A8

3.4K 215 28
                                    

Happy Reading❤️

Adnan duduk di sofa sambil memijit kepalanya yang terasa akan pecah. Kehadiran wanita tadi benar-benar diluar dugaannya, apalagi dia telah melihat Adel.

Adel duduk di samping Adnan. Ia hendak berbicara, tetapi nampak ragu. Akhirnya Adel memutuskan untuk diam saja.

Hening.

Itulah suasana yang sedang dirasakan keduanya. Adel hanya memainkan jarinya. Ia bingung harus bagaimana, baik untuk berbicara ataupun bersikap.

"Em... Kamu ingin minum?" Akhirnya Adel berani membuka suara. Adnan tersentak dan memandang Adel dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa?" tanya Adel bingung karena Adnan menatapnya tak biasa.

"Kamu... tidak bertanya?" tanya Adnan balik karena ia sendiri merasa bingung karena Adel tidak menunjukkan tanda-tanda minta penjelasan perihal kejadian tadi.

"Bertanya? Maksudnya? Bukankah barusan aku bertanya tadi," sahut Adel dengan polosnya.

Adnan mengerutkan keningnya. Ia tak habis pikir dengan jalan pikiran Adel atau memang Adel bukan orang yang kepo? Tetapi dengan jelas tadi Adnan melihat Adel terkejut saat kejadian tadi.

Adnan mengambil sebuah bingkisan dari dalam tasnya kemudian memberikannya pada Adel.

"Apa ini?" tanya Adel bingung.

"Yang kamu minta..." jawab Adnan.

Adel masih mengerutkan keningnya. Tetapi ia memilih untuk tidak bertanya lagi dan langsung membukanya. Adel membulatkan matanya saat melihat isinya. Sebuah liptint yang dulu sempat mereka ributkan.

"Kamu membelikannya untukku?" tanya Adel yang masih kaget.

"Iyalah, masa buat kucing," jawab Adnan enteng. Adel sangat girang dan langsung memeluk Adnan dengan erat.

Deg~

Tiba-tiba saja jantung Adnan berdegup dengan kencang saat Adel memeluknya. Adnan cukup bingung dengan perasaan yang baru dirasakannya ini. Adnan hendak membalas pelukan Adel, tetapi Adel keburu melepaskannya. Tiba-tiba saja ide jahil bersarang di otak Adnan.

"Ucapan terima kasihnya mana?" tanya Adnan.

"Harus, ya? Bukannya ini kewajiban suami?" sahut Adel enteng.

Adnan langsunt cemberut dengan wajah yang terlihat sangat lucu.

"Setidaknya kamu menghargai usahaku," ungkap Adnan kesal. Adel menatap tak suka kearah Adnan.

"Kerapkali seseorang menuntut untuk dihargai sampai mereka lupa melindungi harga dirinya," kata Adel.

Adnan menatap heran kearah Adel. Ia tidak mengerti maksud dari perkataan Adel barusan.

"Maksud kamu apa?" tanya Adnan.

"Gaada. Itu qoutes yang biasa aku baca disosme  aja." jawab Adel acuh kemudian pergi meninggalkan Adnan yang melongo.

Adnan meraih tasnya kemudian melangkah menuju kamar untuk beristirahat. Baru saja ia akan memejamkan matanya, tetapi teriakan Adel mengejutkannya.

"ADNAN!!"

Teriakan Adnan menggema memenuhi seluruh isi kamar. Adnan langsung membuka mata dan duduk.

"Ada apa lagi?" Adnan terlihat sedang menahan amarah.

"Lapaaaarrrrr..." Adel merengek.

"Kalo lapar itu makan, bukan teriak," sahut Adnan datar.

"Gaada makanan," kata Adel.

Mi dispiace (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang