Kamu bilang "jangan pernah berharap sama manusia, kalo aku gamau sakit".
Tapi nyatanya kamu yang lebih sering memberi harap dan menggoreskan luka. Lantas aku harus apa?Kamu bilang "aku teman baik kamu, salah satu sumber kebahagiaan kamu" tapi kamu lupa teman yang kamu anggap baik ini punya batas kesabaran, permainan petak umpet mu sudah terlalu lama. Aku butuh kamu.
Udah lama banget ya, kita ga pernah bersua bahkan di mimpi aku udah ga pernah ada kamu lagi.
Aku pikir kamu bakalan balik, sambil bilang ke aku "hai, maaf ya aku pergi lama banget. Banyak yang aku urusin sampe gabisa ngabarin". Atau mungkin senyuman kamu aja udah bikin aku tenang.
Aku pengen cerita banyak sama kamu, ada banyak hal yang terjadi selama kamu pergi. Kangen. Kangen, liat langit sama manusia terjayus se Jakarta. Kangen, di cengin sama kamu kalo ngomong aku belepotan.
Susah banget ya cari kabar tentang kamu, aku harus apa sekarang? Harus nunggu berapa lama lagi?
"Sorry misses this is your bill"
"Thank you"Aku beranjak pergi dari meja yang letaknya di sudut ruangan dekat dengan jendela besar yang langsung menghadap ke marinabay, disinilah aku sekarang. Singapura, mencoba kabur dari Jakarta yang sudah sesak dengan kenangan tentang mu.
Mirisnya Singapura hanyalah pelarian bagi ku, nyatanya aku tetap membawa kamu kemana pun aku pergi.
Lucu ya, kamu kaya hujan. Aku ga pernah berharap kamu ada, tapi bisa tiba-tiba muncul aja gitu yang tadinya cerah bisa tiba-tiba mendung.
YOU ARE READING
Tuan Matahari dan Nona Bulan
Teen FictionApakah kau tahu? Bulan selalu membutuhkan sinar matahari lebih dari apapun, tanpa sinar matahari bulan tak akan pernah bertengger di atas langit dengan begitu indah. Sama dengan Nona Bulan, ia begitu rapuh. Menganggap Tuan Matahari adalah segalanya...