A14

3.2K 150 5
                                    

Happy Reading




Adel pulang ke rumahnya dengan wajah yang begitu lelah. Adel berjalan gontai menaiki tangga sambil menyeret ranselnya. Adel berjalan dengan kepala tertunduk hingga dirinya tak sengaja menabrak tubuh seseorang.

"Ish!" gerutu Adel kesal. Ia sedang kelelahan, malah ada seseorang yang menghalangi jalannya. Ia pun mendongak untuk mengetahui siapa orang menyebalkan itu.

"Adnan!" seru Adel kaget. "Kamu nagapain disini?"

Adnan mendekatkan wajahnya ke wajah Adel. Refleks Adel langsung menjauhkan dirinya hingga terpeleset dan hampir saja jatuh. Untungnya dengan sigap Adnan menahan pinggang Adel agar tidak jatuh.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Adnan khawatir.

Adel terdiam membeku. Otaknya masih belum dapat mencerna apa yang barusan terjadi. Matanya terkunci pada wajah Adnan yang begitu dekat dengan wajahnya. Bahkan ia dapat merasakan deru nafas yang memburu dari Adnan.

"Adelia?" panggil Adnan karena Adel yang tak kunjung menjawab pertanyaaannya.

Adel tersadar dan langsung membenarkan posisinya. Adnan melepaskan tangannya dari pinggang Adel.

"K-K-kamu nanya apa tadi?" tanya Adel terlihat gugup. Pipinya memerah karena malu.

"Kamu gak apa-apa, kan?" ulang Adnan. Adel langsung mengangguk pelan.

"Aku mau ke kamar," pamit Adel cepat. Ia merasa tak karuan karena berdekatan dengan Adnan seperti ini.

Adnan mengerti. Ia kemudian mengambil ransel dari tangan Adel dan mengikuti istrinya itu sampai ke kamar.

Setibanya di kamar, Adel langsung merebahkan dirinya di kasur empuknya. Dirinya sangat lelah seperti menemukan obat setelah bertemu dengan kasur.  Adnan menaruh ransel Adel kemudian duduk ditepian kasur.

"Capek?" tanya Adnan lembut.

"Hm."

Adnan kemudian melepaskan sepatu Adel beserta kaos kakinya. Adel tidak menyadarinya saking lelahnya. Matanya terpejam. Adnan duduk bersandar sambil memperhatikan Adel yang berbaring di sampingnya.

"Kenapa gak kasih kabar?" tanya Adnan sambil merapikan rambut Adel yang menutupi sebagian wajahnya.

"Rusak," jawab Adel singkat tanpa membuka mata.

"Apanya?" tanya Adnan.

"Ponselku."

"Kok bisa?" tanya Adnan lagi.

"Ada insiden," jawab Adel singkat. "Aku ngantuk."

"Iya, tidurlah."


*

Adnan menemani Aiden bermain di kamarnya. Ia tidak ingin menganggu Adel yang sedang beristirahat. Tak lama kemudian seorang pembantu masuk ke dalam kamar Aiden.

"Tuan muda, makan malam telah siap," kata pembantu tersebut.

"Oke," jawab Aiden.

"Nona Adel, apa perlu saya yang bangunkan atau anda?" tanya pembantu tersebut pada Adnan.

"Biar saya saja," jawab Adnan.

Adnan bangkit berjalan menuju kamar Adel untuk membangunkan Adel yang masih terlelap. Adnan tersenyum melihat Adel yang terlihat tetap cantik bahkan saat tidur.

"Adelia, ayo bangun."

Adnan mengelus pipi Adel untuk membangunnya. Adel merasa sedikit terusik.

"Adelia..." panggil Adnan lagi.

Mi dispiace (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang