A10

3.5K 180 18
                                    


Adnan baru tiba di kostnya. Baru saja Adnan melepas sepatunya, Adel sudah menghampiri dengan wajah cerianya. Adnan menatap heran kearah Adel, pasalnya Adel tidak pernah sebahagia itu saat menyambutnya.

"Adnan!" panggil Adel dengan penuh senyuman.

"Iya, sayang?" sahut Adnan lembut seperti biasanya.

"Temenin aku ke mall. Aku mau beli skincare," pinta Adel sumringah.

Adnan menatap Adel cukup lama.

"Adnan... jangan ngelamun dong." rengek Adel sambil menarik-narik lengan Adnan.

"Kamu mau apa tadi?" ulang Adnan dengan kening berkerut.

"Skincare," ulang Adel.

"Berapa?" tanya Adnan cemas.

"1,5 juta mungkin," jawab Adel enteng.

"Hah?? cuma skincare kamu doang sampe 100 dollar?" kaget Adnan bukan main. Matanya bahkan melotot kearah Adel.

"Iya emang. Kenapa? ada yang salah?" sahut Adel santai. Ia masih saja tersenyum polos tanpa dosa sedikitpun.

"Iyalah salah. Cuma skincare, masa harganya segitu. Mending buat beli yang lain," jawab Adnan menasihati. Adel langsung cemberut.

"Helloooo.. Ini udah tahun berapa? Kamu kira cantik itu instan dan murah gitu? Please deh, semua cewek cantik di dunia ini pasti perawatan. Semakin cantik dia, semakin mahal biayanya. Lagipula cowok pasti bangga punya cewek yang cantik, kan?" jelas Adel panjang lebar. Bagaimanapun juga ia harus punya argumen yang kuat agar suaminya menyetujui permintaannya. Adnan terdiam memikirkan.

"Itu baru skincare nya aja loh. Belum lagi make up, baju yang dia pakai, sepatu dan juga tas. Cantik itu mahal," lanjut Adel.

Adnan menarik nafas kemudian menghembuskannya dengan berat. Tanpa sepatah katapun ia berlalu begitu saja meninggalkan Adel.

"Adnan!" teriak Adel tetapi diabaikan oleh Adnan.

Di kamar, Adnan melemparkan tasnya asal ke kasur. Ia kemudian duduk di kasur sambil memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut. Adnan mengacak rambutnya frustasi karena tidak menemukan cara menyelesaikan masalah rumah tangganya saat ini. Baru beberapa bulan menikah, Adnan merasa seolah bebannya sangat berat. Bagaimana nanti kalau bertahun-tahun?

Adel masuk ke kamar dan menghampiri Adnan yang terlihat frustasi. Adel langsung bergelayut manja di lengan Adnan.

"Please..." bujuk Adel dengan manja. Ia  bahkan memasang wajah memelasnya. Adel tentu berusaha sangat keras agar Adnan mau menuruti permintaannya kali ini.

Adnan menatap Adel yang sedang memasang wajah memelas saat ini. Tetapi detik berikutnya Adnan langsung memalingkan muka.

"Adnan..." bujuk Adel lagi.

Adnan menghembuskan nafas berat. Ia memandang Adel sekali lagi. Bukan salah Adel, memang seharusnya dirinya lah yang memenuhi kebutuhan Adel karena ia adalah suami Adel.

Mi dispiace (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang