99% 💜💙💚💛❤

19.2K 2.3K 45
                                    

Setelah bertemu Haechan tadi, ia menjadi lebih bersemangat daripada sebelumnya. Ia sangat siap kali ini untuk menjadikan Jaemin miliknya. Tidak ada kata mundur kali ini.

Jeno mencari Jaemin di kerumunan manusia. Bisa ia lihat Jaemin yang berdiri di tengah-tengah para perempuan, menggoda mereka seperti biasa. Smirk tampan Jeno terpampang jelas, ia berjalan santai ke arah Jaemin yang masih sibik tertawa bersama para perempuan.

"Permisi," Sontak seluruh orang-orang yang berada di situ mengalihkan pandangan ke arah Jeno, termasuk Jaemin. "Boleh pinjam Jaemin hyung?" Tanpa basa-basi Jaemin menarik Jeno pergi dari situ. Jeno yang sedikit kaget saat malah Jaemin yang menariknya sedikit tersentak dengan tarikan Jaemin. Gitu-gitu Jaemin masih lelaki ya.

Jaemin menarik Jeno ke suatu tempat yang cukup sepi. Mereka berdua duduk di salah satu kursi yang ada. Saat Jeno hendak mengeluarkan sekotak rokok dari kantongnya Jaemin langsung merebut kotak tersebut.

"Jangan pernah coba-coba merokok di dekatku." Jeno pun akhirnya memasukkan koreknya ke dalam kantung celananya dan mengeluarkan ponselnya.

Sejujurnya Jeno baru tahu Jaemin tidak suka dengan seseorang yang merokok. Kalau begini Jeno harus belajar berhenti merokok.

"Kalau kau masih mau dekat denganku berhentilah merokok, Jen." Ucap Jaemin serata menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Tapi, hyung..."

"Demi kebaikanmu, Jen." Jaemin menatap Jeno dengan tersenyum. Alasan mengapa Jaemin sangat benci perokok adalah karena rokok salah satu keluarganya harus dipanggil Yang Maha Esa lebih dulu.

Jaemin terdiam lama sebelum sesuatu terlintas di otaknya, "Kalau kau tidak bisa melakukannya demi dirimu, lalu lakukanlah demi diriku." Jeno terhenyak dengan kata-kata Jaemin. Jujur saja selama ini Jeno merasa dirinya lebih menyayangi Jaemin daripada dirinya sendiri. Mendengar kata-kata Jaemin barusan membuat dirinya sadar dengan dirinya sendiri bahwa ada saatnya ia harus menyayangi dirinya lebih dari ia menyayangi orang lain.

Jeno masih terdiam karena merasa bersalah pada dirinya sendiri dan pada Jaemin. Melihat tidak ada pergerakan sama sekali dari Jeno, Jaemin menarik nafas panjang dan mulai membuka mulutnya. "Kau tahu tidak, Jen, mengapa aku sangat-sangat membenci perokok?" Jeno menggeleng pelan.

"Dulu aku mempunyai seorang adik. Siapa kakak yang tidak menyayangi adiknya? Apalagi selama ini kau selalu sendiri, orang tuamu sering berpergian dan ketika kau mendapatkan seorang keluarga baru kau tahukan bagaimana senangnya? Aku sangat senang. Setiap hari aku bermain hanya bersamanya, hingga suatu saat adikku masuk SMP dan aku harus masuk kuliah. Dengan begitu aku harus meninggalkan adikku. Jujur, aku sangat, sangat, sangat sedih. Aku takut akan terjadi apa-apa pada adikku, tapi mau bagaimana lagi aku terpaksa meninggalkannya." Jaemin berhenti sebentar untuk menarik nafas dalam. Terlihat air mata di sudut mata Jaemin, Jeno dengan sigap menyapu air mata tersebut.

Setelah memperbaiki emosinya, Jaemin pun mulai berbicara lagi. "Namun kabar yang kudengar sangat tidak baik, Jen. Aku selalu berdo'a agar Tuhan menjaga adikku, tapi rupanya ada sebuah masalah. Adikku terkena kanker paru-paru dan setelah mendengar berita itu aku benar-benar ingin pergi pulang ke rumah. Namun tentu saja orang tuaku akan melarangku pulang, jadilah aku di apartemen selama seminggu tidak keluar. Mark dan Renjun berkali-kali datang ke apartemenku hanya untuk mengurusku yang sangat-sangat tidak terurus. Pikiranku kosong saat itu hingga rasanya ingin mengakhiri hidup." Kalimat terakhir Jaemin membuat hati Jeno teriris. Jaemin benar-benar menyayangi adiknya hingga terpikir untuk bunuh diri.

Tanpa banyak bicara Jeno memeluk Jaemin, menyalurkan belas kasihannya pada Jaemin. Tangisan yang sejak tadi Jaemin tahan sekuat tenaga pada akhirnya tumpah ruah. Isakan Jaemin semakin kuat saat Jeno mulai mengusap pelan punggung Jaemin yang bergetar.

Potion %Markhyuck ft. Nomin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang