Haechan sudah bersiap untuk pergi ke pesta pertunangan bersama Mark. Dibanding terlihat tampan Haechan terlihat semakin manis jika menggunakan setelan tuxedo, Mark bahkan sejak tadi tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Haechan.
"Ada apa melihatku terus, hyung?" tanya Haechan. Ia sedikit bingung karena sejak tadi Mark menatapnya dengan tersenyum. Ia curiga ada yang salah dengan dirinya karena Mark sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari Haechan.
"Kamu manis, Chan."
"Hehh?!"
Mark sedikit mendekat ke arah Haechan yang duduk di kasurnya. Jika Mark maju, maka Haechan akan mundur hingga berakhir dengan posisi punggung Haechan menyentuh kasur.
Tangan Haechan menyilang di depan dadanya seraya melotot ke arah Mark yang masih memasang senyum yang sama. Takut-takut kalau Mark melakukan hal-hal 'aneh'.
"Jangan dekat-dekat!!" suara parau Haechan memasuki indera pendengaran Mark. Dengan sedikit terkekeh Mark mulai menjauh dari Haechan dan berdiri dengan berkacak pinggang. Merasa sedikit aman, Haechan pun bernafas lega dan duduk dengan benar kembali.
Tapi salah, Mark mencuri sebuah kecupan di bibir merah muda Haechan. Kecupan itu sukses membuat Haechan kaget, bisa-bisanya Mark menciumnya di saat seperti ini. Bibir Haechan mengerucut karena ciuman dari Mark.
"Jangan begitu, aku semakin ingin menciummu nanti." Sontak saja Haechan memerbaiki posisi bibirnya dan memasang wajah datar. Dia tidak mau lagi dicium seperti oleh Mark. Bukannya karena apa-apa, tapi setiap kali Mark menciumnya jantungnya masih berdegup kencang walaupun Mark sudah berkali-kali menciumnya.
"Hyung, kau lama sekali~!"
"Iya-iya, tunggu ya. Aku sisa memakai dasi nih."
Karena sudah malas menunggu lebih lama lagi Haechan berdiri di depan Mark dan memasangkan dasi Mark dengan cepat. Walaupun dengan wajah malasnya Haechan masih saja mau memasangkan dasi Mark. Hal kecil seperti ini saja bisa membuat Mark bahagia.
"Kau tahu, Chan. Aku selalu merasa aku adalah lelaki paling bahagia di dunia ini."
"Jangan mulai menggombal dan diam saja. Aku sudah berkali-kali mendengar gombalan recehmu, hyung."
"Walaupun begitu kau suka, kan?"
"Tidak." Jawab Haechan cepat.
Pundak Mark melorot mendengar jawaban cepat Haechan. Bibirnya ia manyunkan ke arah Haechan sebagai reaksi bahwa ia kesal dengan jawaban Haechan.
"Huft, baiklah, iya."
"Iya apa~"
"Aku suka."
Bibir Mark masih dimanyunkan. Akhirnya Haechan hanya bisa mengambil nafas panjang dan memasang wajah datar ke arah Mark, "Aku suka gombalanmu, hyung."
Sebuah senyuman terukir di wajah Mark, Haechan merasa sedikit lega akhirnya bisa mengembalikan Mark yang kadang seperti bayi besar saat bersamanya. Jujur saja, dulu Haechan berpikir Mark adalah salah satu kakak tingkat tergalak yang ditakuti para mahasiswa. Namun, begitu ia tahu ternyata Mark itu sangattttttt jauh dari pemikirannya selama ini. Kadang Haechan bisa pusing setengah mati kalau Mark jadi manja. Biasanya sih Mark jadi manja jika tugasnya banyak atau banyak tes-tes yang mengganggu pikirannya. Untungnya Haechan sabar.
"Hyung, kita pergi yaa?"
"Cium dulu."
Tanpa basa-basi lagi Haechan segera mencium pipi Mark dan berjalan ke arah pintu. Namun, tangan Mark menahan lengan Haechan yang membuatnya berhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Potion %Markhyuck ft. Nomin ✔
FanfictionSiapa yang tahu jika 4 mahasiswa teknik + 1 mahasiswa kedokteran ternyata bisa menjadi ramuan yang membuatmu gila? warn; bxb! baku! #39 in short story 18/07/27 #1 in Markhyuck 18/08/04 #62 in haechan 200117