19. Lembar Kisah

1.8K 205 14
                                    

Sampai di parkiran sekolah Danish bertemu dengan perempuan cantik berumur sekitar tigapuluhan atau kira-kira lebih. Wajahnya terlihat begitu menawan untuk umurannya, tapi kerutan di beberapa lipat wajah tidak bisa membohongi usianya digerogoti waktu. Perempuan itu kelihatan kebingungan dan tampak seperti mencari sesuatu. Danish tadinya tidak berniat menghampiri, tapi berhubung perempuan itu berdiri di dekat motornya, sekalian saja Danish tanya keperluannya.

"Nyari siapa, Bu?"

Perempuan itu tersenyum sedikit mengangguk. "Mau ke ruang BK de. Tadi kata satpam sih disuruh ke dalem aja. Tapi Ibu bingung ke mananya."

"Perlu saya antar?"

Ibu itu tersenyum senang. "Kalau gak ngerepotin boleh?"

"Oh boleh, Bu. Gak ngerepotin kok."

"Makasih ya de. Kelas berapa?"

Danish menaruh tangannya di dada. "Saya? Saya kelas 3, Bu."

"Oh, anak Ibu juga kelas tiga. Ini Ibu mau menuhin panggilan guru BKnya. Kenal, Fay?"

Danish sedikit terkejut sampai tidak melanjutkan jalan. Perempuan yang ia ketahui adalah ibunya Fay itu mengerutkan jidat. "Kenapa?" kemudian tersenyum kecut. "Fay sering banget buat masalah ya di sekolah?" wajahnya kini berubah sedikit muram.

Seketika Danish langsung menggeleng. "Enggak kok. Saya cuma kaget aja ternyata Tante, ibunya Fay? Kirain wali murid kelas 1 soalnya masih muda gitu keliatannya, cantik lagi."

Perempuan itu tersenyum tersanjung. "Bisa aja. Jadi ini teman sekelasnya Fay atau?"

"Bukan temen sekelas sih Tante, cuma cukup deket untuk jadi temen ngobrol." Danish menggaruk-garuk kepalanya.

"Bukan pacar?" Dian mengajukan pertanyaan iseng.

"Maunya mah begitu, eh enggak kok Tante, bercanda." Mereka lalu tertawa renyah.

"Yang ini ruang BKnya Tante."

Perempuan itu melangkah menuju ruangan yang Danish tunjukkan, sempat berhenti, berbalik dan tersenyum ramah. "Makasih ya de udah dianter. Oiya namanya siapa?"

"Danish, Tante."

"Makasih ya Danish. Emm," Dian menggaruk tipis pelipis bagian kirinya.

"Ada apa Tante?"

"Kalau gak keberatan, dan kalau kamu gak lagi sibuk, boleh gak habis ini Tante ajak kamu ngobrol? Tante mau bicara soal Fay."

Mata Danish membulat sempat terkejut. Berpikir sejenak sebelum kepalanya memberi anggukan untuk isyarat mengiayakan. Danish menunggu di parkiran sambil mendengarkan deretan lagu dari band indie tanah air dengan earphone. Perlahan keadaan parkiran yang tadinya ramai berubah sepi.

Beberapa motor dan mobil mulai meninggalkan sekolah dan mengisi padatnya jalan raya ibu kota. Sekitar setengah jam berlalu, Danish melihat ibunya Fay kembali berjalan menuju parkiran. Wajahnya muram. Sepertinya Pak Rizky baru saja habis memberi tahu semua kasus yang Fay lakukan di sekolah.

Danish berjalan menghampiri. Memberi senyum terbaik untuk membantu menghilangkan wajah muram perempuan itu. "Udah selesai, Tante?"

Perempuan itu memberikan senyum dan angguka. "Kita cari tempat untuk ngobrol yang enak di mana ya?"

"Aku ada tempat yang enak, Tante. Gimana?"

"Boleh deh."

Danish membawa ibunya Fay untuk minum kopi di salah satu kedai kopi kesukaannya. Terlihat sekali perempuan itu agak sedikit kikuk dibawa ke sana. Matanya terus berkeliaran melihat ke kanan dan ke kiri yang lebih didominasi oleh anak muda.

Hi, Danish! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang