" ucap Jack meledek.
"Umm, Jack... I-ini, cokelat untukmu," ujar Nicky memberikan bungkusan cokelat kepada Jack. Mereka spontan terkejut dan terdiam untuk beberapa detik.
"Haaahhh?! Ja-jadi itu untuk Jack?!" ucap Sera terkejut.
"Ma-makasih," kata Jack tersipu sambil menerima cokelat itu.
"Tak kusangka akan jadi seperti ini," ujar Louise terkejut.
Lalu, merekapun melanjutkan obrolan mereka dan tertawa bersama-sama. Saat itu, Sera melihat tempat duduk Anna yang masih kosong. 'Dia tumben belum datang,' pikir Sera curiga.
Belpun berbunyi, para murid masuk ke kelas mereka masing-masing. Namun, Anna masih juga belum datang. Sera sempat khawatir memikirkan keberadaan Anna. Tapi, setelah sang guru masuk ke ruangan, Anna datang membuka pintu kelas.
"Ma-maaf, Pak, saya telat," ucap Anna yang terengah-engah kecapean berlari dari gerbang menuju ruang kelas.
"Oh? Tumben kamu telat? Ya sudah, duduk saja," balas sang guru. Annapun berjalan ke tempat duduknya. Saat berjalan, Anna dan Sera saling bertatap-tatapan. Anna tersenyum melihat Sera, dan juga sebaliknya. Pelajaranpun dimulai.
Saat pelajaran berlangsung, Anna dan Sera hanya memikirkan mengenai cokelat yang mereka bawa di dalam tas mereka. Mereka juga membayangkan reaksi dan ekspresi ketika cokelat itu diberikan. Namun, Sera tidak mengetahui jika Anna membawa cokelat untuknya, begitu juga Anna. Mereka hanya ingin memberikan cokelat itu saja, tanpa berharap balasan.
Begitu pelajaran selesai, dan bel istirahat berbunyi, Anna menghampiri Sera. "Sera? Bisa ikut aku sebentar?" tanya Anna yang sedang membawa paperbag.
"Oh, ok."
Lalu, Sera mengikuti Anna ke luar kelas. Ketiga teman Sera bingung melihat kejadian itu. "Mereka mau ngapain?" tanya Jack curiga.
"Entahlah... Apa jangan-jangan mereka itu..." ucap Nicky juga curiga.
"Yah, mungkin saja Anna minta Sera menemaninya untuk memberikan cokelat kepada cowok," ujar Louise.
"Be-benar juga, bisa jadi seperti itu." Akhirnya mereka melupakan hal itu, dan melanjutkan obrolan mereka.
Saat di belakang sekolah, mereka saling bertatap-tatapan. Sera melihat Anna yang membawa paperbag-nya. "A-ada apa, Anna?" tanya Sera terbata-bata.
"Ini... cokelat untukmu. Aku membuatnya sendiri semalaman. Makanya aku telat tadi pagi," jawab Anna sambil memberikan paperbag-nya. Lalu, Sera membuka paperbag-nya, dan melihat ada kotak cake cokelat yang dibungkus kertas transparan.
"Ka-kau yang membuat ini?!" tanya Sera terkagum.
"Iya... Tapi, maaf kalau rasanya agak kemanisan atau apalah itu."
"Ti-tidak apa-apa kok! I-ini bagus! Aku suka!" ujar Sera senang.
"I-itu saja yang ingin kukatakan, ayo kita kembali ke kelas,"
"Tu-tunggu dulu!" Kemudian, Sera mengeluarkan bingkisan cokelat yang ada di saku jaketnya. "I-ini, aku juga ingin memberikanmu cokelat."
Anna terkejut melihat bingkisan cokelat yang diberikan Sera. Ia perlahan-lahan menerima bingkisan itu dengan perasaan senangnya, bahkan tangannya begetar mengambil cokelat itu.
"Ma-maaf, aku tidak bisa membuat kue. Jadi, aku membelinya di supermarket saja," ucap Sera malu.
"Tidak masalah kok! Aku senang sekali! Lagipula, kau membelikan ini pakai uang sakumu kan? Jadi, ini sangat berarti buatku," balas Anna.
"Heheh... Oh ya, aku juga ingin memberikanmu ini." Lalu, Sera memberikan surat kepada Anna.
"I-ini..."
"Yah, aku tidak bisa berkata banyak-banyak sih... Aku saja juga tidak bisa mengarang. Tapi, itu sebagian dari apa yang ingin kusampaikan kepadamu," jelas Sera.
"Te-terimakasih!" balas Anna sambil memeluk Sera.
Setelah itu, mereka kembali ke kelas. Tepat saat itu, bel pelajaran berbunyi. Saat masuk ke kelas, ketiga teman Sera terkejut melihat paperbag yang dipegang Sera.
"I-itu... bukannya punya Anna ya?" tanya Jack curiga.
"Oh? I-iya..." jawab Sera panik.
"Kenapa bisa ada di kau?"
"Eh? I-itu... Di-dia berikan ini ke aku sebagai ucapan terimakasih."
"Hah?!"
"Ya, pokoknya seperti itulah," ujar Sera panik.
"Itu bukan untukku kan?" tanya Jack.
"Jangan bercanda!" jawab Sera kesal.
Ketiga temannya sedikit curiga melihat Sera. Namun, mereka mengabaikan hal itu, dan melanjutkan kegiatan mereka seperti biasa.
Saat pulang ke rumah, Anna langsung masuk ke kamarnya. Tanpa mengganti bajunya, dia langusng merebahkan badannya di kasurnya, dan segera mengambil surat yang diberikan Sera tadi. Perasaannya begitu bahagia, tangannya bergetar saat membuka surat itu. Tak sabar baginya untuk membaca isi surat dari orang yang ia cintai itu.
'Kepada Anna Hamburton... Aku cukup senang ketika kau pindah di sekolahku. Awalnya, aku begitu iri melihatmu dengan sosok yang sempurna, cantik, pintar, dan disukai banyak cowok. Jujur saja, aku pernah berdoa agar aku bisa menjadi dirimu suatu hari nanti (betapa bodohnya aku saat itu). Namun, rasa iri itu perlahan-lahan menjadi benci ketika melihatmu menjadi sosok yang paling dipuja di sekolah. Bahkan para guru selalu memujamu.
Namun, ketika aku melihatmu ingin berteriak saat itu, aku berpikir bahwa aku tidak bisa membiarkanmu melakukan hal itu. Dari dalam lubuk hatiku, aku tidak bisa membuat reputasimu jatuh, dan kau dijauhi oleh anak-anak sama seperti nasibku. Maka dari itu, aku berteriak agar anak-anak tidak membicarakanmu, dan perhatian mereka teralihkan. Kau jangan sedih atau khawatir melihatku yang dibully, aku sudah terbiasa dengan itu.
Dan juga, ketika kau menciumku pertama kalinya. Aku sempat syok dan tak bisa berkata apa-apa. Karena panik, aku akhirnya mengomelimu. Maafkan aku. Sejujurnya aku tidak bermaksud seperti itu. Setelah kau menciumku, aku tidak bisa berhenti memikirkan kejadian itu. Antara suka atau jijik, aku juga tidak bisa mengatakannya. Hanya saja, aku tidak mau dijauhi atau dibenci olehmu, itu saja.
Yang terakhir, ketika kau menciumku kedua kali di kamar mandi. Saat itu, aku tidak menyadari bahwa aku bisa menangis di depan orang lain. Sebenarnya, aku tidak pernah menangis di depan orang lain. Tapi, entah kenapa di saat kau menciumku, perasaanku seperti lega, dan tanpa kusadari, air mataku sudah mengalir.
Tapi... Anna, ada hal yang ingin kusampaikan. Sejujurnya, aku sangat menyukaimu. Kau begitu cantik, dan imut. Serasa, aku ingin berada di sampingmu setiap saat. Tapi, aku takut, aku takut dengan orang lain. Bagaimana dengan mereka yang melihat kita? Kau tahu kan kalau hal itu masih aneh di mata mereka. Aku juga memikirkan perasaan keluargaku ketika mengetahuinya. Banyak hal yang sebenarnya mengganjal di pikiranku.
Aku minta maaf sekali... Tapi, aku masih ingin bersamamu. Aku berharap, kau mengerti perasaanku. Semoga kita masih bisa menjadi teman.
Dari Sera. Selamat hari Valentine. Maaf cokelatnya murahan.'
Setelah membaca surat itu, Anna hanya bisa terdiam. Peralahan, air matanya mulai mengalir. Hatinya sakit ketika mengetahui bahwa perasaannya tidak sama seperti yang Sera rasakan. Ia menyadari, bahwa perasaannya hanya akan membawa kesulitan bagi Sera, walaupun dia tidak bermaksud seperti itu.
Kini, ia berusaha untuk menyimpan rasa sakit dan kekecewaan itu, dan juga menyimpan perasaan yang sebenarnya kepada Sera. Walaupun begitu, Anna tidak bisa marah. Ia sadar bahwa apa yang ia lakukan, dan apa yang ia inginkan, belum tentu diterima sebegitu mudahnya bagi orang lain di sekitarnya. Ia mulai memikirkan perasaan Sera, dan orang-orang jika ia tetap ingin mempertahankan 'hubungan' mereka. Kesedihannyapun ia bawa dalam tidurnya, berharap bahwa esok hari ia akan kuat menghadapi kenyataan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Walls
RomanceMurid kelas 2C Union Selatan dihebohkan dengan kedatangan seorang murid pindahan yang cantik dan kaya bernama Anna Hamburton. Walaupun Anna berada di ruang yang sama dengan dirinya, kehidupan sekolah Sera yang berantakan tetap berjalan seperti biasa...