Pernah gasih kalian bingung sampai gabisa tidur, lalu tiba-tiba kenangan masa lalu memutar kembali. Kenangan yang seharusnya dilupa.
Kalau kalian pernah ngerasain itu juga, selamat kalian pernah merasakan menjadi aku. Sudah dua tahun dia menghilang dari setiap notifikasi handpone ku serta pandangan, tapi suara dan aromanya ada dimana-mana.
"Aku selalu kalah dengan kenangan" air muka ku selalu panas, jika teringat tentangnya" ujar ku di depan cermin, meratapi diri sendiri, perubahan demi perubahan di muka ku. Tapi tidak dengan rasa yang telah terpendam lama
Seharusnya sejak awal kisah ini tak pernah dimulai, atau memang sedari awal aku tidak berharap. Memang selalu seperti inikan hasilnya jika berharap pada hal yang fana.
Aku kira selama ini aku akan hancur jauh dari peredaran matahariku, ternyata tidak. Raga ku terlihat kuat, ya begitulah hidup harus terus berjalan, bukan? Terlepas sebenarnya akupun juga tidak tahu pasti, makna hancur atau bertahan yang semestinya.
Tak terasa dua tahun lamanya dia menghilang. Aku pun juga begitu mengganti nomor handpone ku juga bukan pilihan yang buruk.
Daffa si tuan matahari entah baju apa yang dia pakai, dengan siapa dia melihat senja selama dua tahun belakangan, bagaimana hubungan dia dengan kekasihnya. Ah, sudahlah seharusnya aku berhenti memikirkan sesuatu dari masa lalu.
Aku harap kamu baik-baik saja dan bahagia. Entah dengan kekasih mu atau siapapun itu, kisah mu harus teruslah berlanjut.
Sedang aku masih terus berharap kau kembali tapi, ruang kita sudah semakin bersekat.
Ohiya, kamu juga sering marah kalau aku memotret senja. Padahal aku sudah janji tidak memotretnya jikalau senja datang. Tapi, maaf aku ingkar. Kalau kita masih sedekat dulu kamu pasti sudah marah aku melakukannya, apalagi jika tertangkap basah oleh mu.
Hanya dengan memotret senja aku bisa mengingat mu.
"Iya, makasih tante. Saya disini aja nunggunya"
Suara dari ruang tamu membuyarkan semua lamunan ku. Hari ini aku sudah berjanji kepada Dani untuk menemaninya menonton konser musik kesukaannya, ya Dani kekasih lama ku. Aku memutuskan untuk tetap berhubungan baik dengannya.
"Ayo, sayang nanti kita telat nontonnya"
Aku yang baru saja keluar dari kamar, sontak kaget dengan ucapannya. Banyak yang bilang berhubungan dengan mantan sama saja membiarkan diri sendiri untuk jatuh cinta pada orang yang sama kedua kalinya.
"Eh, mulut mu. Mau ku tabok rupanya"
"Maaf, kebiasaan lama. Yaudah yuk, buruan"
Dani melengos, ketika mataku melotot padanya, ia hanya terkekeh geli berjalan menuju parkiran rumah ku.
Dani berhasil menarik ku kembali, dia benar-benar kembali setelah matahari ku pergi. Aku takut, takut salah mengartikan kembalinya.
Bisa jadi kita hanyalah dua yang dipertemukan saat kesepian sama-sama menghampiri, kita bimbang harus bertumpuan kepada siapa. Sampai akhirnya kembali dengan masa lalu jalan teraman, alih-alih ingin membuka hati, yang ada malah kembali ke masa lalu.
Karena orang yang pernah ada untuk kita adalah orang yang paling tahu, cara membunuh kesepian.
"Hey dari tadi kamu dengerin aku ngomong gasih?"
"Kamu emangnya ngomong apa dan?"
''Tuhkan, aku ngomong ga di denger. Pokoknya kamu harus traktir aku minum, aus tau ngomong sama patung"
Dani masih orang yang sama, sebelum dan sesudah kembali dari Hegen bahkan saat di Hegen pun dia tak berhentinya mengirimi aku email dan selalu ingin tahu kabar terbaru ku.
"Iya, bawel nih anak Hegen. Bawa motor vespanya tuh yang bener''
"Iya siap, tuan puteri"
"Lawak terus"
Dia hanya menjawab dengan kekehan renyah khasnya.
Selama perjalanan kita hanya terdiam seribu bahasa, tak banyak yang kita bahas.
Hingga akhirnya kita sampai di tujuan, panggung yang tepat di tengah-tengah dan pencahayaan di mana-mana"Selamat malam"
Sapa seorang penyanyi yang kedatangannya ditunggu. Lucunya sejak dia masih menjadi sahabat ku, selera musik kita sama. Tidak jarang kita mendengarkan playlist yang sama, dengan satu earphone.
Cukupkanlah ikatan mu
Relakanlah yang tak seharusnya untuk mu
Sebelum kau menjaga, merawat, melindungi
Segala yang berarti
Yang sebaiknya kau jaga adalah diri mu sendiriLirik lagu Kunto Aji, yang selalu aku dengarkan ketika kebisingan malam melanda, atau mungkin ingatan tentang tuan matahari diam-diam merayap.
Memberi tamparan telak di muka berulang kali, ada lega sekaligus haru ketika mendengarnya.
Melepaskan segala yang bukan milik, walau memang sulit
Sudahlah, sepertinya aku juga tidak pantas lagi menyebutnya Tuan Matahari.
Biarkanlah seperti ini, kita asing dalam sapa pun canda. Merehatkan segala yang sudah terlalu bising, menepikkan segala yang menyesakkan lalu merenung "perlukah aku bertahan?" pertanyaan dalam senyap yang lebih sering berlalu lalang.
Sungguh, di samping ku Dani lelaki baik yang pernah begitu aku sayangi. Tapi dia pergi, bersamaan dengan perginya rasa ku pun ikut memudar
Daffa, dia pergi membawa apa yang seharusnya sempat ku utarakan sebelum sesak memenuhi ruang.
Setelah konser selesai aku dan dani memutuskan untuk segera pulang ke rumah.
Di sepanjang jalan pulang kita hanya menyanyikan satu lagi yang sama, hingga sampa ke rumah ku
Tak ada yang seindah matamu
Hanya rembulan
Tak ada yang selembut sikapmu
Hanya lautan
Tak tergantikan, oh
Walau kita tak saling menyapaLagu itu seperti segerumulan tawon, malam itu. Kepadatan ibukota di waktu malam serasa milik kita berdua.
"Dah sampe" ujarnya seraya melepaskan helm di kepalanya
"Thanks ya. See u"
"Sama-sama tuan puteri, aku seneng"
Baru kali ini, aku melihat kembali senyuman yang selama ini pergi dari pandangan ku. Senyumannya, masih sehangat dulu.
Ikatan kita telah usai nin, sadar, sadar. Gumam ku di dalam hati
"Me too, night. Udah gih sana pergi, nanti gabisa tidur. Kelamaan liat muka aku loh"
"Iya, iya"
Dani, menyalakan kembali motornya. Hilang, ditelan malam yang semakin gelap.
YOU ARE READING
Tuan Matahari dan Nona Bulan
Teen FictionApakah kau tahu? Bulan selalu membutuhkan sinar matahari lebih dari apapun, tanpa sinar matahari bulan tak akan pernah bertengger di atas langit dengan begitu indah. Sama dengan Nona Bulan, ia begitu rapuh. Menganggap Tuan Matahari adalah segalanya...