III. Murid kelas IPA

3.5K 455 47
                                    

PERHATIAN☆

Tokoh utama cerita ini adalah Kang Seulgi dan sampe akhir chapter bakal Seulgi pov.

Kenapa? Karena ini berdasarkan kisah author sendiri (sebagian besar), jadi author gatau kisah cast lain.

.
.
.

Vote dan komen ditunggu:)

.
.
.
.


Nama gue Kang Seulgi. Gue sekolah di Star High School yang kelasnya dipisah menurut gender.

Iya, cowo dan cewe beda kelas, namun masih satu gedung. Pembatas ruang kelas antar daerah cowo dan cewe ada perpustakaan dan di depan perpustakaan ada tangga.

Star High School bukanlah SMA swasta yang masuk dalam 10 top list kota Seoul. Namun sekolah gue menjadi alternatif kedua jika tidak masuk ke SMA pilihannya.

Gue termasuk orang itu. Gue gak lulus di SMA pilihan gue dan orangtua gue daftarin gue ke sekolah ini.

Sekilas tentang cerita dibalik pendaftaran gue, gue ngedaftar pas udah hari kedua MOS dan ternyata masih ada bangku kosong.

Yaudah, disinilah gue sekolah.

Sesederhana itu.

Namun dibalik kesederhanaan itu, kisah rumit gue dimulai.

.
.
.
.

Bel pulang sekolah udah bunyi dari 10 menit yang lalu, anak kelas udah pada bubaran.

Sekarang gue lagi piket kelas, piket kelas di hari pertama. Alesannya karena gue ketua kelas. Nice sekali bukan?

Tapi gak sendiri sih, ada seketaris yang bantuin.

Gue berdua di dalam kelas sama seketaris.

Bisa bayangin ga gimana suasana dalam kelas?

Cuma suara desingan AC sama tiktok -bukan aplikasi- jarum jam yang kedengeran.

So
.
.
.
Awkward.

"Irene!" Panggil seseorang dari pintu kelas.

Gue yang lagi nyerokin(?) debu ke pengki, refleks noleh. Lah kakak OSIS pas ngemos gue kemaren? Ngapain ke kelas gue?

Dan manggil Irene pula?

"Gue pulang duluan, udah di jemput." Irene yang lagi ngangkatin kursi terakhir ke atas meja langsung memakai tas ranselnya.

Gue cuma bengong sambil tetap  megang sapu di tangan kanan dan pengki di tangan kiri.

"Itu kakak gue." Irene berjalan melewati gue sambil menepuk pundak gue pelan lalu melambaikan tangan.

"Eh? Oh ya." Suara gue nyaris tak terdengar.

Barusan dia bilang sesuatu yang ga gue tanyain kan?

Perlahan gue tersenyum sendiri sambil nari ala princess disnay bersama sapu sebagai pangerannya.

.
.
.
.

Piket kelas udah selesai, saatnya gue pulang. Lorong masih ramai oleh banyak murid yang membentuk perkumpulan sendiri.

Betah banget dah di sekolah?

Gue ngambil sepatu dari rak di samping pintu kelas. Saat berbalik, gue liat seseorang yang baru keluar dari depan kelas gue.

GENGSI 》ksg×bjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang