Keesokan sore, bibi Pesa menunggu kedatangan Sera. Ia sudah bertekad untuk menanyakan mengenai hubungannya dengan Anna. Dalam hatinya, ia tidak mau melukai perasaan Sera, melainkan ia hanya ingin memastikan bahwa Sera mengerti jalan apa yang sudah dia pilih ini.
Lalu, Sera datang dengan muka yang ceria. Bibi Pesa terdiam saat melihat senyuman Sera yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Senyuman itu... sangat natural. Bibi Pesa masuk ke kantornya tanpa menyapa Sera.
"Halo, guys!" sahut Sera saat memasuki kafe.
"Halooo..." jawab karyawan lain lesu.
"Maaf ya? Aku telat karena ada urusan di sekolah."
"Ya ya ya..."
"Sera? Bibi Pesa memanggilmu di ruang kantor," ucap salah satu karyawan. Sera terkejut saat mendengar itu. Jantungnya berdetak kencang.
'Ke-kenapa nih? A-apa dia sudah tahu?' pikir Sera panik. Kemudian, Sera masuk ke ruang kantor dan duduk di kursi, melihat bibi Pesa yang duduk di kursinya sambil menulis sesuatu di notepad-nya.
"Bi-bibi? A-ada apa memanggilku?" tanya Sera ketakutan.
"Apa kau menyukai Anna?" tanya bibi Pesa sambil tetap menulis tanpa menatap Sera sama sekali.
Sera spontan terkejut dan terdiam mendengar pertanyaan bibi Pesa. 'Ga-gawat! Ternyata sudah ketahuan!' pikir Sera semakin panik. "Umm... I-itu..."
"Kemarin, saat kau menanyakan soal pendapatku mengenai Lesbian, maksudmu dengan Lesbian, apakah kau mengatkan bahwa itu kau?"
"Eh?! I-itu... A-aku..."
"Apakah kau mau tahu pendapatku mengenai Lesbian? Aku merasa jijik melihat mereka. Aku tidak merubah pikiranku terhadap mereka."
Sera terdiam syok dan tak bisa berkata apa-apa. Ia perlahan menundukan kepalanya. "Ma-maafkan aku..."
"Tapi, kalau kau mau tahu pendapatku tentangmu yang seorang Lesbian, aku sama sekali tidak menganggapmu jijik ataupun aneh," ujar bibi Pesa menatapnya.
Sera terkejut mendengar pernyataan bibi Pesa. Ia mulai mengangkat kepalanya, menatap mata bibi Pesa.
"Bibi masih menganggapmu seperti yang dulu. Perasaan bibi tidak berubah terhadapmu, tidak, bahkan sekarang bibi lebih sedikit mengerti dirimu. Saat bibi melihatmu bersamanya, bibi seperti melihat sosok dirimu yang lain, sosok yang lebih cerah."
"Bi-bibi..." Mata Sera mulai berkaca-kaca.
"Jangan senang dulu, bibi masih belum menerima hubunganmu dengan Anna. Bibi harus tau mengenai perasaan Anna kepadamu. Jika dia berhasil membuat hati bibi luluh, maka bibi menyetujui hubungan kalian," jelas bibi Pesa.
"Eh?! Ma-maksud bibi, bibi mau berbicara dengan Anna?" tanya Sera terkejut.
"Tentu saja."
"Eeehh?!"*Behind the Walls*
Besok sore, Sera membawa Anna mengunjungi Cafe Pesa. Saat itu, Anna sudah diberitahukan oleh Sera mengenai tujuan kunjungan mereka. Bibi Pesa sudah menunggu mereka di dalam ruangan kantor.
Setelah itu, Anna dan Sera masuk ke dalam ruangan. Mereka berdua duduk di hadapan bibi Pesa yang terlihat serius. Sera dan Anna sedikit ketakutan melihat ekspresi yang serius itu.
"Sera? Kau kerja saja. Bantu yang lainnya," ujar bibi Pesa. Tanpa berkata apa-apa, Sera keluar ruangan meninggalkan Anna berdua dengan bibi Pesa.
'Anna? Aku mengandalkanmu,' pikir Sera melirik Anna saat sebelum keluar ruangan.
Anna dan bibi Pesa saling berhadap-hadapan. Bibi Pesa menatap Anna dengan tajam, sedangkan Anna berusaha mengabaikan tekanan itu dengan tetap tersenyum. "Kau tahu maksudku memanggilmu ke sini, Anna?" tanya bibi Pesa.
"Hummm, bibi sudah tahu mengenai hubunganku dengan Sera kan? Dan bibi sekarang mau menanyakan mengenai keseriusanku terhadap Sera kan?" jawab Anna tersenyum.
"Kenapa kau tersenyum? Kau pikir ini lucu?"
"Tidak... Saya hanya berusaha ramah dengan Bibi. Itu saja."
"Apa kau tidak takut saat melihatku serius seperti ini?"
"Eh? Umm... Tidak. Aku tahu kalau Bibi itu sebenarnya orang baik. Jadi, aku yakin kalau Bibi tidak akan berniat jahat kepadaku," ujar Anna tersenyum.
Bibi Pesa tersentuh saat mendengar perkataan Anna. Perlahan ia tersenyum. "Tak kusangka kau bisa mengendalikan suasana di saat seperti ini," balas bibi Pesa terkagum.
"Lalu, bibi mau menanyakan apa? Apakah mengenai betapa keseriusanku terhadap Sera?"
"Benar. Bibi ingin tahu, apa yang kau lihat dari Sera? Kalau bisa, kau sebutkan apa saja yang membuatmu tertarik pada diri Sera."
"Ummm, itu... Sepertinya saya tidak tahu, bi."
"Hah?! La-lalu, kenapa kau bisa mencintai Sera?" tanya bibi Pesa heran.
"Hummm, kalau itu... aku hanya merasakan nyaman saja," jawab Anna datar.
"Hah?! Ka-kalau begitu, banyak perempuan di luar sana yang mungkin bisa saja membuatmu lebih nyaman dari pada Sera!"
"Hummm, mungkin saja tidak. Lagiula, semua itu hanya kemungkinan."
"A-apa begini caramu membuat bibi yakin menerima hubungan kalian? Jangan berharap kalau begitu!" ujar bibi Pesa geram.
"Kalau Bibi ingin menanyakanku mengenai hal-hal bagus mengenai Sera, jujur saja sih, saya tidak pernah terpikirkan itu. Sama juga kalau Bibi ingin menanyakanku mengenai hal-hal buruk Sera, saya juga tidak pernah terpikirkan mengenai itu. Saya mencintai Sera, karena dia Sera," jelas Anna dengan penuh percaya diri.
"Dan juga, saya yakin kalau Bibi bisa melihat dari cara Sera menunjukan reaksinya saat bersamaku. Bagaimana dia tertawa... bagaimana dia tersenyum... sedih... marah... semua itu terlihat natural. Di depanku, Sera tidak pernah memakai 'topeng'-nya yang sebelumnya selalu ia gunakan di depan orang lain. Itu artinya... dia percaya padaku."
Bibi Pesa terdiam karena terkesima dengan jawaban Anna dan caranya menyampaikan itu dengan penuh percaya diri. "Ta-tapi... itukan semua perasaan Sera kepadamu. Tapi, bagaimana denganmu sendiri? Kau belum menjawabnya," balas bibi Pesa merasa kurang puas atas penjelasan itu.
Anna tersenyum sejenak dan berkata, "Apakah Bibi tidak mengerti? Saat Sera seperti itu bersamaku, saya akhirnya menyadari bahwa diri saya dibutuhkan. Tidak ada yang pernah seperti itu padaku sebelumnya. Rasanya seperti saya adalah orang yang bisa meraih kekosongan dalam diri Sera yang telah lama kosong itu. Saat ini, saya seperti sudah berhasil mengisi kekosongan itu."
Bibi Pesa terdiam bingung mendengar semua penjelasan itu. "Bibi tidak begitu menangkap maksud dari penjelasan itu. Bisakah kau jelaskan dengan kata yang mudah dimengerti?"
"Bibi... Ketika seseorang merasa dirinya benar-benar dicintai oleh orang lain, sebagian kekosongan yang ada dalam dirinya akan secara otomatis diisi oleh sesuatu yang disebut dengan 'Makna Hidup'. Rasa sayang yang Sera berikan kepadaku membuat hati ini tidak kosong. Sera yang telah menganggapku seperti 'ruang privasi'-nya, telah mencerahkan hidupku," jelas Anna tersenyum.
Bibi Pesa terdiam lagi mendengar pernyataan itu. Setiap kata yang ia dengar dari Anna seperti mendengar kata-kata dari ahli filosofi. "Ca-caramu merangkai kata-kata itu... membuatku kagum," ujar bibi Pesa tersenyum. "Tapi... kalau kalian putus, dan berpisah. Bibi yakin, kalian masih bisa menjalani hidup seperti biasa. Mungkin saja, kau bisa bertemu dengan laki-laki yang sangat mencintaimu," tambahnya.
Anna terdiam mendengar perkataan bibi Pesa. Senyumnya perlahan-lahan menghilang. Lalu, ia menatap bibi Sera dan berkata, "Saya akan memberikan Bibi sebuah perumpamaan. Yang Bibi katakan sebelumnya, itu sama saja dengan mainan Lego. Apakah Bibi pernah melihat atau memainkan Lego? Potongan-potongan Lego mencerminkan setiap manusia. Saya dan Sera adalah potongan Lego. Hampir semua potongan Lego bisa disambungkan satu sama lain, sama seperti yang Bibi katakan sebelumnya bahwa ketika saya dan Sera berpisah, kami bisa mendapatkan pasangan hidup lainnya. Tapi... pernahkah bibi menjumpai beberapa potongan Lego yang sudah tersambung, sangat sulit untuk dipisahkan? Kalaupun Bibi memaksakan untuk membuatnya terpisah, kemungkinan bibi akan merusak salah satu bagian Legonya, atau mungkin merusak keduanya. Hal itu sama seperti hubungan manusia. Beberapa hubungan bisa terpisah dengan gampangnya, dan bisa terhubung dengan gampangnya juga, tetapi, ada beberapa hubungan yang tidak bisa terpisah begitu saja. Jika terpisah, kemungkinan salah satu dari mereka akan hancur hatinya, atau bisa keduanya hancur."
"Tu-tunggu dulu, dari kalimatmu itu, apakah kau mendeskripsikan kalau hubunganmu dengan Sera sudah seperti Lego yang sulit dipisahkan? Apakah kau tidak terlalu berlebihan? Itukan hanya opinimu saja. Bisa jadi kalian hanya Lego biasa yang mudah untuk dipisahkan," bantah bibi Pesa.
"Jika Bibi mengingat kembali bagaimana ekspresi Sera saat bersamaku, apakah Bibi masih mendeskripsikan bahwa hubungan kami seperti Lego yang bisa dipisahkan dengan mudahnya?" tanya Anna dengan muka serius.
Bibi Pesa terkejut mendengar pertanyaan Anna, dan ekspresi seriusnya membuat bibi Pesa merasakan keseriusan hati seseorang yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Perlahan, keringat dingin keluar dari pori-porinya. Kemudian, bibi Pesa tertawa. "Hahaha, sudah lama Bibi belum bertemu dengan orang yang punya keteguhan dan kepribadian yang kuat seperti ini," ujar bibi Pesa. Lalu, ia menatap Anna sambil tersenyum. "Anna, Bibi suka dengan penjelasanmu mengenai keseriusanmu terhadap Sera, walaupun ada beberapa hal yang masih kurang dimengerti. Tapi... sebelum kau keluar, ada yang ingin Bibi tanyakan terakhir kali."
Diluar ruangan, Sera berdiri mengawasi para pelanggan yang sedang menikmati makanan mereka. Dalam hatinya, ia begitu khawatir dengan apa yang sedang terjadi di dalam ruangan itu. Tiba-tiba, Sera terkejut mendengar suara ketawa bibi Pesa. 'Eh?! A-apa itu?! Kenapa Bibi bisa tertawa seperti itu?' pikir Sera heran.
Tak lama kemudian, ia melihat Anna keluar dari ruangan itu. Ekspresi Anna tidak berubah sama sekali, tenang dan santai. Anna menatap matanya dan tersenyum, memberikan isyarat bahwa semua sudah baik-baik saja.
Lalu, bibi Pesa memanggil Sera untuk masuk ke dalam ruangan. Sera tampak sedikit lega, namun masih ada rasa takut dalam hatinya. "Ja-jadi gimana, Bi?" tanya Sera penasaran.
