Bad boy
...
Tidak terasa waktu pun berlalu dengan cepat, memuat banyak kenangan manis dan pahit secara bergantian. Membuat sesuatu untuk bisa dikenang kemudian hari.
Kehidupanku berjalan seperti biasanya, lurus dan datar tidak ada yang menarik sama sekali. Sosok Erlan perlahan mulai bisa aku atasi, sekarang kami sudah tidak dekat dan sama sekali belum bertemu semenjak kejadian waktu aku menangis di toilet sampai membolos pelajaran matematika dan Papa pun terpaksa harus ke sekolah karena keadaanku yang sangat lemas sepertinya terlalu lama menangis. Papa tidak banyak bertanya, dia sangat mengerti keadaanku saat itu. Aku sangat beruntung memiliki seorang Papa seperti beliau.
Aku dan Agnes semakin berteman baik, bahkan aku mempunyai banyak teman sekarang. Hampir satu kelas. Meskipun aku sesekali bersikap cuek dan jutek mereka tidak pernah kapok untuk mendekatiku. Punya teman lebih dari lima orang sepertinya merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa untuk orang yang sedikit sulit untuk bersosialisasi sepertiku.
...
Hari ini hari kamis dan pelajaran pertama adalah olahraga. Materi tentang bola voli, jujur saja aku benar-benar payah dalam semua hal yang berhubungan dengan olahraga. Bahkan baru kali ini aku menyentuh bola voli.
Berbeda halnya dengan Agnes, Dodit, Agam, Putri, Bunga dan Teresa. Mereka sangat berantusias sampai-sampai tidak dapat berdiam diri ingin cepat-cepat dimulai pelajarannya.
Semua murid kelas sebelas Ipa dua melakukan pemanasan dan berlari lima keliling lapangan yang langsung dikomandoi oleh Pak Budi selaku guru olahraga kami. Baru satu keliling saja aku sudah terpongoh-pongoh, kakiku sangat lelah untuk diajak berlari. Sangat payah.
Seseorang tolong selamatkan aku!
"Baiklah anak-anak. Hari ini Bapak akan menguji kemahiran kalian semua dalam pertandingan mini yang Bapak adakan. Setiap kelompok beranggotakan enam orang, dan bapak ambil dari absen. Bapak tidak menerima protes, mengerti?"
"Mengerti Pak!"
"Baiklah, sekarang Agam, Agnes, Astrid, Bunga, Cantika dan Dodoit tim satu. Kemudian Denis, Erik, Feni, Ganjar, Gea, Indri kalian tim dua. Semua nama yang dipanggil tadi, harap kedepan dan langsung mengambil posisi masing-masing." Seru Pak Budi.
Mau tak mau aku mengikuti pertandingan mini ini, aku bahkan berdiri diposisi paling belakang. Aku hanya berdiam diri, bingung harus melakukan apa.
"Astrid! Itu bolanya jangan dibiarin atuh!"
"Astrid, jangan bengong mulu!"
"Astrid yang bener dong mainnya!"
"JUJUR GUE MAU MAKAN LO AJA ASTRID! MAEN YANG BENER DONG!"Kalian pasti tahu siapa yang terakhir berbicara itu.
Aku memandang cuek mereka semua yang terus-terusan memanggil namaku. Aku bahkan tidak menyentuh bola sedikitpun. Aku terlalu takut.
Ada bola menghampiri, aku mengelak. Ada bola yang mengarah, aku menghindar. Seperti itulah.
"GUE BILANG GUE GAK BISA!" Jeritku sudah sangat frustasi.
"Yaudah, gak papa lo diem aja. Serahin sama kita semua." Kata Dodit dan diangguki oleh semua rekan tim ku.
Mereka mulai bermain dengan sungguh-sungguh, sedangkan aku hanya diam ditempat tanpa bergerak sedikitpun. Namun ikut bersorak saat permainan mulai memanas.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE : MYSELF [SELESAI]
Teen FictionTW15+ be smart! "Emang ada cowok yang mau sama kamu? Udah manja, bawel, galak, mata duitan lagi. Kalau ada, pasti cowok itu gila." Try to love your self.