VII. Sifat Irene (yang baru Seulgi tahu)

3K 416 24
                                    

Voment juseyo~
.
.
.
.

Kemarin, Irene pulang begitu saja meninggalkan praktek seni budayanya. Gue kira dia cuma ke kamar mandi bentar buat tenangin diri, taunya sampe sekolah bubaran pun gue gak nemuin sosok Irene. Pas gue mau bawa pulang tasnya, eh tasnya udah menghilang. Katanya sih di ambil sama kakaknya.

Ya sudah, gue pulang langsung. Lagian gue gak tau dimana rumah Irene, ogeb emang.

Pagi ini hujan deras. Untung jaket kulit gue 'agak' waterproof, jadi seragam gue cuma lembab.

"Siapa yang ngehidupkan ac 16°?" tanya gue setelah duduk di atas bangku.

"Gue! Panas loh, Seul." Somi berkata sambil mengibas-ngibaskan tangannya, serasa di padang pasir.

"Panas? Perlu di rukiyah lo berarti." jawab gue sewot. Segera gue jalan ke samping pintu buat ngambil remote ac. Sedangkan Somi hanya tertawa.

Lucknut emang, udah tau gue alergi dingin.

Tepat gue lagi nekan tombol power, pintu kelas terbuka. Tampak sosok Irene sedang memasuki kelas dengan wajah datar.


Langkahnya sengaja agak di seret, kedua tangannya memegang tali ranselnya. Wajahnya sembab, kantung matanya menghitam.

Fix, dia nangis berjam-jam.

Gue hanya diam memperhatikannya hingga ia duduk di atas kursinya, menyapa Hyejeong yang langsung menanyainya berbagai pertanyaan.

Gue jalan ke meja guru, pura-pura ngecek absen sama catatan kelas.

"Belum gue isi, Seul." kata Irene serak, seakan paham maksud gue.

Gue langsung duduk di kursi guru, agak senang karena Irene peka. "Ah, iya. Gue aja yang ngabsen." jawab gue cepat. "Siapa yang gak datang?" tanya gue ke seisi kelas yang cukup berisik, di tambah suara hujan yang menabrak jendela kelas.


"Datang semua, Seul." jawab Sowon setelah menghitung anak kelas.

"Oke, datang semua. Wali kelas belum datang?"

"Apel pagi di kantor katanya." kali ini Yongsun yang menjawab.

"Oh..." gue hanya mengangguk-angguk sambil menceklis semua kotak absen hari ini. "Eh, Lalisa Manoban beneran di coret namanya?" tanya gue ke Irene yang lagi tiduran di atas mejanya.

"Kata walasmu di coret aja, udah seminggu sekolah masa belum dateng juga." Irene menekankan kata 'walasmu'.

Gue mengernyit heran lalu menahan tawa. "Walas lo juga kali.." balas gue sambil mencatat mata pelajaran di buku catatan kelas.

"Ih apaan, wali kelas kayak gitu."

Belum sempat gue balas perkataan Irene, Hani membuka pintu kelas. Suara hujan menyaingi suara murid yang berdesakan di lorong.

"Seul, katanya di suruh ke aula!"

"He?" gue langsung bangkit, jalan menuju pintu.

GENGSI 》ksg×bjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang