Gramedia dengan kaca-kaca yang tinggi menjulang di sekitarnya membiarkan pandangan indah terlihat, di depan gramed ada restoran milik Amerika yang namanya sudah tak asing lagi terdengar; McD.
Ada juga restoran makan terkenal dari Italia, restoran pizza disamping restoran tadi ada rerumputan hijau yang luas, katanya itu lapangan tembak, tapi aku tak pernah tahu dengan pasti apa itu. Aku sering mengunjungi tempat ini, gramedia ternyaman yang pernah aku temui.
Terdiri dari empat lantai lantai dasar untuk restoran, toko tas dan pernak-pernik hadiah. Aku memang tahu benar dimana harus mencari surganya buku.
"Kok gak bilang sih ngajak kemari?"
Aku memukul badanya dengan ringan, memarahinya, merasa tertipu.
"Ya surprise"
"Kali ini berhasil sih"
Meskipun aku tak pernah tahu maksud Tuan Matahari mengajakku kemari, tapi aku begitu bahagia dengan surprisenya kali ini.
"Yes, yaudah kamu mau ke lantai berapa"
Dia memperhatikan tombol lift yang tertera disana menunggu aku berucap sesuatu
"Lantai 3 aja ya, ada yang mau aku kasih tahu"
"Sipdeh bos"
Lantai 3, di lantai ini ada satu buku yang berkesan untukku sejak dulu. Karena ada cerita yang sering aku baca, aku menuntunnya memegang lengannya erat, tak ada penolakan sedikit pun darinya. Kita menuju rak paling pojok, di rak itu tertulis dongeng, bola kejoraku terpaku pada sampul buku hijau dengan judul berwarna merah berhuruf kapital
"Kumpulan dongeng klasik Yunani"
Aku menunjuknya, mata hitamnya mengikuti telunjukku yang lurus ke depan
"Nah ini dia, aku suka sama cerita di buku ini"
Mata kejora ku tak ada hentinya berbinar memandangi buku itu
"Kenapasih sukanya yang fairytale gitu?"
"Gatau, suka aja. Sama cerita-cerita dewa dari Yunani"
"Coba ceritain satu cerita yang kamu suka"
Aku tak begitu yakin dengan ucapannya, selama ini hanya ibuku lah tempat ku menceritakan buku-buku ku hanya ia pendengar baik yang benar-benar ku percayai. Mungkin ini waktunya aku mempercayai sepenuh kepada seseorang dalam hidupku, aku mulai bercerita dengan sebuah pertanyaan
"Kamu tahu gak asal mula bunga matahari?"
"Engga"
"Apasih yang kamu tahu?"
Jawabku jengkel, melepas tanganku pada lengannya yang sedari tadi aku genggam
"Aku hanya tahu kamu"
Kata-kata masih saja membuatku mabuk kali ini.
"Sok puitis bangetsih, geli"
Aku hanya terpingkal-pingkal tertawa, tawa kebahagiaan
Ia hanya membalasnya dengan senyum kecut seperti sedang memakan jeruk nipis yang sangat masam rasanya
"Aku lanjut cerita ya, seorang nimfa yang bernama Clytie jatuh cinta kepada Helios, seorang dewa matahari. Setiap hari Helios selalu menjelajah angkasa dengan segala kegagahannya, tanpa mempedulikan Clytie yang mencintai dirinya dan selalu memperhatikannya baik di pagi, siang, maupun malam. Kesetiaan cinta Clytie terbukti dengan dirinya yang tak pernah berpindah tempat dari pagi hingga malam menjelang hanya untuk terus memandangi Helios dan tak ingin berpaling darinya"
YOU ARE READING
Tuan Matahari dan Nona Bulan
Teen FictionApakah kau tahu? Bulan selalu membutuhkan sinar matahari lebih dari apapun, tanpa sinar matahari bulan tak akan pernah bertengger di atas langit dengan begitu indah. Sama dengan Nona Bulan, ia begitu rapuh. Menganggap Tuan Matahari adalah segalanya...