II. Hari pertama [pt. 2]

3.6K 496 49
                                    


"Ada yang ngajuin diri jadi ketua kelas?" Bu Sunmi berbalik, menatap seisi kelas.

Hening.

"Ayo, jangan malu-malu. Udah SMA masa malu-malu." Bu Sunmi tampak terkekeh.

"Eng..." gue mengeluarkan suara.

"Seulgi?"

"Eh ngga bu, cuma mau nanya dulu pas SMP ada yang pernah jadi ketua kelas ga?"

Hening.

Wendy menyikut-nyikut lengan gue sambil tersenyum menyebalkan.

Anjir.

"Kamu aja deh ya." Bu Sunmi langsung nulis nama gue. "Adalagi?"

"Seulgi aja Bu!" Wendy berteriak semangat.

Minta di gorok ni anak.

"Eh-"

"Siapa yang setuju Seulgi Kang jadi ketua kelas?" Wendy berteriak lagi.

Semua langsung mengangkat tangan.

Eh ada satu yang ragu ngangkat tangan.

Bae Irene.

"Baik, ketuanya Kang Seulgi ya..." Bu Sunmi menceklis nama gue di papan tulis.

Gue menelan ludah, membayangkan gimana setahun kedepan.

Iyalah, kan gue mau fokus jadi anak rajin. Kalo jadi ketua kelas ntar menghambat dong.

Nyesel gue ngomong.

"Sekretaris?" Bu Sunmi mengedarkan pandangan lagi.

"Dewi kecantikan Bu."

Kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulut gue.

Semua pasang mata menatap gue dan Irene bergantian.

Gue ngomong apaan? Apa yang mulut gue telah lakukan?

Gue ngelirik Irene, tatapannya seakan pengen bunuh gue.

Oh tyduck.

Gue serasa tenggelem di kolam lele sampe ke dasar.

"Oke, Irene." Tanpa bertanya siapa lagi yang mau ngajuin diri, Bu Sunmi menceklis nama Irene di papan tulis.

"Bendaharanya Kim Sejeong!" Seru pemilik suara cowo.

"Lah kok gue?" Sejeong menggeleng-geleng pada Bu Sunmi, seakan minta dikasihani.

"Jangan, ntar ilang mulu duitnya sama dia." Somi terkekeh. Sejeong hanya tersenyum pait.

"Jadi siapa nih?" Bu Sunmi bertanya setelah selesai tertawa. "Yang ngangkat tangan, Ahn Hani?"

Semua memandang Hani yang salah tingkah.

"Eh saya cuma renggangin badan, Bu. Pegel." Ia cengar-cengir.

"Oke, Ahn Hani bendahara." Bu Sunmi menuliskan nama Hani lalu menceklisnya. "Ketua kelas Kang Seulgi, Seketaris Bae Irene, Bendahara Ahn Hani." Bu Sunmi membaca nama-nama di papan tulis seraya memandang gue, Irene dan Hani bergantian.

"Wakil ketuanya gak ada Bu?" Yerin Jung bersuara setelah mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

"Gak usah ada wakil lah ya?" Bu Sunmi bertanya balik.

Anak kelas rata-rata pada ngangguk-ngangguk setuju.

"Pake lah, Bu..." Gue melas.

"Kalo ada apa-apa sama seketaris aja, yakan Irene?"

"Eh i, iya Bu." Sahut Irene tanpa melirikku.

"Baiklah, pelajaran pertama akan dimulai. Irene tolong ke kantor minta buku absen sama catatan kelas." Bu Sunmi berkata sambil menutup spidolnya.

"Gak sama Seulgi Bu?" Tanyanya.

Eh?

"Iya deh, Seulgi kawani Irene." tangan Bu Sunmi seakan mengusir gue agar cepat keluar menyusul Irene yang udah di depan pintu kelas.

Oke. Tarik napas perlahan, buang dari bawah tanpa suara.

Eh buang dari mulut ke muka Wendy.

"Apaan sih lo?" Wendy sewot sambil menutup hidungnya.

"Balesan karena suara lo paling nyaring tadi." Gue hanya mengangkat bahu lalu cepat-cepat meninggalkan Wendy yang ingin menonjok gue.

Ealah, napas gue wangi gini. Tadi pagi kan kumur-kumur pake listerin sebotol.

.
.
.
.

Gue nyusul Irene yang udah masuk duluan ke dalam kantor. Ia tampak sibuk mencatat sesuatu.

Gue mendekat. Ia hanya melirik gue lalu lanjut nulis. Entahlah, gue gatau arti lirikan dia.

Lirikan matamu menggoda imanku~

Apasih Seul.

"Sini, biar gue yang nulis namanya." Gue langsung narik buku absen dari bawah sikut Irene.

Ia hanya diam seraya mengangkat sedikit sikutnya.

Kami pun menulis dalam keheningan suasana kantor yang gurunya entah pada kemana.

.
.
.
.

Irene itu...

Dingin.

Bukan sama gue aja loh ya dinginnya, sama yang lain juga dingin, termasuk sama temen lamanya.

Tapi Irene gak pelit senyum ke orang-orang. Bayangin aja dia cuek tapi suka senyum.

Aw.

Kecuali sama gue tentunya.

Dendam kali ya karena gue ngajuin nama dia pas pemilihan seketaris?

Tapi gue gak nyesel kok ngajuin dia.

Itu langkah awal gue untuk bicara dengan santai ke dia.

Tanpa maksud apa-apa ya.

Soalnya anak kelas yang paling susah buat diajak ngomong itu Irene menurut gue.

Walaupun pada sesi first impression kesannya gue kayak kerdus sama beberapa anak kelas, tapi gue gak ada maksud apa-apa.

Yah cuma sekedar first impression gitu, kesan pertama.

Menurut gue Irene itu menarik.

Makanya gue tertarik. Ehe.

Tertarik untuk kenal Irene maksudnya.

Dan gue gak tau.

Ternyata dibalik ketertarikan gue sama Irene, ada cerita yang bakal ngisi hari-hari gue selama SMA.

.
.
.
.

-hyejeongbae

GENGSI 》ksg×bjhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang