Part 2

1.4K 191 23
                                    

"CHAIN –THAT CAN'T BE BROKEN"
.
If you Don’t like ChangKyu or Boys Love
or even My Story, just make your Own story
If you can’t do it, just shut up your mouth
.
.

Malam sudah mulai berjalan, Kyuhyun kembali pada apartemen tempat ia tinggal bersama Changmin. Dan harapannya pupus begitu saja untuk mengharapkan pria itu disini, menunggu seperti biasa dengan joystik dan TV yang layarnya menggambarkan game sepak bola. Diliriknya sekilas pada jam yang tergantung manis di sudut ruang. Pukul 7 malam kurang, setidaknya masih cukup waktu untuk makan malam tanpa harus memikirkan berat badan yang akan naik.

Langkah Kyuhyun terseok menuju kamarnya sendiri, kamar Changmin ada disisi yang lain dan ia sedang malas pergi kesana. Toh si pemilik pun tidak sedang ada ditempat. Sibuk bercengkrama diatas meja makan bersama orang-orang yang disebutnya keluarga –pria itu mengirimi pesan beberapa waktu yang lalu, beserta satu foto selfie yang kini Kyuhyun jadikan wallpaper ponselnya.

Ia hanya meletakkan tas secara asal di atas meja belajar, membuka kemejanya yang berbau keringat dan mengganti dengan kaus putih sederhana tanpa berniat mandi terlebih dahulu. Perutnya terasa lapar, pergi seharian ini dengan Donghae dan Minho menguras habis banyak tenaga. Meski nyatanya mereka hanya pergi bermain di game center untuk melepas penat.

Dengan malas Kyuhyun berjalan menuju dapur, menuju lemari pendingin yang selanjutnya ia buka lama-lama agar udara dingin dari sana menyejukkan badan. Satu tangannya terulur mengambil botol air mineral, meneguknya sedikit dan diselingi satu suapan buah strobery dari tangan yang lain.

Kyuhyun menatap keseluruhan isi lemari pendingin. Banyak makanan disana, mulai dari yang siap disantap, di goreng, berkuah hingga makanan yang sudah lima hari tidak tersentuh. Yang dipilihnya adalah dua roti lapis isi telur juga dengan bacon sisa pagi, lalu mengembalikan botol mineral pada tempatnya dan beralih pada satu kaleng coke. Dengan kaki Kyuhyun sigap menutup lemari pendingin. Membalikkan badannya lalu kembali menuju ruang tengah untuk menonton TV.

Makan malam Kyuhyun tanpa Changmin selalu seperti ini. Sepi dan menyedihkan. Tapi setidaknya, tidak akan ada yang mengomeli dirinya hanya karena tidak mandi di sore hari.

.
.

Kegaduhan kecil terjadi diatas meja makan, si anak bungsu yang merengek minta jatah makannya untuk ditambah meski semua lauh sudah habis tak bersisa. Dari duduknya Changmin tersenyum menyembunyikan tawa, tidak ada lagi perbincangan pernikahan yang menyakitkan telinga. Sang Ayah sibuk menenangkan, sedang Ibunya didapur mencoba membuat apa saja agar adiknya diam, serta seorang gadis di sebrang lainnya yang tampak membantu sang ayah dengan kata-kata berbalut janji manis.

Changmin sendiri tidak berniat membantu, bahkan dalam sekali lihat ia mengerti udang sedang bersembunyi dibalik batu. Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar dalam saku celana, sebuah alarm peringatan meski sebenarnya ia tidak membutuhkan. Hanya memandang sedikit, lalu menggeser layar tombol silent dan memasukkannya kembali kedalam saku.

"Kurasa aku harus kembali, Ayah. Masih ada urusan kuliah yang harus dikerjakan dan temanku sudah menunggu."

"Baiklah, dan antar Han Ji pulang."

"Aku mengerti." hanya itu yang ia ucapkan. Senyum ramahnya tersamar dibarengi lirikan dan ajakan lewat mata pada si gadis bernama lengkap Kim Han Ji. Sejenak, atensinya beralih pada sang adik, "–ada permen di laci meja belajarku, ambilah." dan anehnya, berhasil. Si kecil diam dari tangisnya, berlari terburu menaiki anak tangga dengan kedipan mata. Changmin menggeleng tak habis pikir ditempat duduknya –that little brat is a genius.

.
.

Menunggu itu membosankan, tapi Kyuhyun terbiasa, khususnya untuk si teman—satu—atap. Rebahannya pada ranjang tampak tidak teratur, dengan pinggang ke dada berselimut dan membiarkan kaki telanjangnya bergoyang-goyang asal. Gerakannya acak, mengikuti ponsel yang menyala dengan musik dance yang bassnya berdentum kasar.

CHAIN -That Can't Be Broken [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang