15

133 63 0
                                    

Bling-bling

...

Suasana perpustakaan pada saat istirahat seperti ini masih terasa sepi. Tak banyak orang yang mengujungi tempat ini, hanya terlihat beberapa murid tengah sibuk mengerjakan tugas mereka.

"Astrid, nanti sore nonton pertandingan terakhir gue ya. Gue jemput, tenang aja." Kata Naufal.

Aku mengangguk tanpa semangat, tanganku terus membuka lembar demi lembar buku tanpa membacanya terlebih dahulu.

"Kenapa lagi? Muka lo bete kayak gitu."

Aku menggeleng pelan lalu menutup buku tersebut,  menyimpan kepalaku diatasnya. Aku menoleh dan memperhatikan Naufal dari posisiku ini. Sangat langka sekali aku melihat kejadian seperti ini, aku fikir si kecebong besar ini seorang pemalas garis keras tapi kenyataannya malah sebaliknya.

"Buku apa?" Tanyaku.

Naufal melirik sekilas kearahku, dia menunjukan cover buku tebal tersebut tepat didepan wajahku.

"Ilmu manajemen. Minat?"

"Nggak."

Naufal kembali menarik buku tersebut dan kembali membacanya dengan sangat serius. Saat diam seperti ini wajah Naufal terlihat tenang sekali.

"Kalo gue jadi pengusaha sukses, lo kasih gue hadiah apa?" Tanya Naufal tiba-tiba.

"Ucapan selamat dan semoga makin sukses."

"Ish, gue gak lagi bercanda nih."

"Siapa juga yang bercanda. Gue beneran."

"Nanti kalo gue udah jadi pengusaha sukses, gue bakal bawa lo keliling Eropa."

Mataku terbuka lebar.
"Lo fikir Eropa segede apa?! Bisa patah kaki gue diajak jalan kaki keliling Eropa."

Naufal mendelik.
"Naik pesawat pribadi dong, jangan kayak orang susah deh."

"Belagu bener."

"Tapi gue mau lo kasih hadiah."

"Nanti gue teraktir mojito di Namsan tower, langsung di Korea. Puas!"

"Bentar deh, kayak ada di drama. Rius rius apa gitu, lupa gue."

Aku mendelik. "Terius behind me."

"Nah, itu. Gue pernah nonton tuh, seru bener dah. Kisah tentang agen kan? Pas nonton itu gue jadi mau agen, tapi sekarang pengen jadi pengusaha biar banyak duit."

"Duit mulu perasaan."

"Sekarang udah jamannya no duit no life."

"Bisa aja lo."

Setelah tertawa, aku kembali diam termenung menatap kosong kearah depan. Apa aku masih bisa bertahan sampai hari yang dijanjikan oleh Naufal datang? Aku saja masih ragu memikirkannya.

Tanpa aku sadari Naufal sedari tadi memanggil namaku, aku tersadar saat Naufal menyentuh keningku dengan punggung tangannya.

LOVE : MYSELF [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang