Voices
..."Pelan-pelan, Astrid! Sakit anjer! Lo ngobatin atau mau mempercepat kematian gue?"
Aku mendesah. "Kayak balita aja kamu."
Naufal mengerucutkan bibirnya.
"Tapi ini beneran sakit."
Aku berkacak pinggang.
"Terus ngapain kamu pake ngelindungi aku segala? Buat diri kamu susah aja tau."
"Nggak apa-apa. Asalkan kamu selamat."
Ini anak, belum mengerti juga.
"Kepala kamu mau aku penggal atau aku gantung di atas perapian? Sadar, Naufal. Kamu harus menyayangi diri kamu sendiri sebelum menyayangi orang lain. Udah berapa kali aku bilang. Sampai-sampai mulut aku busa, tapi kenapa kamu masih belum mengerti juga? Heran."
Naufal tersenyum simpul.
"Buktinya aku menyelamatkan kamu. Berarti, satu langkah aku mulai mencintai diriku sendiri dong. Karena kamu adalah aku."
Aku menatap Naufal horor.
"Fal. Aku serius."
Naufal terkikik geli dan kembali memakai kemeja putihnya secara perlahan.
"Kamu harus istirahat dulu, Fal. Minimal, satu atau dua hari. Biarin aku merawat kamu sampai lukanya sembuh. Aku mohon. Sebagai permintaan maaf."
Naufal mengangkat bahu singkat dan kembali membuka kemeja putihnya, diganti dengan seragam pasien.
Dia merebahkan tubuh di atas kasur dan menatapku polos seolah dirinya baru saja lahir ke dunia ini. Aku terkekeh dan menjambak rambut Naufal gemas, gemas banget sampe mau gantung dia di pohon cabe. Bagimana pun aku masih kesal.
"Cepat sembuh, Fal."
Cengkraman di rambut Naufal perlahan semakin melemas, aku mengelusnya pelan penuh dengan kasih sayang.
"Makasih Astrid. Makasih kamu masih mau peduli sama aku disaat semua orang berpaling dari hadapanku. Makasih."
"Kalo mau curhat, nanti aja kalo udah sembuh. Aku teraktir es krim deh."
"Bisa aja kamu. Dasar pacarnya aku."
Aku mendelik.
"Dasar otak udang!"
...
Semilir angin menyambut kehadiran kami berdua di atas rooftop rumah sakit ini. Tidak ada siapa-siapa di sini, hanya ada aku dan Naufal saja. Terasa sempurna.
Dari ketinggian ratusan meter ini, aku dan Naufal bisa melihat keadaan kota Tokyo dengan jelas. Kendaraan merayap, orang-orang berlalu-lalang, gedung-gedung pencakar langit berdiri dengan kokohnya. Semuanya terasa sangat indah.
Mampu menenangkan pikiran seperti menghirup aroma tanah yang terkena air hujan. Sungguh menenangkan.
"Astrid. Sekarang umur kamu berapa?"
Aku menoleh dan menaikan sebelah alis.
"Maksudnya? Aku terlihat sudah tua?"
Naufal menggeleng dan tertawa singkat.
"Nggak. Bukan begitu. Jawab saja."
Aku kembali menatap ke depan. Aku berfikir sejenak. Tahun ini umurku berapa sih? Kenapa aku bisa lupa dengan umurku sendiri? Kepalaku sudah tidak beres.
"Selamat ulang tahun."
Aku menoleh kembali. Mataku sedikit melebar saat melihat setangkai bunga mawar merah di tangan Naufal. Dia menyodorkannya, dengan senang hati aku menerimanya. Kenapa aku bisa melupakan hari ulang tahunku sendiri?
"Astrid."
"Ya?"
Naufal menghela nafas berat sebelum berbicara. Dia terlihat sedikit gugup bahkan butir keringat mulai keluar dari wajahnya. Apa dia sakit?
"Fal, kamu sakit? Muka kamu pucat."
Naufal menggeleng dan tersenyum. Dia meraih tanganku dan menggenggamnya dengan sangat erat. Dia menatapku tulus penuh dengan kasih sayang. Tidak, aku bisa melihat samudra cinta di kedua bola matanya.
"Aku bukan seorang superhero. Aku bukan seorang pujangga. Aku bukan Oppa korea. Aku hanyalah aku. Naufal Dirgantara yang memberanikan diri untuk mencintai gadis berparas bidadari bernama Astrid selama tujuh tahun terkahir ini.
Aku tidak pandai berpuisi. Aku tidak ada bakat menulis syair-syair indah seperti yang selalu membuatmu terharu. Tapi, aku tidak bisa berhenti mencintaimu walau sesaat. Itu terasa sangat sukar dilakukan. Sungguh.
Maafkan aku. Aku juga bukan seorang cowok romantis yang keluar dari novel fiksi yang selalu membuat kamu baper setiap membaca perilakunya. Aku hanyalah aku.
Maukah kamu menghabiskan masa tua kita bersama-sama? Membangun sebuah keluarga kecil yang bahagia dan setiap harinya dipenuhi kegembiraan.
I love you.
Menikahlah denganku.
Maaf aku masih belum bisa berlutut, punggung aku masih sakit soalnya. Hehe."
Hancur.
Kesan romantisnya jadi hancur!
But, it's okay. Not bad. I love it!
"Fal, kamu mau ngelamar atau mau pidato kelulusan sekolah? Panjang banget."
Naufal memberengut.
"Terus jawaban kamu apa?"
Aku memejamkan mata sebentar, menghela nafas berat membuat Naufal seakan menahan nafas. Raut wajahnya berubah menjadi cemas tidak karuan.
"Fal." Terdapat jeda yang lumayan panjang. "Love you too! Yes! I will!" Ujarku bersemangat. Tidak. Sangat bersemangat.
Senyum Naufal tiba-tiba terbit, aku pun tidak kuat untuk menahan agar senyumku tidak keluar. Aku tersenyum bahagia.
Naufal merengkuh tubuhku dalam dekapannya. Dekapan yang selalu membuatku merasa tenang dan bersemangat secara bersamaan.
Semoga aku tidak salah memilih orang.
...
Aku dan Naufal turun dari rooftop, niat kami untuk pulang tapi kehadiran para Dokter memperlambat waktu kami. Aku juga bingung kenapa raut wajah mereka berbeda-beda. Ada yang tersenyum bahagia, dan menangis tergugu. Dan yang paling parah adalah Dokter Minkyu.
Dokter Minkyu menyodorkan seikat besar bunga berwarna putih, alih-alih akan menerimanya tapi tangan Naufal mendahului membuatku mendengus.
"Sebentar. Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini? Kenapa kalian menangis?" Tanyaku. Jelaslah aku bingung.
"Selamat atas lamaran anda, Bu."
"Semoga kalian langgeng terus."
"Bahagia selalu."
"Aku suka ibu tapi sayangnya udah dilamar. Saya ngalah, Bu. Saya cuma rengginang."Itu yang terakhir Dokter Minkyu.
Pengen ngakak tapi takut menyinggung.
Jadi serba-salah kan?
"Baru satu bulan saya di sini, tapi kalian sudah benar-benar baik dengan saya. Saya ucapkan beribu terima kasih juga maaf apabila saya melukai hati kalian. Saya pamit, jaga kesehatan kalian semua. Kepala rumah sakit yang baru akan segera datang, dia teman kecil saya. Saya harap kalian bisa membantunya. Selamat tinggal!"
Aku dan Naufal membungkuk dan berlalu dari hadapan mereka semua. Mereka melambaikan tangan penuh haru.
Mobil yang membawa kami melaju, meninggalkan kawasan rumah sakit.
Aku menghela nafas berat.
Selamat tinggal Jepang.
I will miss you so bad.
...
Hai! Jangan lupa Vote agar cerita ini semakin berkembang. Makasih ^^
///
Lamaran versi kamu gimana sih?
...
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE : MYSELF [SELESAI]
Teen FictionTW15+ be smart! "Emang ada cowok yang mau sama kamu? Udah manja, bawel, galak, mata duitan lagi. Kalau ada, pasti cowok itu gila." Try to love your self.