5. dapur

9.3K 2.1K 220
                                    

Hyeonshiriha kkumigo kkumi hyeonshil gata
Nuneul tteugo kkumeul kkuneun geotman gata
Saramdeureun igeol sarangira malhae
Naegen nasseon tteollim


Aku meraba-raba tempat tidur dengan mata yang masih terpejam, mencari keberadaan hpku tersayang. Begitu benda persegi panjang itu sudah ditangan, aku mencoba membuka mata dengan tenaga yang ada, kudapati nama Somi tertera di layar.

"Halo?" ucapku dengan suara khas orang baru bangun tidur.

"Whoops! Beb, gue bangunin, ya?"

"Hmmh? Kenapa, Som?"

"Aduh, Jeni! Langit udah gelap, matahari udah pulang, bintang udah datang. Wake up, Girl!"

"Hmm. Iya, kenapa?"

"Duh, terserahlah. Gue baru dari rumahnya Koko buat kembaliin rantang, tapi dianya nggak ada. Kata bundanya main ke tempat Jeno. He's with you there?"

"Nope."

"Eh? How come? Mereka jalan keluar, ya?"

"Nggak tau, Somi. Masih di kasur ini."

"Yeee! I thought he was never there! Nggak ada suara-suaranya emang?"

"Kan Renjun nggak banyak bicara."

"Iya, sih. Ya udahlah. Gue cuma kepo aja dia lagi di mana. Kalau di rumah lo ngobrol, ya?"

"Mau datang emang?"

"Nggak. Cuma mau tau aja. Hehew. Oke, see you on Monday, Darl!"

Tut!

Sambungan akhirnya terputus. Aku benar-benar masih mengantuk. Tapi Somi benar, hari memang sudah gelap. Jam di layar hpku menunjukkan pukul setengah 8 malam. Aku harus bangun.

Aku menguap dan meregangkan badan lalu turun dari tempat tidurku. Kusempatkan mencuci muka-walau hanya dengan air-dan menyisir rambut sebelum keluar. Setidaknya, aku tidak terlihat sangat berantakan.

Oh, percayalah. Memangnya mana ada orang yang baru bangun tidur langsung terlihat cantik? Yah, aku tidak sedang mengatakan bahwa biasanya aku cantik. Aku biasa saja. Sangat biasa. Aku hanya bayangan seorang Lee Jeno, Lee Jeni. Dan Jeni yang baru bangun tidur tampak lebih berantakan dari seekor singa jantan.

Begitu aku membuka pintu kamar, aku sudah bisa mendengar suara-suara berisik dari ruang tengah. Tampaknya teman-teman Jeno memang sedang bertamu ke rumah.

Aku menghampiri mereka-Jeno. "Jen, Bunda mana?"

"Arisan," jawabnya tanpa perlu menoleh padaku. Dia sedang main ps dengan Haechan. Renjun yang tadinya sedikit heboh langsung terdiam begitu mendengar suaraku. Hanya ada mereka bertiga di sini. Tidak ada Jaemin.

Baguslah.

Mungkin, setelah ini aku akan kembali ke kamar dan mengabari Somi bahwa tetangganya memang ada di sini.

"Sama Ayah?"

"Kan nggak mungkin sama yang lain, Jen."

Aoratos | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang