2

56 2 0
                                    

Catch me
I'm falling for you
And i don't know what to do
How can something so wrong feels so right all along?

Lagu catch me, i'm falling for you milik Toni Gonzaga mengalun berulang kali. Jika ini merupakan konser maka, suara Toni Gonzaga akan bosan juga parau didengar para penonton karena hanya lagu itu yang aku putar, selama kurang lebih dua jam lamanya di teras atas rumah yang cukup lenggang karena hanya ada aku disana sambil melihat bulatan putih dengan tatapan takjub lalu mengeluh tentang dunia padanya.

"Anin bisakah kau biasa saja ketika berhadapan dengannya seperti dua tahun yang lalu, saat kau memenangkan segala. Mengubur rasa tanpa penyesalan sedikit pun?". Keluh ku pada bola langit putih tanpa di tutupi awan hanya ditemani kemerlap bintang.

Teng... Teng

Suara handphone mengacaukan keluh ku pada langit

Lalu ku lihat nama penulis pesan yang ada disana "Daffa" sontak mata ku terbelangah aku tidak pernah memberi tahu nomor ponsel terbaru ku pada siapapun kecuali orang-orang yang memang sangat dekat dengan ku.

Daffa : Non, besok temenin aku ngeliat senja yuk. Jangan ditolak ini perintah

Anin : Kenapa harus senja? Aku benci

Daffa : Karena menurut ku senja itu indah semburat warna jingga menghiasi langit belum lagi ketika, matahari telah kembali ke peraduannya

Anin : Tapi bukankah senja selalu menawarkan perpisahan?

Daffa : Baru kutemui orang yang banyak bertanya seperti mu, sudah bersiap sajalah besok pukul 5 sore. Kamu akan aku jemput

Anin : Okedeh

Benar saja apa yang dia tulis melalui pesan dilakukan ke esokan harinya di jam yang sesuai, sungguh laknat sekali lelaki ini.

Aku menghampirinya di parkiran halaman dengan pakaian main yang menurutku sudah sangat terbaik.

"Ayo cepetan naik, nanti keburu telat liat senjanya"

"Kamu emangnya udah pamitan ke Ibu? "

"Udah kok. Dia bilang boleh asal jangan lupa kembalikan anak gadisnya sebelum pukul 10, jika tidak. Aku dilarang bertemu dengan Nona Bidadariku lagi"

"Bisa tidak setiap pertemuan ku dengan mu, kamu tidak usah menggombal seperti itu?"

"Kamu sedang dipuji seharusnya kamu bilang terima kasih, setiap orang suka dipuji, hanya orang-orang yang berhati batulah yang tidak suka dipuji. Ibu ku yang bilang begitu"

"Terima kasih" sahutku dengan senyum
yang memamerkan jajaran gigi putih sempurna

"Nah, begitu lebih baik. Ayo cepat sebelum senja pergi terlebih dahulu"

Sepanjang jalan hanya kebisuan yang mengiringi sambil sesekali aku bersenandung dengan lagu yang ku nyanyikan asal dan dengan lirik yang kacau pula.

"Sudah sampai, kamu turun duluan. Parkirannya lumayan jauh, kalau kamu ikut akan menyusahkan nanti"

"Seenaknya aja, aku tidak selemah itu tahu!"

"Iya aku tahu, yaudah kamu tunggu sini aja ya. Jadi anak manis"

Dengan seenaknya telapak tangan kirinya menyentuh kepala ku sambil diguncangkan searah

Tempat ini indah danau dipinggiran kota Jakarta, deretan tanaman, kursi serta permainannya masih tertata rapih. Aku sering mendengar tentang danau ini di media massa, danau yg digadang-gadang akan seperti danau di Swiss. Berita itu bukan omong kosong belaka rupanya benar-benar menakjubkan.

Tuan Matahari dan Nona BulanWhere stories live. Discover now