A11

3.5K 185 16
                                    


Aku tak memiliki banyak harta, tetapi aku memiliki jutaan kesabaran untukmu

Adnan keluar dari toilet. Ia berjalan kembali untuk menemui Adel. Tetapi, langkahnya terhenti saat melihat Adel sedang bersama dengan sosok yang sangat ia kenali yang juga murid sekaligus mantan Adel. Siapa lagi kalau bukan Julian. Adnan bersembunyi di balik toko saat melihat Adel dan Julian berjalan keluar toko. Ia tidak ingin Julian menemukannya dan mengetahui kalau Adel pergi bersamanya. Bagaimanapun juga itu pasti akan mempersulit Adel.

"Kamu mau aku antar, Del?" tawar Julian.

"Gak usah, gue pulang sendiri aja," tolak Adel. Tidak mungkin ia menerima ajakannya Julian, sementara ia pergi ke sini bersama dengan Adnan meskipun keberadaan pria itu tidak diketahui dimana.

"Kamu yakin?" tanya Julian memastikan.

"Iya, sudah sana pergi," jawab Adel setengah mengusir Julian. Ia cukup khawatir kalau Adnan tiba-tiba muncul disini dan melihatnya bersama dengan Julian.

Julian hanya tersenyum sambil mengacak rambut Adel.
"Oke, aku duluan."

Julian kemudian pergi meninggalkan Adel. Sepeninggalan Julian, Adel berdiri seperti orang linglung karena mencari keberadaan Adnan.

"Kemana, sih? Kok gak balik-balik," gerutu Adel.

"Bukannya bagus ya kalau aku gak balik?"

Sebuah suara terdengar dari belakang Adel. Adel yang kaget langsung berbalik.

"Ih, kamu kemana aja??" protes Adel. Adnan tersenyum seperti biasa seolah tak terjadi apa-apa.

"Toilet," jawab Adnan.

"Kok lama sih?" tanya Adel lagi.

"Kalau kecepatan balik, ntar Julian tau kalau kamu kesini bareng aku," jelas Adnan dengan santai.

Meskipun Adnan terlihat santai, tetapi entah mengapa Adel merasa tidak enak.

"Kamu liat?" tanya Adel dengan tampang bodohnya.

"Iyalah liat, kalau engga mana aku tau kalau kamu bersama Julian," sahut Adnan santai.

"Kamu gak marah?" tanya Adel lagi. Adnan justru tersenyum. Sepertinya pria ini memang sangat murah senyum dan juga penyabar.

"Ngapain aku harus marah? Toh dia gak ngapa-ngapain kamu," jawab Adnan tenang. Akhirnya Adel bisa bernafas lega.

Apa? Lega? Itu artinya Adel takut Adnan marah? Buat apa?

"Yaudah, yok pulang!" ajak Adnan sambil menggenggam tangan Adel.

"Iya," jawab Adel kemudian menurut.

Aiden sedang merengek pada Arnessa karena ingin bertemu dengan Adel. Arnessa berusaha membujuk Aiden, tetapi Aiden tetap keras kepala dengan keinginannya. Arnessa bingung kenapa kedua anaknya ini sangat mirip keras kepalanya dengan suaminya, padahal dirinya lah yang telah mengandung mereka.

"Mom, selama sista menikah, kita gak pernah mengunjunginya," ungkap Aiden dengan jujur. Arnessa membenarkan ucapan Aiden barusan.

Mi dispiace (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang