Ini sudah masuk hari kedua kegiatan yang dinamakan ospek. Yah, walaupun hanya fakultas teknik yang memilikinya dan fakultas kedokteran tidak memilikinya.
Haechan merasa sangat beruntung saat dirinya diterima di fakultas kedokteran. Di jaman seperti ini apakah kalian tahu susahnya menjadi salah satu mahasiswa fakultas kedokteran? Kau harus pintar, kaya, dan lain-lain. Sayangnya, seorang Lee Jeno tidak tertarik dengan hal-hal berbau obat-obatan, tidak seperti Haechan.
Kata seorang Lee Jeno, "Apa-apaan, kedokteran itu hanya untuk seorang perempuan! Sepertiku dong, mengambil teknik yang jelas pekerjaan lelaki!"
Setelah dia berkata sombong seperti itu untung saja dia benar-benar diterima di fakultas teknik, coba saja tidak, mungkin dia akan diseret masuk ke sekolah tata boga oleh orang tuanya.
"Bagaimana ospekmu? Baik-baik saja?" tanya Haechan.
Mereka berdua sedang sibuk bercengkrama di kantin fakultas teknik karena Haechan memang sengaja ingin berkunjung dan menjenguk sahabatnya itu. Siapa tahu sahabat terbaiknya sudah sekarat karena ospek fakultas teknik yang katanya 'menyeramkan'.
"Baik-baik saja sih hingga hari ini," Jeno menyeruput minuman dinginnya sebelum sesuatu terlintas di otaknya. "Ah, Haechan. Salah satu kakak kelas kita saat SMA masuk ke fakultas teknik, kau tau siapa?"
Alis Haechan terangkat satu. Siapa yang sedang dibicarakan Jeno ini?
"Itu, Na Jaemin."
Uhuk
Haechan tersedak tanpa dia sadari saat Jeno menyebut nama itu. Na Jaemin, ya, Haechan mengingatnya. Siapa yang tidak kenal dengan Jaemin? Seorang cassanova tingkat atas yang siapapun menginginkannya. Dia hanya kaget saja seorang cassanova seperti Na Jaemin akan memilih fakultas yang sangat-sangat 'jantan'. Bukan maksudnya dia mengatakan kalau Jaemin tidak jantan ya, maksudnya itu kenapa dia lebih memilih teknik dibandingkan dengan bisnis? Bukankah itu lebih cocok?
"Memikirkan apa?" tanya Jeno pelan saat melihat Haechan melamun.
"Tidak, aku tidak memikirkan apapun. Ayo cepat kita makan, aku harus kembali ke fakultasku." Ucap Haechan yang tanpa sadar menjilat bibirnya lagi.
Sesuatu yang tidak ia sadari itu membuat seseorang melirik aneh ke arahnya. Namun, Haechan benar-benar tak sadar karena dirinya sibuk mengurusi urusan perutnya.
"Hei, ketua ospek-mu baik kan, Jen?" tanya Haechan tiba-tiba.
"Baik kok, tapi ada baiknya kau tidak berurusan dengannya. Dia itu dingin, psikopat, keji, ah sudahlah, intinya jangan dekat-dekat dengannya! Ditambah dia terpilih menjadi bulan kampus tahun lalu, jadi lebih baik jangan dekat-dekat dengannya." Saran Jeno.
Di sudut hati Haechan dirinya sibuk bertanya, seperti apakah ketua ospek itu? Dirinya kan ingin tahu, fakultasnya tidak mengadakan ospek jadi bolehlah dia sekedar ingin tahu.
"Iya, lagipula siapa juga yang ingin mendekatinya."
Sekali lagi Haechan menjilat bibirnya tanpa dirinya sadari dan sekali lagi seseorang yang tadi memperhatikan Haechan menjilati bibirnya menatapnya. Haechan ini seseorang yang tidak mudah peka atau seperti apa? Dia benar-benar tidak sadar sedang diperhatikan.
"Chan, perasaanku tidak enak..." lirih Jeno. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri, mencari sesuatu yang membuat perasaannya sedikit tidak enak.
"Chan, sepertinya kita harus pergi,"
Buru-buru Jeno membereskan barang-barangnya dan menarik lengan Haechan. Namun Haechan yang tidak peka masih duduk santai di kursi kantin fakultas teknik dan menatap Jeno dengan tatapan 'ada apa?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Potion %Markhyuck ft. Nomin ✔
FanfictionSiapa yang tahu jika 4 mahasiswa teknik + 1 mahasiswa kedokteran ternyata bisa menjadi ramuan yang membuatmu gila? warn; bxb! baku! #39 in short story 18/07/27 #1 in Markhyuck 18/08/04 #62 in haechan 200117