"Kau mau tahu? Kalian tak kusetujui," jawab bibi Pesa.
"Eh?!" Sera terkejut syok. Mukanya yang sedikit tenang tadi berubah menjadi kaget.
"Bercanda, bercanda..." ujar bibi Pesa sambil tertawa kecil.
"E-eh?! Ya-yang benar mana nih?!" tanya Sera kesal.
"Memang benar apa yang dikatakan Anna tentangmu. Kau begitu mencintainya ya?" tanya bibi Pesa balik.
"Eh...? I-itu..." Muka Sera perlahan-lahan memerah.
"Hahahaha! Sudahlah. Aku cukup melihat dari muka malumu itu saja," ucap bibi Pesa tertawa. "Sekarang, Bibi mau tanya kepadamu yang terakhir."
Sera terdiam gugup saat mengetahui bibinya ingin menanyakan sesuatu kepadanya. Muka bibi Pesa berubah menjadi serius.
"Kau pasti sudah pernah terpikirkan soal masalah-masalah yang akan kau hadapi kedepannya kan? Dari segi sosialmu, dari segi keluargamu, dan lain-lain."
"I-iya..."
"Lalu... bagaimana caramu mengatasi masalah-masalah itu?"
Sera terdiam sesaat. "Maafkan aku, Bi... Sejujurnya, aku belum bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan itu. Tapi, aku tahu bahwa cepat atau lambat, aku akan menghadapi hal itu. Maka dari itu, yang perlu aku lakukan hanyalah bersabar menunggu masalah itu datang. Biarlah diriku di masa depan yang mengatasi masalah itu. Saat ini, aku hanya ingin menikmati kesenangan ini saja," ujar Sera.
"Hummm, kalau saja kau menemukan masalah itu sekarang, apa yang akan kau lakukan?"
"Kalau itu... aku akan berusaha mencari solusinya. Lagipula, aku ada Anna. Kami berjanji kalau kami akan berusaha bersama-sama mengatasi masalah itu. Kami hanya perlu yakin terhadap satu sama lain... Aku juga yakin, mencari jalan keluar itu tidaklah mudah. Pasti ada di saat aku akan jatuh. Tapi, aku yakin jika Anna akan selalu berada di sampingku, dan dia tidak akan membiarkanku jatuh."
Bibi Pesa terdiam dan tersenyum mendengar penjelasan Sera. Semua kata-kata itu, hampir mirip dengan apa yang dikatakan Anna sebelumnya. Saat itu, bibi Pesa menyadari bahwa mereka memang saling mencintai. Namun, bibi Pesa hanya bisa mengawasi mereka. Jika mereka menemukan rintangan, dia hanya bisa mempercayakan semua itu kepada mereka.
"Baiklah, Bibi mengijinkan hubungan kalian. Tapi, dengan syarat, jangan sampai kalian ciuman atau melakukan hal mesum di depan Bibi. Jika Bibi menangkap kalian seperti itu, maka akan Bibi beri hukuman," ucap bibi Pesa.
Sera perlahan-lahan tersenyum lebar. "Ma-makasih, Bibi!" balas Sera sambil berjalan menghampiri bibi Pesa dan memeluknya.
Setelah kejadian itu, bibi Pesa mengijinkan Anna dan Sera untuk berpacaran di kafenya. Lalu, cukup sering Anna mengunjungi kafe itu untuk bertemu dengan Sera, terutama saat jam makan siang. Bibi Pesa merasa senang melihat Sera dengan ekspresi naturalnya itu. Di juga kagum melihat mereka yang tidak hanya pacaran saja, namun juga sering belajar bersama-sama di kafe itu. Anna sering mengajari dan membantu Sera memperbaiki cara belajarnya. Beberapa saat, mereka kepergok sedang ciuman, dan bibi Pesa menyuruh mereka untuk mencuci piring-piring kotor. Namun, hal itu malah membuat Anna dan Sera semakin senang. Cafe Pesa menjadi rumah kedua bagi Anna dan Sera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Walls
RomanceMurid kelas 2C Union Selatan dihebohkan dengan kedatangan seorang murid pindahan yang cantik dan kaya bernama Anna Hamburton. Walaupun Anna berada di ruang yang sama dengan dirinya, kehidupan sekolah Sera yang berantakan tetap berjalan seperti biasa...