Gusti

23 1 0
                                    

Tangerang, 15 Februari 2019

Setelah berpikir panjang sepertinya aku perlu menulis sesuatu untuk mu Neng, surat penyesalan. Panggilan sayang ku pada mu sejak dulu hingga sekarang tidak berubah Neng. Tak pernah aku sematkan nama itu pada oranglain selain dirimu, Aku sebetulnya sadar apa yang aku lakukan selama ini salah, banyak yang dirugikan akibat ulahku yang seperti ABG dimabuk kasih ini.

Terutama istriku, ia wanita yang paling aku cintai, tapi lebih banyak terluka. Tak pernah terlintas dalam diri apalagi pikiran ku untuk menyakitimu, kau tak pernah pergi, selalu disisi, menemaniku sampai di puncak kesuksesan dan memiliki keluarga kecil dengan anak yang sholeh lagi sholehah, lantas apalagi yang aku cari? Aku selalu merasa tak pernah pantas untuk mu waktu itu.

Aku hanyalah anak peranta yatim dari Jawa yang mencoba menaklukan kota ini sekuat tenaga tanpa ada sanak saudara di kota ini yang aku kenal aku tak mempunyai gelar sarjana, kuliahku pun tak sampai lulus tapi kau mempercayai ku dengan besar hati menerima segala kekurangan yang aku miliki, apa sebenarnya yang kau harapkan? Hanya dua pasang baju yang aku punya waktu itu, dasar pria miskin. Kau menanyakan keseriusan ku ketika aku berkunjung untuk kesekian kalinya. Hatiku gemetar, sekujur tubuh ku berkeringat lidah ku kelu gelagapan. Aku memang telah mencintaimu pada waktu itu sampai sekarang.

Sampai akhirnya kita menikah kau selalu menenangkan juga menyenangkan seraya berkata "Alhamdulillah pak, segini juga udah cukup kok" sungguh aku yang terlalu bodoh melukai perasaan orang sepertimu.

Tempat ku berkeluh kesa, pelipur lara ku dalam kerasnya dunia. Hanya saja nafsu berahi ini tak pernah puas, ingin berkelana. Rasanya belum tuntas benar masa muda ku dulu, Neng. Aku juga berani bersumpah hanya kamu satu-satunya wanita yang telah ku nafkahi batinnya Neng.

Setiap kali menjelang tengah malam aku selalu memikirkan apa yang telah aku perbuat padamu dan juga anak-anak, terutama anak kedua kita, ia mengetahui segalanya, begitupula dengan pertengkaran kita malam itu, aku macam menanamkan luka dalam padanya, ia sering terdengar menangis di kamarnya setelah malam itu. Aku cemburu dengan mu neng, dia lebih memperhatikan mu daripada aku.

Aku ingin menebus segalanya, menjauhi wanita jalang itu, entah mantra apa yang telah ia sihirkan padaku aku begitu gila dibuatnya, kepeng ku habis-habisan di gelontorkan untuknya, tapi apa daya dia pergi meninggalkan aku sendiri ketika harus menutupi kerugian yang ditimbulkan olehnya.

Hanya kau yang ada disana, membantuku mengatasi segala tanpa pernah bertanya "kemana kepengya?" ini salah ku juga yang terlalu berfoya-foya dengan kepeng itu memberikan semua yg aku punya pada saudara ku yang bahkan tak pernah hadir dalam pernikahan kita. Gengsi ku terlalu besar Neng, aku ingin menunjukkan kalau aku mampu sekarang.

Aku ingin menebus segala dosa yang ku perbuat Neng, tapi aku tak tahu bagaimana cara memulainya kali ini. Ingin ku dekap kembali anak-anakku dan kau, pada waktu itu luka yang aku timbulkan belum juga kering, aku memberanikan diri membawamu ke kantor, wanita jalang itu ada disana, tapi kau hanya tersenyum seolah itu hanya angin lalu yang perlu kau lupakan. Aku sudah lama memutuskan hubungan dengannya, memang sudah seharusnya seperti itu dia dan aku kembali ke kehidupan masing-masing.

Aku membanggakan mu mengatakan pada setiap orang yang bertanya siapa kamu aku menjawabnya dengan "ini pacarku datang hari ini"
Ah pacar, kita seperti muda-mudi saja.

Aku tak pernah tahu apa tanggapanmu setelah aku berkata seperti itu.

Semoga dengan begitu aku berharap luka itu tak pernah lagi menganga.

Aku berharap dengan menyembuhkan luka mu terlebih dahulu, luka anak-anak dapat terobati dan dia juga dapat mencintaiku kembali, ia begitu dekat denganmu terutama anak kedua kita Neng.

Aku menyesal, maafkan kebodohanku ini Neng

Suami mu,

                                                         Gusti

Tuan Matahari dan Nona BulanWhere stories live. Discover now