15% 💙

33.7K 4.5K 266
                                    

Baru saja masuk beberapa hari Haechan sudah harus menemui yang namanya ujian. Beginilah faktanya jika kalian masuk fakultas kedoktetan, hari-hari kalian akan diisi dengan praktikum dan teman-temannya.

Seseorang dengan seragam berwarna putih dan dasi berwarna biru khas seseorang dari fakultas teknik berlari menuju Haechan. Melihat wajahnya saja Haechan malas, apalagi bertemu dengannya.

"Kenapa, Jen?"

Ya, Lee Jeno. Sahabatnya yang benar-benar membuat hidupnya terganggu. Haechan lama-lama bosan bertemu dengan Jeno terus, tidak bisakah sesekali seorang lelaki tampan datang menjemputnya?

"Aku harap kau tidak lupa hari ini kita ada pemotretan."

Satu kalimat itu sanggup membuat Haechan melirik jam tangannya dengan cepat. Pantas saja Jeno sampai berlari ke arahnya, hari ini mereka ada pemotretan untuk kompetisi bulan dan bintang. Ada untungnya juga punya sahabat seperti Jeno.

"Kita langsung saja kalau begitu, Jen. Daripada terlambatkan?"

"Tumben kau pintar."

"Aku selalu pintar asal kau tahu, Lee Jeno."

Mereka berdua lantas berjalan menuju aula yang sudah ramai para wanita dan lelaki yang memakai seragam sama seperti mereka.

"Kalian darimana saja?" Itu Kun yang bertanya. Benar, senior Haechan yang waktu itu ada di lapangan dan memilih bulan-bintang untuk mewakili fakultas kedokteran.

"Kelasku baru selesai, hyung. Untungnya Jeno menjemputku, kalau tidak, mungkin aku akan lupa."

"Kalau begitu duduklah dulu, aku akan pergi menemui yang lain."

"Oke, hyung."

Sepeninggalnya Kun, Haechan dan Jeno sibuk mengobrol berdua. Haechan curhat tentang betapa susahnya menjadi anak kedokteran, beberapa kali mengeluh karena dirinya harus begadang karena mengerjakan tugas. Jeno hanya diam saja mendengarkan keluhan Haechan, sesekali tertawa karena keluhan jenaka yang keluar dari mulut Haechan.

"Jeno~" Sebuah suara lembut menyapa telinga Haechan dan Jeno. Perasaan Haechan mendadak menjadi tidak enak kalau begini rasanya. Ingin rasanya kabur tapi dirinya pasti akan dikutuk oleh Kun nanti.

"Nana hyung! Mark sunbae!"

Benarkan apa firasat Haechan. Dirinya bertemu dengan salah satu makhluk yang paling dihindarinya setelah serangga-serangga menggelikan. Mark -sialan- Lee.

"Hyung, bukannya kelasmu baru selesai?" tanya Jeno. Jaemin duduk tepat di sebelah Jeno, sedangkan Mark duduk di sebelah Haechan. Padahal kalau dipikir-pikir Mark bisa saja duduk di sebelah Jaemin tanpa susah-susah.

"Iya, kelasku baru saja selesai. Aku datang ke sini khusus untuk bertemu denganmu dan Haechan-ku."

"Hei, enak saja Haechan-ku Haechan-ku!" sahut Mark yang sejak tadi diam duduk di sebelah Haechan. Jaemin memilih menghiraukan perkataan Mark barusan dan fokus memperhatikan ke penjuru ruangan.

"Datang ke sini untukku atau cuci mata melihat para wanita lain?" canda Jeno yang membuat Jaemin terkekeh. Sementara Jeno asyik bercanda dengan Jaemin, ada Mark yang mulai lelah setelah sesi kuliahnya tadi.

"Chan, aku pinjam pundakmu ya. Aku mengantuk."

"Apa yang k-," jari telunjuk Mark berada tepat di depan bibir Haechan sebagai tanda menyuruhnya tetap diam.

Daripada berakhir dengan perdebatan panjang, Haechan akhirnya pasrah saja melihat pundaknya dipakai Mark dengan seenak jidatnya. Matanya melirik Mark yang mengistirahatkan kepalanya, ada sedikit rasa kasihan di sudut hatinya melihat wajah Mark yang tampak kelelahan. Saat tangan Haechan baru saja ingin mengelus puncak kepala Mark, tiba-tiba Kun datang dan memanggilnya untuk sesi pemotretan.

Gila, apa yang akan kulakukan tadi?! pekik Haechan di dalam hatinya. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan kontrol tangannya, bagaimana bisa dia hampir mengelus rambut Mark? Pasti dia dirasuki setan.

"Hyung~" Dengan lembut Haechan membangunkan Mark yang tampaknya sangat nyaman tidur di pundaknya.

"Mark hyung!"

"Ah, iya!" Mark segera terbangun dengan kagetnya. Pertama ia mengucek matanya dan memastikan dimanakah dia berada.

Mark menatap Haechan dengan pandangan penuh tanya yang membuat Haechan mendesah kesal, "Kau ada di aula jika kau ingin tahu, hyung."

"Kau tertidur di pundakku. Pulang saja sana, hyung, lagipula kau menunggu siapa sih di sini? Salah satu wanita di sini ada yang ingin kau dekati ya?" goda Haechan. Mark yang sudah sadar menatap datar ke arah Haechan yang tadi menggodanya.

"Menunggumu."

"Dasar gila," umpat Haechan yang terdengar seperti bisikan. Daripada menjadi gila karena berbicara dengan Mark, dirinya memilih untuk segera menuju Kun yang sedikit sebal karena melihat Haechan baru datang setelah ia panggil berulang kali tadi.

'Lee Haechan kau benar-benar membuatku gila.' Dan Mark kembali tertidur di aula dengan posisi terduduk. Seperti katanya, ia ingin menunggu Haechan hingga selesai.

💙

"Terima kasih, sunbae, hyung, kami pulang dulu." Kira-kira begitulah kalimat yang Haechan keluarkan saat sesi pemotretan telah selesai. Jeno sudah pulang lebih dulu bersama Jaemin, akhir-akhir ini Haechan lihat mereka berdua semakin dekat. Mungkin karena mereka satu fakultas.

Mata Haechan melihat sesosok senior yang tampak sangat menyedihkan sedang duduk di ujung aula. "Hei, Mark hyung, bangunlah." Haechan menggoyangkan tangan Mark agar bangun dan benar saja Mark segera bangun dari tidurnya.

"Kau sudah selesai?"

"Sudah, kau tidak pulang, hyung?"

"Kan aku menunggumu, kalau begitu ayo pulang!"

Mark berjalan di samping Haechan seolah-olah memandu Haechan ke arah luar. Untung saja suasana kampus sudah sepi. Jika tidak, mungkin mereka berdua akan dicurigai.

"Kunci mobil?" pinta Haechan yang membuat Mark sedikit bingung. Ada apa dengan Haechan sampai meminta kunci mobilnya.

"Kau mengantuk, daripada kita mati di jalan lebih baik aku saja yang menyetir. Aku tidak mau mati muda ya hanya karenamu." Jelas Haechan membuat Mark mengerti. Tanpa disuruh untuk kedua kalinya Mark pun segera merogoh kantongnya dan mencari kunci mobilnya. Ia langsung menyerahkan kunci mobil itu kepada Haechan dan masuk ke dalam mobil tanpa bertanya.

Di perjalanan hanya keheningan yang mengisi suasana yang ada di dalam mobil. Mungkin karena Mark yang mengantuk dan Haechan yang fokus mengendarai mobil. Jika Mark ingat-ingat ini pertama kalinya ia membiarkan seseorang mengendarai mobilnya, kenapa juga ia perbolehkan ya?

Mungkin karena Haechan itu spesial. Tanpa sadar lengkungan tipis muncul di sudut bibir Mark. Matanya melirik sekilas ke arah Haechan yang fokus menyetir, dirinya sedikit berdoa semoga setelah hari ini ia dan Haechan bisa sedikit lebih dekat lagi.

tbc

maafin karis ya telat banget apdetnya T-T Karis lagi flu dan meriang /bukan merindukan kasih sayang ya/

karis belum kuliah ya ges, jadi kalo sotau tentang dunia perkuliahan maap maap ni:(

see you next chapter!

Potion %Markhyuck ft. Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang