Besok hari di sekolah, Sera melihat para murid di kelasnya sedang heboh dengan perbincangan mengenai murid baru yang kaya itu. “Masih aja dibicarain, apa gak bosen?” ucap Sera sambil berjalan ke mejanya.
“Sera, apakah kamu tahu?” ucap Nicky.
“Gak.”
“Ternyata si Anna, adalah anak pengusaha yang terkenal itu. Rumornya, ayahnya adalah pemilik beberapa kantor, hotel, restoran, dan mall.”
“Ha?! Ya-yang benar?!” teriak Sera terkejut.
“Benar.”
‘Sekaya itukah dia?!’ pikir Sera tidak percaya.
“Itu dia datang,” ucap Nikcy.
Lalu, Anna masuk ke kelas dengan muka datarnya dan berjalan ke mejanya. Bisik-bisik para muridpun terdengar mengisi ruangan kelas itu. Namun, raut muka Anna tampak tidak menyukai bisikan-bisikan tersebut. Sera melihat raut muka Anna yang perlahan-lahan menahan emosinya.
“Hoi guys! Ke-kemarin aku lihat ada artis Andy Ei, terus aku mengajaknya ngobrol loh!” teriak Sera membuat satu kelas terdiam.
“Apa-apaan sih bocah badung itu?!”
“Entahlah, cerita bohong kali.”
“Iya, mana mungkin artis terkenal mau ngobrol dengan bocah dungu sepertinya.”
Pembicaran satu kelaspun mengarah kepada Sera. Lalu, Sera tetap berusaha meyakinkan anak-anak mengenai kejadian tentang pertemuannya dengan seorang artis terkenal itu. Anak-anak yang sebelumnya sibuk membicarakan Anna, teralihkan menjadi hujatan kepada Sera.
Anna terkejut melihat apa yang dilakukan Sera. Ia melihat Sera dengan tatapan terkejut dan, perlahan-lahan air matanya menetes. Sera yang sedang heboh meyakinkan anak-anak, tak sengaja melihat Anna yang menangis. Annapun panik dan segera memalingkan wajahnya dan menghapus air matanya. Kata-kata tak bisa keluar satupun dari mulut Sera setelah melihat tangisan itu.
Selama pelajaran berlangsung, Sera melamun mengingat tangisan Anna tadi. Perasaan bingung dan penasaran menghantui pikirannya.
“Sera, baca paragraf selanjutnya,” ucap sang guru. Tetapi, Sera tidak menjawab sama sekali.
“Sera?” sahut gurunya lagi. “Sera!!”
Sera sentak terkejut, “Lima satu!” Satu kelaspun tertawa.
“Kamu kenapa sih? Dipanggil gak menjawab? Malah bilang lima satu... Ada apa?” tanya sang guru diiringi tawa anak-anak.
“E... anu... ti-tidak apa-apa, Pak, hehehe,” jawab Sera.
“Ya sudah, lanjut saja. Kamu baca paragraf selanjutnya.”
“Eh, sampai mana ya tadi?” tanya Sera kepada Louise.
“Di sini.”
Lalu, sebelum membaca, Sera melirik ke arah Anna, dan melihatnya yang sedang menatapnya dan perlahan tersenyum. Serapun membalasnya dengan balik tersenyum.
Setelah pelajaran selesai, istirahatpun berlangsung. Sera dan teman-temannya makan bersama di meja mereka, bercerita dan bercanda satu sama lain. Tak lama kemudian, Anna menghampiri Sera, membuatnya dan teman yang lain kebingungan.
“Oh? Ka-kamu anak baru ya? Pe-perkenalkan, na-namaku Jack, Jack Lockeye,” ujar Jack sambil menyulurkan tangannya.
“Sera, setelah makan, aku ingin berbicara denganmu sebentar,” ucap Anna dengan muka datarnya.
“A-ada apa ya?” tanya Sera bingung.
“Ada hal yang ingin aku sampaikan.”
“Be-begitu... Ba-baiklah, se-sekarang saja,” ucap Sera sambil menutup kotak bekalnya.
“Ikut aku.” Lalu, Anna membawanya berjalan keluar kelas.
“A-aku... dicuekin...” kata Jack lemas.
“Ahahaha... sudahlah, mungkin dia sedang ada keperluan penting dengan Sera,” balas Nicky.
“Atau mungkin juga, karena dia tidak melihat sosokmu menarik, makanya dia tidak perlu membalas perkenalanmu yang aneh barusan,” tambah Lousie.
“Hoi!! Bisakah kau sedikit lebih ramah?!” ucap Jack geram.
Di lorong sekolah, Anna berjalan membawa Sera ke atap sekolah. Sera begitu ketakutan berada di dekat Anna, seolah dirinya akan dibunuh.
“A-Anna? Ki-kita mau ngapain ke atap?” tanya Sera ketakutan.
“Ikut saja,” jawab Anna. Setelah membuka pintu atap sekolah, mereka memergoki empat anak murid yang sedang merokok. Mereka adalah kakak senior. Anna dan Sera terkejut, dan berusaha kembali menutup pintu.
“Hoi!” teriak salah satu senior. “Siapa kalian? Kemari!”
Takut dan panik, Sera dan Anna mengikuti perintah senior itu. Mereka perlahan-lahan menghampiri senior-senior itu.
“Kalian siapa? Ngapain ke atap? Padahal bel mau bunyi,” tanya senior itu.
“Emm, i-itu...” jawab Anna terbata-bata karena ketakutan.
