A12

3.3K 163 7
                                    


Tentang perasaanmu, hanya kamu dan Tuhan yang mengerti, tidak orang tuamu, tidak teman-temanmu, atau bahkan orang lain.


Mr. David dan Mr. Giraldi sedang mengadakan pertemuan untuk perjanjian kerja dimana Ferdo grup akan menjadi aliansi Mr. David untuk pencalonan presiden 2 tahun yang akan datang. Mr. David adalah presiden yang saat ini di Italia. Ferdo Grup memiliki pengaruh yang sangat besar, tidak hanya di Indonesia melainkan dibeberapa negara asing.

Saat ini Mr. David sedang makan malam dengan Mr. Giraldi di restoran. Hanya mereka berdua dan beberapa ajudan yang dengan setia berdiri di belakang mereka untuk keamanan.

"Saya dengar anda punya putra, Mr. David," kata Mr. Giraldi atau Al sekedar untuk berbasa basi.

"Iya, dia sedang kuliah saat ini. Putramu sendiri?"

"Aiden masih sekolah dasar dan Adelia sekarang sudah kelas 12," jelas Al.

"Wah, anda memiliki keluarga yang utuh," puji Mr. David.

"Iya."

Hari pertama ujian akhir sekolah. Terlihat sekali dengan wajah stress para murid. Lalu bagaimana dengan Adel? Seperti biasa, dia selalu santai. Adel bukan pribadi yang mau ambil pusing dan gak mau pusing. Apalagi hanya karena ujian.

"Kamu udah belajar, Del?" tanya Julian ramah. Adel hanya mengedikkan bahu acuh tak menanggapi.

"Kita lihat semester ini siapa peringkat 1. Kamu atau aku," tantang Julian.

"Terus?" Adel terlihat sangat tidak tertarik dengan pembicaraan inj.

"Kalau aku yang peringkat 1, kamu harus mau kencan denganku," tantang Julian membuat Adel membulatkan matanya.

"Gila ya?" protes Adel.

"Kalau kamu yang peringkat 1, aku bakal turutin semua permintaan kamu," tawar Julian lagi. Adel menatap ke arah Julian dan terlihat tertarik dengan tawaran tersebut.

"Semua? Termasuk pindah dari negara ini?" tantang Adel.

"I...iya," jawab Julian ragu.

"Deal!"

*

Ujian akhir sekolah telah berakhir. Sekarang waktunya untuk berlibur. Kelas Adel akan mengadakan kemah sebagai acara perpisahan mereka. Sebelum itu, Adel harus mendapatkan izin dari Adnan karena Adnan adalah suaminya.

"Pleaseeeeeee..." Adel terus membujuk Adnan tetapi Adnan tetap pada pendiriannya.

"Aku gak ngizinin, Del. Berkemah 2 hari 2 malam? Gila... di hutan lagi. Kalau kamu kenapa-napa gimana?" ungkap Adnan tak memberi izin. Adel langsung cemberut.

"Aku bukan anak kecil. Lagian disana gak cuma aku aja, tapi sekelas," jelas Adel dan berharap Adnan mau mengerti.

"Ngga, Del," jawab Adnan tegas.

"Please...." Adel memasang wajah memelas.

Adnan menatap Adel yang sedang memasang wajah memelas. Adnan menarik nafas gusar kemudian mengangguk. Ia tidak akan tahan jika Adel sudah merengek.

"Kamu ngizinin aku?" sorak Adel.

"Iya," jawab Adnan dengan perasaan yang terpaksa.

"Makasih!"

Adel langsung berhambur memeluk Adnan. Kedua sudut bibir Adnan tertarik keatas membentuk lengkung senyuman. Saat Adnan hendak membalas pelukannya, Adel sudah terlebih dahulu melepaskannya.

Mi dispiace (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang