Part 9

948 131 15
                                    

CHAIN –THAT CAN'T BE BROKEN"
.
If you Don’t like ChangKyu or Boys Love
or even My Story, just make your Own story
If you can’t do it, just shut up your mouth
.
.

Ada bagian dari hidup yang memang tetap harus menjadi rahasia semesta. Terbungkus rapi pada manuskrip tak berbuku, pada hal yang tidak tersurat, pada sesuatu yang memang tidak seharusnya diceritakan demi menjaga ketenangan. Sama halnya dengan rangka-rangka pikiran yang tidak seluruhnya Changmin ceritakan pada Kyuhyun, mulai dari seluruh rencananya akan sang ayah atau juga si masalah baru mengenai pertunangan yang akan dilakukan esok hari.

Sehabis mengantar Kyuhyun yang seharian berceloteh meminta mengunjungi Minho, Changmin memutuskan pulang ke rumah pagi ini. Mencoba menjadi anak baik meski nyata ia tidak sebaik yang terlihat. Tujuannya satu, berbasa basi pada sang ayah sebagai anak yang baru saja menyelesaikan sekolah tinggi. Sebab jelas ada satu kemalasan yang tersirat pada Changmin jika itu berurusan dengan sang ayah yang perbincangannya tidak jauh dari kata perusahaan dan pernikahan.

Itulah kenapa saat ini, tepat pada pukul lima dimana jarum pendeknya lewat sepuluh menit, dibanding langsung pulang sehabis menjemput Kyuhyun di rumah Minho, Changmin memutuskan mengajak Kyuhyun mengunjungi pasar diderah Dongdaemun. Bersenang-senang sebelum ujian adalah alibi Changmin pada Kyuhyun yang bertanya ada apa meski nyata ia hanya butuh waktu berdua sebelum pria manisnya itu kembali merajuk jika tahu. Si pendek pemilik wajah manis itu pasti tidak akan setuju jika Changmin memilih diam dan menurut dulu akan rencana sang ayah esok.

"Kenapa kau menghela nafas?" pertanyaan Kyuhyun menyentak Changmin dari pemikirannya yang sejenak. Mengundang si jangkung membalas dengan cengiran bodoh sambil menunjukkan dua tangannya yang sudah penuh tas belanja.

"Seseorang membuatku lelah." Changmin berujar, berseloroh menggoda lawan bicara.

Dilain pihak, ingin rasanya Kyuhyun melempar sesuatu pada kepala Changmin –dengan sejenis buah semangka misalnya. Pria ini yang mengajaknya jalan, tapi dia juga yang akhirnya menggerutu, "Payah. Kau yang bilang mau membelikanku banyak makanan."

Changmin tidak lagi bisa menyangkal, ia tidak menyumpah kali ini. Hanya tawa renyah sebab kalah adu debat yang bahkan belum dimulai. "Baiklah. Jadi, mau beli apa lagi sekarang?"

"Mau ice cream."

"Ayo."

.
.

Hidangan pada meja tidak lagi menjadi fokus atensi sebab duduk bersila pada satu rumah makan jepang disore hari dengan latar taman indoor benar-benar pilihan yang bagus kali ini. Dae Hyun memandang sahabat lamanya, posisi duduk mereka hanya dibatasi satu meja kecil yang atasnya tersaji ocha dengan asap mengepul.

"Itu adalah syarat dari Hye Byul. Aku bahkan tidak mengerti jalan pikiran wanita tua itu." suara Dae Hyun memecah lebih dulu.

"Entahlah. Besok aku berniat mengumumkan Changmin sebagai pewaris dan anak itu akan menjabat sebagai direktur utama. Bagaimana mungkin aku bisa–"

"Bukankah sudah kukatakan kau bisa menolak."

"Tapi aku butuh bantuanmu." suara berbisik Jae Hwan menggerakan sudut bibir Dae Hyun untuk tertarik dalam satu seringai tak terlihat. Pria paruh baya di depannya sudah terlalu putus asa, begitu jelas tergambar pada raut wajah yang mulai menampakkan banyak keriput lelah.

"Dan kau paham aku tidak bisa membantu jika Hye Byul tidak menyetujui." Jae Hwan menyahut. Mencoba memberikan tatapan menyesal sebab tidak bisa berbuat banyak. Tidak bisa berbuat banyak bukan karena tidak mampu, namun lebih demi rencana yang sudah disusun agar berjalan mulus.

"Aku sangat paham. Tapi meminta Changmin dariku juga bukan pilihan yang mudah!" Suara Jae Hwan naik satu oktaf, tekanannya sedikit membuat Dae Hyun menghela nafas dalam kuluman pretensi. "Hye Byul masih menyalahkanku karena masa lalu." lanjutnya.

CHAIN -That Can't Be Broken [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang