31. Rumah Sakit

600 47 54
                                    

Narda mengerjap beberapa kali dan menyentuh bagian perutnya yang terasa begitu nyeri. Cahaya ruangan ditambah sinar matahari menyadarkannya bahwa hari telah berlalu.

Derap langkah kaki berburu menghampirinya dari posisi duduk. Narda terkejut. "Kalian kok bisa ada di sini?" Tanya Narda kebingungan pada keempat manusia di hadapannya.

"Lah ngigo lu ya? Kan lo yang ngechat kita. Dan harusnya juga kita yang nanya. Lo ngapain bisa masuk rumah sakit gini? Tawuran? Itu perut lu kenapa bisa bocor gitu coba?" Tanya Kenzie menyerobot Narda dengan banyak pertanyaan.

Mata Narda menyapu seluruh ruangan. "Danish mana?" Tanyanya kemudian.

"Danish?"

"Yang ada di ruangan ini cuma dokter dan suster sama elo doang pas kita dateng," sahut Andra kemudian.

Narda berdecih seraya berusaha bangun dari ranjangnya.

"Eh lo mau ngapain anjir?" Tahan Irfan. "Tadi susternya bilang lo harus istirahat dulu, luka lo masih basah."

"Gue harus cari Danish!"

"Apaan sih lo, Da? Ini coba lo jelasin dulu kenapa tiba-tiba lo ada di rumah sakit? Terus kenapa juga lo malah nyariin Danish?" Protes Arga tidak tahan dengan ketidakjelasan di hadapannya ini.

Narda mengembus napas kasar. Kembali duduk sejenak dan mengingat bagaimana kejadian di ruangan Mella yang terjadi secepat kilat.

"Semalem gue ketemu Danish."

Semua mata di ruangan itu membulat. Tapi tidak ada satu pun yang menginterupsi.

"Bukan ketemu. Lebih tepatnya gue nemuin Danish ke kantor perempuan itu. Calon istri Om Ferdian yang ngasih selebaran musik itu. Mella namanya. Gue gatau gimana ceritanya Danish bisa sengamuk itu kayak orang kesetanan dan ngecekik leher perempuan itu."

Penjelasan singkat itu cukup membuat Kenzie menutup mulutnya dengan tangan saking terkejut. Bagaimana tidak? Selama ini semua orang tahu Danish adalah yang paling pandai menjaga emosi di antara mereka semua. Tapi mendengar penjelasan Narda yang mengatakan Danish mencekik perempuan membuatnya merasa cerita ini terlalu gila.

"Gue berusaha nahan Danish. Gue misahin Danish dari perempuan itu. Tapi Danish penuh emosi. Dia bilang dia mau bunuh orang itu. Tapi pas gue lagi narik Danish ngejauh, perempuan itu berusaha untuk nusuk Danish pake gunting yang tapi justru meleset ke gue. Gue ga inget apa-apa lagi setelah itu. Dan yang gue inget tiba-tiba gue di ruangan ini dan ada kalian."

Andra menggeleng-geleng kuat. "Tunggu-tunggu otak gue ngelag sebentar," ucapnya menghela napas. "Danish berusaha bunuh perempuan itu? Siapa tadi namanya?"

"Mella," sahur Irfan cepat.

"Iya Mella. Kenapa dia mau bunuh perempuan itu? Dan gimana juga lo bisa kenal Mella Mella ini? Bahkan sampe tau kantornya dia?"

Semua sekarang menatap Narda serius. Keheningan tercipta cukup lama sebelum Narda mengembus napas berat lagi.

"Mella ini pernah deket sama bokap gue. Dia juga yang bikin bokap nyokap ribut hampir tiap hari, dulu. Dan ini nggak perlu kita bahas ya. Intinya gue tau Mella dari situ."

"Gimana lo bisa tau Danish ke kantornya Mella?" Tanya Arga menyelidik.

"Sebelum ke kantor Mella, Danish ke rumah gue. Dia ceritain soal nyokapnya yang sakit. Dia bilang dia nggak akan biarin pernikahan Mella dan Om Ferdian terjadi. Informasi singkat itu cukup untuk gue simpulin kalau Danish bakal nyamperin Mella begitu dia ninggalin rumah gue. Gue gambling ke kantor Mella dan beneran nemuin Danish di sana udah dalam kondisi hilang kontrol."

Hi, Danish! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang