To : Tuan Matahari
From : Nona Bulan
Apakah kamu ingat dua tahun lalu ketika kamu mengajak ku berfoto? itulah untuk pertama kalinya aku berfoto dengan laki-laki selain Ayah ku. Bagaimana dengan sepupuku? kita selalu berfoto bersama-sama dengan sepupu yang lain, tapi dengan mu hanya berdua kita saling bersisian. Memperlihatkan kebahagiaan yang entah bahagia betulan atau tidak, aku tak pernah yakin. Sepertinya memang sebelum ini pun aku telah jatuh cinta.
Jika memang menjadi pujangga dan pecinta buku bisa membuat ku selalu dekat dengan mu aku ingin seterusnya menjadi pujangga dan pecinta buku, aku takut jika aku berhenti. kau akan pergi entah kemana, seperti dua tahun lalu dan tidak akan pernah ada topik pembicaraan lagi.
Apakah kamu tahu? begitu sulit rasanya mengubur semua rasa, berpura-pura sibuk dengan hal yang sebenarnya sepele, hal yang padahal bisa aku lakukan hanya dalam hitungan waktu.
Tuan Daffa Ardi Pratama, Tuan Matahari yang selalu menyenangkan bahkan sampai saat ini.
Kamu adalah candu bagi ku setiap kata-kata mu pun pujian mu tentang ku, mungkin bisa jadi kamu melakukan itu bukan hanya kepada ku, bagaimana dengan gadis lain? aku yakin begitu banyak gadis yang kau perlakukan seperti itu. Itulah sebabnya aku lebih memilih bersikap biasa di depan mu yang entah apakah kamu tahu, aku berusaha mati-matian melakukannya. Berusaha mencengkram rasa ku sendiri, tapi mengapa kali ini begitu sulit Tuan?
Cinta adalah kekonyolan yang memang benar adanya
Ketika kamu mengajak ku melihat senja, sebetulnya aku meragu. Semenjak peristiwa itu aku mulai membenci senja tuan, meganggapnya tidak ada. Menunggu sang malam muncul dengan gagah berani membawa bulatan indah dan aku mulai menyukai malam juga bulan
Aku selalu menganggap diriku rapuh seperti bulan, ia membutuhkan cahaya untuk berpijak, tapi kau adalah cahaya ku untuk apa lagi aku terus mencari? tapi sepertinya kau tak pernah menganggap demikian, kau selalu menganggap ku tangguh seperti prajurit perang.
Tapi dengan mu tuan, aku mulai belajar mencintai senja kembali. Mencoba menyembuhkan segala luka yang pernah tersisa di masa lalu.
Sayangnya Tuan, bukan luka yang disebabkan senja yang aku takutkan. Luka kesetiaan yang membuat ku takut, salah ku memang yang men-stereo typekan setiap lelaki jauh dari kesetian walaupun beribu kali ibu ku bilang "tidak semua lelaki seperti itu".
Maaf Tuan, aku lebih memilih mengubur semua rasa. Biarlah aku yang menderita sendiri, semoga kamu juga melakukan demikian
Semoga kamu belum menanam rasa yang sama seperti ku
Terima kasih karena kau mengajari ku mencintai senja kembali.
[Draft] [send]
Draft, if u're not ready to send
Finally, i choose draft. Keep the secret only become a secret
YOU ARE READING
Tuan Matahari dan Nona Bulan
Teen FictionApakah kau tahu? Bulan selalu membutuhkan sinar matahari lebih dari apapun, tanpa sinar matahari bulan tak akan pernah bertengger di atas langit dengan begitu indah. Sama dengan Nona Bulan, ia begitu rapuh. Menganggap Tuan Matahari adalah segalanya...