“Oh? Dia cakep juga ya? Siapa namamu?”
“Hah?!” Anna terkejut mendengar pertanyaan itu. “Emmm, A-Anna, kak.”
“Oh, Anna... Ja-jangan-jangan, anak baru itu ya?”
“Umm... I-iya.”
“Wah!! Ternyata cantik juga ya? Sudah punya pacar?”
“Eh, i-itu...”
Tiba-tiba, terdengar suara bel berbunyi.
“Waduh, bahaya! Sekarang pelajaran olahraga. Kita aja belum ganti baju. Cepat!” Para senior itu pergi berlari meninggalkan mereka berdua. Sejenak, Anna dan Sera terdiam, dan menatap satu sama lain. Perlahan mereka tertawa, dan tertawa, dan tertawa terbahak-bahak.
“Sumpah ya, aku kira senior itu akan melakukan sesuatu padamu. Syukurlah belnya berbunyi tepat pada waktunya. Ya sudah, ayo kita kembali ke kelas juga,” ucap Sera berjalan menuju pintu. Namun, Anna tidak mengikutinya. “Ada apa?” tanya Sera heran.
“Apa kau takut, jika senior tadi melakukan sesuatu kepadaku?” tanya Anna balik.
“Eh? Te-tentu saja. Dilihat saja, mereka itu senior yang badung, kerjanya hanya pacaran, bolos, bahkan berkelahi,” jawab Sera.
Anna tersenyum dan perlahan-lahan berjalan menghampiri Sera. Lalu, dipeluknya Sera dan dicium bibirnya. Tangannya menahan kepala Sera, membuatnya tidak bisa menghindar. Bibir lembut Anna bergeser da mendorong ke setiap permukaan bibir Sera, membuat kedua bibir mereka basah.
Sera yang terkejut tidak bisa berkata apa-apa ataupun melawan. Pikirannya kosong, dan yang ia rasakan saat itu adalah kelembutan bibir lembab dan pelukan erat Anna.
‘A-apa?! I-ini... Ini tidak seharusnya terjadi! Ta-tapi...’ pikir Sera saat melihat air mata Anna mengalir dari balik poni rambut yang menutupi keduamatanya. ‘A-aku...’ Lalu, Sera membalas pelukan Anna dan membalas ciumannya.
Ciuman mereka perlahan-lahan semakin mesra, dan mereka mengeluarkan lidah mereka dan memasukan ke dalam ciuman hangat itu. Seiring pelukan lidah mereka yang erat, tangan mereka perlahan-lahan bergerak meraba sekujur tubuh, dari elusan paha dan merambat hingga meraba bagian leher. Tak sadar, dari sentuhan-sentuhan itu, suara desahanpun terdengar.
Spontan, Sera melepas pelukan Anna dan mendorongnya. “Ka-kau... Kau nga-ngapain?!” tanya Sera gugup sambil mengelap bibirnya. Ia melihat ekrpesi Anna yang terkejut dan takut.
“A-a-aku... Maafkan aku!” ucap Anna sambil berlari dan kembali menuju kelas.
Saat itu, Sera masih syok dan tak bisa memikirkan apapun. Ia masih bingung mengingat kenapa dia membalas ciuman dan pelukan Anna tadi. “Aiihhh! Aku ngapain tadi?! Seharusnya aku dorong dia tadi! Aduhhh...” ujar Sera sambil mengobrak-abrik rambutnya. Setelah itu, dia kembali menyusul Anna ke kelas.
Ketika membuka pintu kelas, sang guru melemparnya dengan penghapus papan tulis. “Dari mana saja kau, badung?!” tanya sang guru menghampirinya.
“Aduh! Apaan sih, Pak? Pakai acara lempar-lempar penghapus segala?!” tanya Sera balik. Satu kelas terdiam mendengar jawaban Sera. Setiap mata anak-anak melihatnya sinis, dan terdengar bisik-bisik di antara mereka.
“Ka-kau... berani melawan ya? Sana keluar! Jangan masuk ke kelas!” bentak sang guru. Serapun keluar kelas tanpa mengatakan apapun. “Haaaiiss! Seharusnya anak itu gak usah sekolah saja! Tingkah sudah seperti hewan saja!” ucap sang guru geram sambil melanjutkan mengajar. Anna melihat kepergian Sera dengan perasaan bersalah.
“Cih! Ini semua gara-gara anak sialan itu nih! Kalau saja dia tidak... Aihhh! Jangan dipikirkan lagi deh! Tambah pusing!” ujar Sera menggerutu sambil berjalan ke kantin.
Ketika berada di kantin, Sera melamun memikirkan kejadian di atap tadi. Pikirannya mengatakan kalau itu tidak seharusnya terjadi, dan marah atas kejadian itu. Namun, dalam hatinya, ia merasakan sesuatu yang aneh, antara senang dan panik, tetapi tidak benci atau marah.
Ia teringat rasanya bibir lembut Anna, dan telapak tangannya yang meraba di paha dan lehernya. “Anj******!! Kenapa aku keinget-inget itu terus sih!” teriak Sera panik. “Sudahlah, yang penting, saat bel berbunyi, aku akan meminta maaf sama Pak guru. Aku sepertinya memang sudah keterlaluan.”

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Walls
RomanceMurid kelas 2C Union Selatan dihebohkan dengan kedatangan seorang murid pindahan yang cantik dan kaya bernama Anna Hamburton. Walaupun Anna berada di ruang yang sama dengan dirinya, kehidupan sekolah Sera yang berantakan tetap berjalan seperti biasa...