4. Gantungan Roket

3.3K 296 37
                                    

"Selamat pagi, Fay?" sapa Danish riang tepat ketika Fay menginjakkan kaki melewati gerbang. Fay langsung memegang dadanya terkejut.

Sepagi ini gue udah harus digangguin nih makhluk?

Oke, semalam Fay sudah berpikir bagaimana menyingkirkan makhluk Mars ini. Fay akan berpura-pura tidak melihat orang ini.

"Gimana semalem tidurnya? Nyenyak gak? Ada mimpiin gue gak? Soalnya gue mimpiin elo."

Lo gak denger Fay lo gak denger.

"Gue mimpi lo bakal jalan bareng gue hari ini balik sekolah."

Diemin Fay diemin.

"Fay, lo tau gak? Kalo sekolah kita bakal bikin bis antar jemput sekolah gitu. Gue sedih deh, soalnya jadi gak bisa ngajak lo balik naik motor bareng dong."

Eh ini serius? Wah lumayan kan duit jajan gak usah buat bayar angkot. Fay terlihat berpikir soal ucapan Danish barusan.

"Lo tau gak bis antar jemput kita kayak apa?"

Emangnya apa?

Eh, gue kayak orang bego gak si?  Dari tadi nyautin omongan dia dalem hati. Semoga aja ni cowok bukan cenayang yang bisa baca pikiran orang.

"Tau gak?"

Fay  memutar bola mata dan menghela napas.

"Bis Tayo hahahhahaa." Danish tergelak begitu melihat Fay meresponnya dengan gertakan gigi dan tangan yang mengepal. "Kesel dong, Fay. Gue lebih suka liat lo ngomelin gue, daripada diem aja. Gue takut si Jumbo, mati gara-gara lo diem mulu gini," seloroh Danish membawa nama Jumbo, ayam Mang Kadiman, petugas kebersihan di sekolahnya.

Bel berbunyi, dan baru kali ini Fay merasa bahagia. Artinya Danish harus segera menyingkir untuk kembali ke kelasnya. Dan Fay bisa mendapatkan kembali kedamaian hidupnya.

Di dalam kelas, Fay benar-benar bosan dengan pelajaran sejarah yang bukannya membahas tentang sejarah di Indonesia. Melainkan malah membahas sejarah hidup Bu Dewi, guru sejarah yang paling demen berkisah tentang hidupnya yang garing.

Hari ini cerita yang dia kisahkan di kelas yaitu tentang dirinya yang mencoba menu sayur lodeh baru tapi sedikit mengalami kegagalan, jadi makanannya rada asin. Tapi suaminya bukan menghibur malah mengejek, lalu Bu Dewi bilang laki-laki di Indonesia ini harusnya belajar bagaimana membuat hati wanita selalu senang.

Bodo amat bagi Fay, mah. Membosankan. Nggak ada sangkut pautnya kan materi Pangeran Antasari ke masakan lodeh. Ratusan kali sudah Fay menguap dan mencuri-curi kesempatan untuk tidur sampai bel istirahat berbunyi dan membuatnya lega.

Semua teman-teman kelasnya satu persatu ke kantin. Meninggalkan Fay sendiri. Fay bertahan sedikit lebih lama, berharap Danish, si cowok Mars itu kembali dulu ke kelasnya baru dia mau keluar dan jajan.

Jam istirahat akan berakhir dalam 5 menit lagi, sebagian teman kelasnya juga sudah kembali. Fay rasa ini waktunya ia keluar untuk sekadar beli somay. Karena cacing di perutnya sudah melakukan demo anarkis meminta diberi jatah makan siang.

Sesampainya di kantin, entah ada bencana alam apa. Seluruh pedagang di kantin kehabisan dagangannya. Dari yang tukang somay, batagor, nasi goreng, bakso, mie ayam, ludes bersih. Yang tersisa hanya makanan ringan seperti ciki dan minuman.

"Lah kembung iya gue beli minum doang mah," keluh Fay. "Abis ini mana matematika lagi. Selesai hidup gue belajar matematika gak makan."

Muka Fay tertekuk nelangsa memegang botol akua di tangan.

Hi, Danish! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang