Part 5

1K 141 17
                                    

CHAIN –THAT CAN'T BE BROKEN"
.
If you Don’t like ChangKyu or Boys Love
or even My Story, just make your Own story
If you can’t do it, just shut up your mouth
.
.

Matahari tepat sejalur diatas kepala, membiarkan terik menerangi setiap pekerja yang lusuh hingga badan basah oleh peluh dan sisa-sisa material pembangunan. Bekerja pagi berbatas petang, sebelum akhirnya pulang dan kembali dikemudian hari lalu berulang. Sebuah risiko pekerjaan yang diambil tanpa banyak pertimbangan sebagai orang-orang kecil tak berpendidikan.

Ada papan palang didepan sana, tepat di pintu masuk dari sebuah arena pembangunan. Tulisan besar atas nama 'SHIM CONSTRUCTION' berbahan alumunium yang dibentuk sedemikian mewah.

Tidak jauh darinya sebuah ruang sementara berbahan tripleks berukuran empat kali empat meter dibangun. Untuk sang pemilik, diktator, pemimpin, penguasa, entah disebutnya apa, yang dengan santai menggulung jas bermerk armani disinggasana hitam ditemani segelas jus jeruk yang es batunya berkondensasi. Empat orang tertinggi yang berada dibawah kepemimpinannya juga disana, sibuk membolak-balik kertas menyiapkan apa saja untuk dilaporkan dan siap disanggah.

"Jadi bagaimana?"

"Persediaan bahan baku pasir dan semen akan habis minggu depan. Untuk besi masih bisa dipastikan cukup untuk sebulan meski itu juga terbilang tidak cukup untuk menyelesaikan pembangunan." Satu orang mulai membuka suara, menatap sang atasan ragu akan berita buruk yang ia ucapkan.

Mendengar laporan itu ketiga lainnya mengangguki, saling membalas tatap akan rasa setuju sebelum yang lainnya mulai menanggapi dan memberi solusi. "Kabar burung soal deklinasi perusahaan Shim tersebar luas hingga beberapa pengembang memilih menyalurkan barang mereka pada tender lain."

"Itu menyebabkan kita kesulitan mencari barang baku. Sekalipun ada pemborongan, mereka menawarkan harga tinggi hingga tiga atau empat kali lipat."

"Tuan Shim. Saya rasa anda harus mencari partner kerja dalam hal ini. Perusahaan kita tidak akan bisa menutupi semua biaya sedangkan pembangunan sudah berjalan setengahnya, akan sangat sayang jika ini tertunda apalagi terhenti."

Helaan nafas dari sang atasan mengalihkan animo setiap pasang mata disana. Sangat eksplisit gurat lelah, bingung, dan raut berpikir hingga membuat kening berkerut. "Pembangunan AERÀ Mall akan tetap berjalan, berlanjut hingga selesai. Tidak akan kubiarkan usahaku satu ini berakhir ketika aku sudah banyak mengeluarkan dana." jari pada meja mengetuk hingga menimbulkan simfoninya tersendiri, sedang mata sang pembicara teliti menatap satu persatu para bawahan yang bergetar dibalik meja bertumpukan kertas. "Sekarang, berikan aku nama siapa saja pertimbangan untuk perusahaan kerja sama."

.
.

"Besok rabu benar ujianmu?" Kyuhyun membuka pembicaraan lebih dulu, untuk satu pria yang tampak asik merebah diatas lantai berkarpet dimana sebagian besar terisi sampah kaleng coke sisa semalam. Mereka berada di apartemen hari ini dimana ditanggalan tertulis hari minggu.

Sejak Changmin menginap dirumahnya yang terhitung satu hari satu malam, Kyuhyun merasa menyerah dengan sikap pria itu, yang seenaknya menyentuh dan macam-macam seolah tidak akan ada orang yang mendengar. Jadilah sabtu sore ia memaksa Changmin untuk kembali. Awalnya Changmin menolak keras, alasan bosan sendiri di apartemen ia lontarkan hingga lawan bicara mau tidak mau kehabisan kata-kata. Meski pada akhirnya tetap Changmin yang menyumpah begitu Kyuhyun berkata akan kembali ke apartemen hari itu juga.

Pria manis ini, tidakkah dia sadar Changmin hanya mau lebih dekat dengan paman Cho? Mengesalkan.

"Ya, kau akan datang?" Changmin menjawab juga bertanya. Tangannya bergerak membereskan sisa kaleng coke dan memasukannya pada plastik sampah yang entah bagaimana sudah didepan mata. Pelakunya pasti Kyuhyun, begitu jelas menyuruhnya bersih-bersih sementara sendirinya hengkang kaki diatas sofa meski dalam keadaan yang sama –tampak berantakan khas orang bangun tidur.

CHAIN -That Can't Be Broken [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang