REGRET

1.1K 39 1
                                    

Akhirnya seharian itu mereka habiskan dengan berjalan dari satu tempat ke tempat lain. Selain mengunjungi beberapa pusat perbelanjaan, cafe dan butik, mereka juga sempat datang ke sebuah pameran fashion di sebuah hotel.

"Jay, sialan, kau!" Violla mendengus ketika semua perhatian di tiap keramaian mendadak terfokus padanya.

"Hei, apa salahku?" Pria itu bertanya sambil senyum-senyum kecil.

Tidak ada sebenarnya. Tapi setelah beberapa bulan ini Violla tidak lagi melakukan aktivitas sebagai modelnya seperti dulu, ia malah menjadi risih dengan tatapan orang.

"Kaki jenjangmu itu memang layak untuk dilihat." Jay melirik wanita disebelahnya yang memutar mata. "Hei, kau tahu aku bicara jujur."

"Ah, sudahlah, sekarang sudah sore, rasanya aku sudah tak sanggup lagi berjalan." Violla memang sudah merasa pegal walau ia hanya memakai flat shoes, masalahnya memang mereka juga hampir seharian keliling kota.

"Kau mau mampir ke coffee shop di ujung sana? aku yang traktir." Violla akhirnya mengangguk lemah dan Jay kembali menarik tangannya.

"Bisa tidak kau tidak melakukan ini?" Violla protes namun Jay tetap tak mau melepas genggaman.

"Hanya sampai tempat di ujung sana saja, aku janji!" Lagi-lagi Violla hanya bisa mendengus dan mengikuti.

Lagipula seharian ini Jayden telah setia menemaninya, dan ia dapat banyak sekali data dan informasi, kepalanya saja penuh sama seperti catatan di sakunya yang sudah seperti coretan. Mungkin Jay kali ini bisa diandalkan, dan ia harus berterima kasih nanti. Itu pun kalau pria itu tidak melakukan hal yang menyebalkan.

Di tempat yang sama mungkin hanya berjarak 100 meter, diam-diam Axel mengikuti mereka. Ia juga melakukan itu sejak awal mereka sampai ke butik, lalu beberapa pusat perbelanjaan, cafe, dan pameran.

Dan sekarang dengan perlahan dan hati-hati, sambil tetap memantau dan menjaga konsistensi jaraknya, ia kembali mengikuti Violla dan Jayden yang masuk ke sebuah coffee shop kecil di seberang jalan.

Axel dengan kacamata hitam, masker dan jaket kulitnya. Cukup mencurigakan sebenarnya.

***

"Besok mau kujemput jam berapa?" Jayden nampak selalu bersemangat ketika berhubungan dengan tugasnya menemani Violla.

"Kenapa begitu pusing mengurusiku, kau sendiri bagaimana dengan kerjaanmu?" Jayden terkekeh lalu menumpu wajahnya dengan sebelah tangan.

"Masalah itu bisa diatur, waktuku banyak, masih ada lima hari lagi."

"Aku tidak yakin besok, semua data ini perlu kurangkum, dan kakiku rasanya mau potong." Jay terbahak menatap ekspresi Violla yang terlihat kesal.

"Ok, my bad, kamu terlalu banyak jalan, seharusnya aku gak perlu terlalu semangat membawamu ke berbagai tempat."

Violla hanya menghela ketika Jay menatapnya sambil menangkup kedua tangannya meminta maaf.

"Aku mau ke toilet." Ia pun segera bangkit dan meninggalkan Jay.

Violla memang kelelahan sore itu, ditambah pakaian yang melekat ditubuhnya ini membuatnya juga lelah menerima tatapan banyak orang.

Axel diam-diam memperhatikan Violla meninggalkan meja menuju toilet. Sejauh ini memang tidak ada hal negatif yang terjadi selain tangan Jayden yang tidak bisa diam. Ia tidak suka melihat pria itu terlalu banyak menyentuh dan merasa semua itu baik-baik saja.

HOLD ON METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang