Seperti biasa, Jeno akan pulang bersama Jaemin. Namun malam ini Jeno mengajak Jaemin makan malam terlebih dulu, salahkan Jeno yang mendengar perut Jaemin yang berbunyi.
"Makan di sini saja ya, hyung." Jaemin mengangguk saja karena perutnya benar-benar berteriak minta diisi.
Suasana tempat makan itu cukup ramai, mungkin karena mereka datang di saat jam makan malam oleh karena itu suasananya menjadi sangat ramai. Untungnya saja mereka masih mendapat tempat untuk duduk dan tidak perlu bersempit-sempitan.
Jeno menatap Jaemin yang tengah melihat-lihat menu makanan, "Hyung, mau makan apa?" Seketika mata Jaemin bertemu dengan Jeno yang tengah menatapnya dengan tersenyum.
"Ah, aku ingin makan..." Jaemin berpikir sebentar dulu sambil sesekali memainkan bibirnya, "Nasi goreng sajalah, kau mau apa?" Jeno hanya tersenyum sebagai jawaban atas pertanyaan Jaemin. Ia langsung berdiri dari tempat duduk dan pergi memesan makanan.
Tak lama Jeno datang setelah pergi memesan makanan tadi dan duduk tepat di depan Jaemin. Sesekali Jaemin melirik ke arah Jeno yang tengah tersenyum ke arahnya. Lama-lama Jaemin merasa malu karena ditatap seperti itu.
"Oh ya, Jen." Merasa terpanggil Jeno menjawab dengan alis yang ia naikkan seolah bertanya 'ada apa?' pada Jaemin, "Bagaimana persiapanmu untuk besok?"
"Soal itu, cukup baik. Jangan lupa untuk mendukungku ya, hyung? Aku akan memenangkannya untukmu besok, tenang saja." Jaemin sedikit terkejut karena mendengar jawaban Jeno. Itu bukan jawaban yang ia kira akan keluar dari mulut Jeno.
"Kau ini, untuk apa kau memenangkannya untukku? Aku bahkan bukan siapa-siapamu." Jeno hanya tersenyum saja mendengar ucapan Jaemin itu. Bagaimana pun perkataan Jaemin ada benarnya.
"Hyung, kalau aku berhasil menang besok, kau harus memberikan aku hadiah, oke?"
Di saat Jaemin sibuk menimbang-nimbang jawaban apa yang harus ia berikan, makanan yang mereka pesan telah tiba. Jeno menyarankan Jaemin untuk menggulung lengan bajunya agar tidak kotor, Jaemin pun hanya bisa mengikuti arahan Jeno yang tidak ada salahnya.
"Jadi bagaimana, hyung? Atau begini saja, kau harus mengabulkan satu permintaanku jika aku menang, bagaimana? Ayolah, hyung~ ya ya ya?" Jaemin lemah melihat Jeno yang sudah tampak memelas seperti itu. Dan satu-satunya jawaban yang bisa ia berikan adalah kata "ya".
"Kau tahu tempat ini darimana, Jen? Tempat ini bersih dan makanannya pun enak." Ucap Jaemin seraya menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya.
"Dulu aku dan Haechan sering ke sini, bisa dibilang ini tempat bersejarah antara aku dan Haechan." Hati Jaemin kok sedikit merasa sakit ya mendengar perkataan Jeno yang mengatakan ini tempat bersejarah antara dia dan Haechan? Tidak, tidak, Jaemin tidak cemburu.
Masih fokus dengan makanannya Jaemin berusaha mengorek tentang hubungan Haechan dan Jeno, "Jen, kau dan Haechan sudah berapa lama berteman?"
"7 tahun? Entahlah, seingatku aku dan Haechan berteman sejak SMP. Kala itu aku tengah bermain basket, kemudian bolanya mengenai kepala Haechan yang akan pergi bermain futsal. Sejak itulah aku dan Haechan berteman, sedikit absurd sih tapi begitulah adanya." Tutur Jeno. Jaemin asyik ber-oh ria mendengar kata-kata Jeno itu. Ia jadi semakin malas mengorek tentang pertemanan antara Haechan dan Jeno, hatinya sedikit panas. Tidak, Jaemin tidak cemburu, ingat itu.
"Kalau kau, hyung? Dengan Mark sunbae dan Renjun hyung berteman sejak kapan?" Kali ini Jeno yang bertanya. Jaemin sedikit senang saat tahu ternyata Jeno ingin mengenalnya dan teman-temannya.
"8 tahun, i guess. Sama sepertimu dan Haechan, kami sudah saling mengenal sejak SMP. Tapi kalau Mark, aku sudah mengenalnya sejak kecil. Ia kan sepupuku sendiri, oleh karena itu ia sering menyuruhku memanggilnya dengan embel-embel hyung." Sama seperti Jaemin tadi, Jeno memberikan tanggapan "oh" panjang sambil mengangguk-nganggukkan kepalanya.
Setelah percakapan itu mereka berdua tenggelam dengan pikiran-pikiran mereka sendiri. Tapi sebuah pertanyaan muncul di kepala Jeno yang membuatnya gatal untuk tidak bertanya. "Hyung, menurutmu mungkin tidak menyukai sahabatmu sendiri?" Jaemin tersedak saat mendengar pertanyaan Jeno yang seperti menohoknya.
"Menurutku mungkin saja, karena kalian sudah mengenal sejak lama. Benih-benih cinta itu mungkin saja bisa muncul. Seseorang pernah berkata kepadaku, "Cinta itu bisa saja datang karena terbiasa" tapi sayangnya orang yang mengatakannya gagal membuktikan perkataannya setelah mengatakan kalimat itu karena ia masih terjebak dengan cinta pertamanya." Kening Jeno mengernyit mendengar jawaban Jaemin. Siapakah orang yang dibicarakan Jaemin itu?
Jaemin menyuapkan satu sendok terakhir dari makanannya dan menatap Jeno yang tengah menatapnya dengan aneh. Tanpa aba-aba jemari Jeno menyentuh sudut bibir Jaemin yang otomatis membuat bola mata Jaemin melotot tak percaya.
"Tadi ada nasi yang tertinggal." Ucap Jeno berusaha menjelaskan tentang kejadian yang terjadi tadi. Jaemin yang belum sadar dari keterkejutannya masih menatap aneh ke arah Jeno. Sialnya jantung Jaemin mulai berdetak dengan tempo yang aneh.
"Te- terima kasih?" Sebuah ucapan terima kasih yang terdengar seperti sebuah pertanyaan membuat suara tawa lolos dari mulut Jeno.
"Lucu sekali saat melihat seorang cassanova yang memiliki penggemar dimana-mana terlihat gugup seperti sekarang, hyung." Suara tawa Jeno masih terdengar memekakan telinga Jaemin. Pipi Jaemin lantas memerah saat mendengar kata-kata manis itu melewati gendang telinganya.
"Aish, berhentilah membuatku malu, Lee Jeno!" seru Jaemin yang malah membuat tawa Jeno terdengar kembali.
"Oh ya, hyung, siapa orang yang mengucapkan kata-kata tadi?" Jeno kembali ke sisi seriusnya, begitupun Jaemin yang berusaha membuang sifat malu-malunya. Dia tidak pernah menjadi malu-malu seperti tadi seumur hidupnya, yang ada dia yang membuat orang lain menjadi malu-malu.
"Ada, kenapa memangnya?"
"Hanya ingin tahu saja, siapa tahu aku mengenalnya."
"Kau memang mengenalnya."
"Siapa?"
"Mark." Jeno tidak bisa menahan keterkejutannya. Matanya yang berbentuk bulan sabit itu melongo tak percaya.
Mata Jeno mengerjap beberapa kali kemudian menatap Jaemin yang tengah menyeruput minumannya. "Hyung, bagaimana kabar temanmu, Minhyung sunbae?" Jaemin sedikit kaget saat mendengar pertanyaan Jeno, tapi dia bertindak normal sedetik kemudian.
"Dia baik, seperti yang kau lihat."
Alis Jeno sedikit terangkat mendengar jawaban Jaemin, "Yang... aku lihat?"
"Iya, seperti yang kau lihat."
"Tapi aku tidak pernah melihat Minhyung sunbae."
"Mark itu Minhyung yang kau maksud." Dan Jeno tidak bisa menghentikkan keterkejutannya kali ini. Kalau maksud Jaemin Mark itu Minhyung maka siapakah seseorang yang dimaksud Jaemin di awal tadi?
"Lalu maksud Nana hyung siapakah orang yang gagal dicintai Mark sunbae? Jangan bilang..." Sekali lagi Jeno dibuat terkejut tak percaya karena Jaemin mengangguk sebagai jawaban "ya" atas ucapannya. Matanya benar-benar membola karena hal itu karena jujur saja itu adalah sesuatu yang sulit dipercayainya mengingat dia salah satu saksi kisah cinta masa SMA Jaemin dan teman-temannya.
Wah, sesuatu yang tidak bisa dipercaya. Jeno hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja saat mengetahui fakta yang baru ia ketahui. Benar kata orang, jangan percaya sesuatu yang baru kau dengar dari orang lain jika belum kau tanyakan pada orang melakukannya.
tbc
Puas satu chapter isinya full nomin? masih ada lagi nanti, tapi gatau kapan wkwkwk
MOHON MAAF KARNA KARIS TELAT APDET T-T Selain karna kemarin wetpet sempat eror, karis habis kena musibah:( Karis habis ketabrak motor, biasa akibat mau ngalahin marquez jadinya gini hehe mohon maaf sekali lagi T-T
KAMU SEDANG MEMBACA
Potion %Markhyuck ft. Nomin ✔
FanfictionSiapa yang tahu jika 4 mahasiswa teknik + 1 mahasiswa kedokteran ternyata bisa menjadi ramuan yang membuatmu gila? warn; bxb! baku! #39 in short story 18/07/27 #1 in Markhyuck 18/08/04 #62 in haechan 200117