Dengan mata yang masih sayu, aku dan Nayla mengamati satu-satu muka setiap penumpang pesawat yang keluar dari lubang besar yang bertuliskan "arrival"
Muka yang tidak asing lagi menurut ku, mulai melambaikan tangan ke arah kami dan berjalan mendekat dengan jaket jeans dan sepatu vans putihnya.
Dia sama sekali tidak menunjukkan wajah kagetnya ketika menemui ku, aku berfirasat memang sejak awal, Nayla berencana untuk mempertemukan ku dengannya. Bukan hanya sekedar menemaninya menjemput.
"Hay, gimana Jakarta? Ada perubahan ga? Pasti masih macet kaya pas terakhir. Aku ninggalin kota ini deh" ucapnya yang masih saja mengoceh tanpa henti di sebelah ku
"Aduh kayanya penerbangan jauh bikin kamu amnesia deh, kalo gak macet ya bukan Jakarta dong!" dengus ku kesal
Terminal 3 bandara soekarno-hatta kali ini terlihat lenggang. Aku dan Nayla dipaksa menjemput laki-laki yang baru saja kembali dari Hegen.
Pukul 7 pagi, aku dan Nayla sudah berada di ruang penjemputan terminal 3. Nayla menjemput ku di rumah, padahal aku sudah mati-matian menolak ajakannya untuk menjemput laki-laki yang sedang kami tunggu.
Tapi, aku mengajukan persyaratan untuk tak perlu mengeluarkan uang untuk taksi ke bandara ataupun ongkos bensin yang dipakai untuk pergi kesana, dan dia mengiyakannya, lalu sampailah aku di tempat yang seharusnya tidak pernah aku datangi.
"Makasih ya Nay, udah mau jemput"
"Makasihnya kok ke gue dong sih?"
Ucap nayla yang sekarang berdiri sejajar dengan aku dan laki-laki itu."Mustahil, si Anin mau nerima kata makasih"
"Heloo, yang diomongin orangnya masih disini kali" kata ku sinis kepada dua orang yang makhluk aneh disebelah ku
"Becanda Nin, galak amat kaya mau makan orang" kekehnya geli dengan tangan kirinya yang sudah melayangkan pukulan ringan terlebih dahulu
"Oiya, gue langsung cabut ke tempat kerja ya, elu sama si Anin ya. Have fun!"
Nayla berjalan cepat menuju arah parkiran mobil
"Nay, perjanjiannya kan ga gitu" teriak ku memohon agar dia tidak terkena penyakit tuli dadakan, rupanya upaya ku sia-sia.
Atmosfir manggung mulai terbangun diantara aku dan lelaki di sebelah ku. Dani.
Aku sempat menjalin kasih selama tiga tahun, tiga tahun. Ku rasa, itu tidak pernah berarti apa-apa baginya.Dia sahabat ku sejak awal masuk SMK, aku dikenalkan oleh Nayla, mereka sudah saling mengenal sedari SMP.
Lucu ya, dulu aku sering memanggilnya Perseus tahu kan alasannya. Yap, benar nama itu terinspirasi dari mitologi yunani.
Perseus, pahlawan pertama dalam mitologi Yunani.Dia berhasil membunuh Gorgon atau medusa dan menghadiahkannya untuk calon suami ibunya. Dengan kebaikan hatinya, Perseus menolong Andromeda dan mereka saling jatuh cinta pada pertemuan pertama hingga akhirnya mereka menikah.
Terlalu berlebihan memang, aku menganggapnya baik hati dan setia, seperti Perseus.
Setidaknya memang seperti itu dirinya, dulu. Dani datang disaat yang tepat, disaat aku membutuhkan pundak untuk bersadar dan telinga untuk mendengar keluh kesah ku serta tangan untuk merangkul.
Aku sedang kacau kala itu, sahabat yang sangat aku percaya, pergi. Dikala itu juga aku menemukan bukti perselingkuhan ayah ku.
Mungkin semua manusia seperti itu? Ketika nyaman dan kebahagiaan yang berlebihan. bertemu, dia lupa bahwa setiap yang berlebihan tidak pernah baik.
YOU ARE READING
Tuan Matahari dan Nona Bulan
Teen FictionApakah kau tahu? Bulan selalu membutuhkan sinar matahari lebih dari apapun, tanpa sinar matahari bulan tak akan pernah bertengger di atas langit dengan begitu indah. Sama dengan Nona Bulan, ia begitu rapuh. Menganggap Tuan Matahari adalah segalanya...