SUNSET

1.5K 57 1
                                    

Hampir dua puluh menit mobil Axel melaju lambat, mengelilingi sekitaran kota, mendekati tempat-tempat perbelanjaan.

"Aku tidak suka keramaian." Violla hanya mendengus menatap kerumunan orang yang tengah menyebrang jalanan saat lampu merah, lampu-lampu billboard bahkan jajanan atau cafe-cafe cantik yang tengah digandrungi.

"Lalu kau mau ke mana?" Diliriknya wanita yang masih melipat tangan dengan wajah yang masih memberenggut.

"Ke alam, hutan, gunung, pantai, aku ingin tempat yang sepi." Axel lama memandang wanita itu sebelum akhirnya tersenyum.

"Baiklah, aku tahu tempat yang bagus." Ia pun memutar arah.

***

Entah sejak kapan Violla tertidur. Mungkin saking bosannya ia sampai mengantuk. Axel mengendarai hampir dua jam, dengan irama Kenny G mengiringi sepanjang perjalanan dan keheningan antara keduanya. Sesekali Axel memperhatikan wanita itu, memastikan tidurnya tak terbangun. Bahkan ia bisa mendengar dengkuran lembutnya.

Axel perlahan menepi dan memarkirkan mobilnya. Sedangkan Violla nampak tak juga tersadar. Ia menatap lagi wanita di sampingnya. Tangannya bergerak untuk menjamah pundaknya, namun Viola seketika tersadar.

"Umm? Eh, sudah sampai mana ini?"
Sambil mengusap wajah, Violla
menatap sekeliling. Wajahnya lalu nampak aneh.

"Ini ... di mana?"

"Di atas tebing, kau bisa turun untuk melihat ada apa di bawah sana." Axel membuka lock pada pintu.

Violla yang tak sabar segera turun dan melangkah. Gerakannya terhambat perban dan lukanya, Axel diam-diam memperhatikan wanita itu dari
dalam mobil sebelum akhirnya ikut turun.

"Hati-hati, ujung tebingnya terjal, kau bisa meraih pegangan tangga." Violla nampaknya tak mengindahkan, ia tetap melongo ke bawah walau dengan amat perlahan.

"Oh! Ya ampun!" pekiknya dengan
wajah takjub. Pandangannya tak juga beralih, Axel melihat mata wanita itu berbinar.

"Mau turun? tapi hampir 500 anak tangga ke bawah." Seperti dugaannya, lagi-lagi Violla tak menjawab dan langsung bergerak turun. Lagi pula tangga yang landai itu membuat langkahnya cepat untuk seseorang yang tengah cedera, Axel pun terkekeh lalu mengikutinya.

Bukankah tadi pagi ia masih perlu membopong wanita itu?

"Amazing!!" Violla meregang tangannya yang memakai perban, menghirup dalam-dalam
udara pantai yang berangin hangat. Rambut panjang gelombangnya berkibar tertiup angin, matanya terpejam, ia terus menikmati posisi itu dalam beberapa menit.

"Nikmatilah sepuasmu. Pantai ini masih virgin, hanya orang sekitar saja yang datang. Belum terbuka untuk umum." Violla hanya tersenyum menjawab Axel.

Ia akhirnya menoleh menatap pria yang tengah duduk santai sambil membenamkan kedua kakinya ke dalam pasir. Kepiting-kepiting kecil berlarian ketika ia menggalinya.

"Dari mana kau tahu tempat seperti ini? ini keren banget, Axel!" Violla menghampirinya dengan wajah yang masih belum berubah sejak datang.

"Dari seorang kerabat. Pantai ini biasa dipakai untuk pemotretan. Lokasinya sering kali dirahasiakan, entahlah, tapi pantai ini memang belum memiliki nama." Violla menyimak serius.

HOLD ON METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang