Keesokan hari setelah sepulang sekolah, Sera dan Anna sedang berjalan menuju rumah Sera. Mereka sangat menantikan hari ini. Banyak yang akan mereka ingin lakukan selama tiga hari itu, termasuk tidur bersama.
“Waahhh... Aku sangat tidak sabar menginap di rumahmu,” ujar Anna.
“Maaf ya, rumahku memang agak sempit,” ucap Sera sedikit murung.
“Tidak masalah kok, yang penting bersamamu saja sudah cukup buatku,” balas Anna menatap Sera. “Tapi... apa tidak masalah kalau kau tidak bekerja? Apakah bibi Pesa tidak marah?” tanya Anna khawatir.
“Emmm... Sebenarnya, bibi Pesa sedikit marah. Kemungkinan, dia akan memotong gajiku,” jawab Sera.
“Apa tidak masalah seperti itu?”
“Yaaahh, mau gimana lagi? Kan juga jarang-jarang kedua orangtuaku tidak ada di rumah selama tiga hari.”
“I-iya juga sih...”
Lalu, Sera melihat tas Anna yang sedikit lebih besar dari sebelumnya. “Kau bawa apa saja?” tanya Sera penasaran.
“Ummm... Ba-baju ganti, lalu...” Anna terdiam sejenak dengan muka yang memerah. Sera curiga dan semakin penasaran.
“Apa? Kasih tahu saja,” ujar Sera.
“Mmmm... Nanti saja aku kasih tahunya,” balas Anna malu-malu.
“Eeee...”
Setelah sampai di rumah, mereka melihat rumah itu kosong dan tidak ada orang sama sekali. “Orangtuamu sudah pergi ya?” tanya Anna sambil menaruh tasnya di atas meja makan.
“Iya, tadi pagi-pagi sekali.”
“Begitu... Lalu, adikmu di mana?”
“Palingan latihan tenis. Pasti pulangnya sore. Biasanya juga begtu.”
“Be-begitu...” ucap Anna yang mukanya sudah merah. Perlahan, dia memeluk Sera dari belakang. Kemudian, Anna mencium belakang leher Sera, dan menjilatinya. Sera bisa merasakan hembusan napas Anna yang menggairahkan.
“A-Anna...” desah Sera. Perlahan, kedua tangan Anna meraba dada Sera dan meremasnya lembut. “Aaahh...” Sera mendesah dan merasakan kenikmatan tangan Anna di dadanya itu. Anna menghembuskan napasnya perlahan-lahan di leher Sera, merambat menuju telinga kiri Sera. Kemudian, dia menjilat telinga itu dan menggigit pelan. Sera semakin kehilangan kesadarannya oleh semua rangsangan itu.
“Ooohhh...” suara desah Sera. Saat Anna menjilat telinga itu, tangan kanannya merambat dari dada menuju paha Sera. Dengan pelan dan lemah lembut, tangannya meraba ke selangkangan dan mengelus pelan garis selangkangan Sera. “Aaahh! A-Anna, aahhhh...” Sera semakin kehilangan kesadarannya dan sangat menikmati permainan Anna.
Setelah itu, bibir Anna yang lembut mencium leher Sera dan berpindah ke bahunya, menggigit pelan permukaan kulit bahunya. Sedangkan tangan kanannya, meraba masuk ke dalam celana dalam Sera dan menyentuh ‘V’ Sera yang sudah basah. “Woah, sudah basah yah?” bisik Anna di dekat telinga Sera.
“Aaaahhh... mmmm...”
Tangan kiri Sera meraba rambut Anna yang asik menjilat bagian lehernya, sedang tangan kiri Sera menyentuh tangan kanan Anna yang mengelus dan menekan ‘V’-nya. Kedua bola mata Sera mendongak ke atas, menikmati semua hal yang Anna lakukan pada tubuhnya. Mulut Sera menganga, dan terdengar suara desahan-desahan kecil. Napasnya menjadi berat dan iramanya menjadi tidak beraturan.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki mendekati pintu rumah. “Aku pulang...” sahut Gon membuka pintu rumah. Lalu, dilihatnya Anna sedang di depan kulkas mencari-cari sesuatu, sedangkan Sera duduk di sofa membaca majalah. Gon merasakan ada hal yang aneh, namun dia abaikan itu.
‘Aduuuhh... Ha-hampir saja ketahuan! Anna bangkeeee!’ pikir Sera panik sambil melirik Gon.
Sera sangat panik dan ketakutan, keringatnya keluar perlahan-lahan. “Wah, kau sudah pulang? Latihan tenis ya?” ujar Anna sambil membuka kaleng minuman.
“Iya, kak. Aku pulang cepat, karena pelatihnya ada urusan,” balas Gon sambil berjalan meletakan barang-barangnya di samping lemari TV. Kemudian, dia sedikit aneh melihat Sera yang hanya terdiam sambil membaca majalah.
“Kak?” sahut Gon.
“I-iya...” balas Sera terkejut.
“Majalah yang kau pegang... terbalik.”
“Eh? A-Aaaaa... A-aku memang sengaja... ha-hahaha...” ujar Sera panik sambil menutup majalah itu dan menaruhnya kembali. ‘Begonyaaaaa!’ pikir Sera panik.
‘Dasar begooo...’ pikir Anna geram sambil minum minuman kaleng itu.
“Oh ya? Makan apa malam ini?” tanya Gon.
“Eh?! Ma-makanan yang kemarin Mama beli, udah habis?” tanya Sera balik.
“Kan sudah dimakan tadi pagi karena Mama tidak sempat buat sarapan,” jawab Gon kesal.
“Duuhh... Aku lupa loh.”
“Kau memang selalu begitu!”
“Hoi!”
“Sudah, sudah... Aku saja yang masak. Sebelum itu, aku mau lihat ada apa aja yang bisa di masak di kulkas,” sahut Anna. Lalu, dia membuka kulkas dan melihat-lihat bahan makanan yang bisa dimasaknya. Namun, yang bisa dia lihat hanyalah minuman kaleng, sirup, kue, dan makanan ringan. “Umm... ibu kalian jarang masak ya?” tanya Anna canggung.
“Dia kan kerja. Masuk pagi, pulang sore. Jadi, dia jarang membeli persediaan bahan makanan. Kalau mau masak, dia hanya membeli bahan makanan yang akan dimakan saat itu saja,” jawab Sera. “Kosong ya?”
“Ya sudah kalau begitu, sekarang jam empat sore. Masih sempat untuk beli bahan di supermarket di dekat sini,” ujar Anna melihat jam tangannya. “Aku akan coba membeli bahannya secepat mungkin.”
“Kau mau beli sendiri? Mau aku temani?” tanya Sera beranjak dari sofa.
“Eh? Apa tidak masalah meninggalkan adikmu sendiri?”
“Ah, dia sudah kelas tiga SMP! Bukan anak bayi!”
“Ya, tidak apa-apa kok, kak Anna,” ujar Gon.
“Begitu...”
“Ayo! Kita belanja! Yaayy!” teriak Sera senang. “Oh ya... Uangnya mana?”
“Sudah... pakai uangku saja dulu,” balas Anna sambil mengambil dompet yang ada di tasnya.
“Eh? Gak apa-apa nih, kak Anna? Ka-kami tidak mau merepotkan, kok. Ada mie instant cup, kita makan itu saja,” ucap Gon canggung.
“Tidak masalah kok... Kakak malah senang bisa membantu kalian seperti ini,” balas Anna tersenyum manis.
“Dasar formalitas,” bisik Sera meledek.
“Hei!” teriak Anna kesal.
Saat di supermarket, Anna dan Sera berkeliling mencari bahan makanan yang ingin dibeli. Anna sibuk melihat dan memilih-milih daging, sedangkan Sera hanya mengikutinya sambil membawa keranjang.
“Kita mau makan apa ya? Burger? Kelamaan masaknya sepertinya,” gumam Anna.
“Sudah... Yang biasa aja. Kalau mau, yang rebus-rebus saja. Jadi, gak perlu buat sayur lagi,” sahut Sera.
Lalu, Anna tersenyum dan mengambil beberapa kemasan daging sapi potong yang mahal. “Kita buat Nabe saja ya?” tanya Anna.
“E-eh?! I-itu mahal loh, Anna. Beli yang biasa saja.”
“Tidak masalah... Anggap saja ini sabagai hadiah perkenalanku bertemu dengan keluargamu.”
“Cih! Pencitraan sekali.”
“Ya sudah kalau tidak mau,” ujar Anna perlahan mengembalikan kemasan itu.
“I-iya deh, maaf...” balas Sera mencegah Anna mengembalikan kemasan itu. “Tapi, kamu tidak terpaksa kan?”
“Tidak kok, sayang...” Saat itu, muka Sera memerah mendengar kata ‘sayang’ yang baru pertama kali dia dengar dari mulut Anna.
Kemudian, mereka berjalan mencari bahan yang lain. Sera melihat beberapa pasangan yang belanja bersama-sama di supermarket itu. Mereka saling berdekatan, tertawa dan pegangan tangan, layaknya sepasang kekasih. Lalu, Sera melihat Anna yang sibuk memilih sayuran.
“Sudah lengkap. Ayo, kita bayar dan pulang. Adikmu pasti sudah lapar menunggu,” ucap Anna menaruh sayuran di keranjang yang dibawa Sera.
Saat berjalan ke kasir, Sera perlahan-lahan berjalan ke samping Anna dan menggengam tangan kirinya. Anna terkejut melihat tangan Sera yang menggenggam tangannya itu. Lalu, ia melihat Sera yang memalingkan wajahnya yang sudah memerah. Anna perlahan tersenyum, tersentuh dengan apa yang Sera lakukan.
Saat membayar di kasir, mereka tetap bergandengan tangan yang membuat sang kasir bingung melihat mereka. Namun, mereka seperti mengacuhkan ekspresi sang kasir tersebut. Selama perjalanan, mereka juga tetap berjalan sambil bergandengan tangan. Semua orang yang melihat merekapun bertanya-tanya. Terdengar banyak suara bisik-bisik mengarah ke mereka. Tapi, tetap mereka mengacuhkan semua itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Walls
RomantizmMurid kelas 2C Union Selatan dihebohkan dengan kedatangan seorang murid pindahan yang cantik dan kaya bernama Anna Hamburton. Walaupun Anna berada di ruang yang sama dengan dirinya, kehidupan sekolah Sera yang berantakan tetap berjalan seperti biasa...