VI. Sindiran Bu Sunmi

2.8K 426 16
                                    

Voment juseyo~
.
.
.
.

"Kamu ketua kelas, Seulgi. Kamu bertanggung jawab penuh atas teman-temanmu."
-Bu Sunmi

"Keluarkan alat dan bahan yang saya suruh bawa."

Saat ini pelajaran seni budaya yang diajar Bu Sunmi, penutup pembelajaran hari senin.

Yang bawa alat dan bahan, mengeluarkan dengan semangat. Yang gak bawa alat dan bahan, hanya diam saling melirik.

"Ngerjainnya boleh kelompok, boleh pribadi. Tapi saya tetap menilai hasilnya perorangan," Bu Sunmi sekilas menjelaskan, lalu lanjut mengatakan, "Yang tidak bawa bahan, gak ada nilai untuk hari ini." Bu Sunmi menegaskan kata gak ada nilai, yang membuat beberapa anak berdecak tak terima.

Tapi gimana lagi? Bu Sunmi itu tegasnya kebangetan kalo lagi pelajarannya.

Gue aja yang notabenya ketua kelas, gak berani bercanda sedetikpun.

"Bae Irene, maju." Panggil Bu Sunmi.

Irene maju kedepan sambil membawa tripleks, lilin mainan, dan beberapa alat lainnya.

Tugas pertama kami adalah membentuk lilin mainan diatas tripleks.

Hah, anak tk juga belajar ginian.

Gue melamun karena bosan sampai akhirnya Bu Sunmi memanggil nama gue dengan keras.

"Seulgi Kang!"

"Eh?"

Gue yang terkejut, tak sengaja menyenggol gunting hingga jatuh keatas kaki gue.

Berdarah si ngga, palingan memar. Tapi sakitnya ituloh, sukses banget buat gue ngaduh-ngaduh kesakitan.

"Hm.. Alat kamu gak lengkap ya.." setiba gue di depan, Bu Sunmi langsung mengecek alat dan bahan yang gue bawa.

"Cutter doang, Bu. Lainnya saya bawa semua.." gue mencoba merayu dengan segenap tenaga.

"Tetep aja gak lengkap. Penggaris ini juga punya kelas, kan?"

Syalan, gue lupa kalo warna penggaris kelas paling mencolok sampe bisa ditandai.

Gue hanya meringis, ada dua alasan kali ini. Pertama, karena sindiran maut Bu Sunmi. Kedua, karena kaki gue yang masih kerasa berdenyut.

"Kamu itu tampang doang laki. Tapi kejatuhan gunting, ngaduhnya kaya ketimpa bata."

Gue mengumpat dalam hati.

Lama-lama nih guru gaada cantiknya sama sekali, cantikan juga Irene.

Gue refleks lihat ke arah Irene yang kebetulan lagi liatin gue.

Kebetulan ngeliat gue apa sengaja ngeliat gue ya?

"Seulgi!"

Kali kedua gue diteriakin Bu Sunmi karena melamun. Karena jarak gue dengan Bu Sunmi yang dekat, gendang telinga gue serasa berdenging.

"Duh iya Bu, jangan teriak-teriak kan bisa." Gue hanya nyengir lalu cepat-cepat kembali ke tempat duduk gue, takut di teriakin kali ketiga.

Gue denger Bu Sunmi merepet, tapi gue gak tau apa yang dibilangnya.

Gue ga denger, gue pake baju~

"Silakan kerjakan. Waktu kalian sebulan buat nyelesaikan projek ini."

Ginian doang sebulan? Emang kami anak playgroup?

Baru juga gue buka penutup tempat lilin, suara Irene manggil gue.

GENGSI 》ksg×bjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang