To : Nona Bulan
From : Tuan MatahariSepertinya aku perlu menulis surel ini kepada mu, karena aku begitu takut, takut untuk mengungkapkan segalanya selama dua tahun belakangan.
Sebetulnya aku telah terjatuh sejak lama, aku tahu hal ini akan membawa begitu banyak kenelangsaan bagi ku dan kamu, segala upaya telah ku coba untuk menjauhkan rasa ini dari penalaran logika dan juga relung hatiku. Konyol sekali.
bahkan sebelum aku menjadi partner lomba puisi mu, aku selalu terpesona memandangi mu sampai sekarang, itulah sebabnya aku lebih banyak bicara daripada memandangi mu.
Aku sungguh menggigil, air muka ku berubah hanya kau gadis yang ku puja sejak dulu. Tapi aku begitu naif, di hadapan mu aku malah memuja gadis lain.
Aku menyukai bagaimana cara mu berbicara bahasa inggris di depan kelas, atau cara mu mempresentasikan setiap tugas yang diberikan guru. Cerdas sekali, untuk gadis seusia mu
Apakah kamu masih ingat ketika pertemuan kita setelah dua tahun terpisah? Kamu bilang syarat untuk orang yang jatuh cinta dengan mu adalah menyukai buku-buku mu, untung saja sekarang aku mulai menyukai buku. Tapi kamu tak pernah memberitahu jenis buku apa yang kamu suka, kamu hanya mendengarkan ku bercerita tentang buku, menyahut seperlunya.
Apakah ini pertanda aku tak pernah diizinkan untuk mengetuk hati mu? Lalu untuk apa kita bertemu? Untuk saling berpisah kembali? Kamu rumit. Bahkan benang paling kusut pun masih bisa ku uraikan dengan baik, jika aku terus berusaha, sedangkan kamu? Tidak bisa ku pahami sama sekali. Kamu adalah gadis pertama, mungkin akan menjadi satu-satunya, bahkan ibuku tak pernah ku ajak melihat senja.
Disana kita membahas tentang Matahari dan Bulan, kamu memanggil ku Tuan Matahari, tapi sebetulnya kamulah matahari ku. Akulah bulannya, selamat! aku berpendar pada mu kamulah pusat ku.
Tapi satu hal yang tak pernah ku mengerti mengapa kamu begitu membenci senja? Aku harap kamu akan belajar menyukainya, seperti aku yang akan belajar memahamimu, dengan begitu aku akan lebih mudah memiliki akses masuk.
Kamu pernah bertanya apakah bulan terlihat rapuh? Sebetulnya aku ingin menjawab tidak, bulan tidak rapuh, buktinya ia bisa dengan tabah menerima lolongan serigala tanpa takut, tapi kata-kata itu urung ku keluarkan. Aku membiarkan mu mematung dengan pertanyaan yang menggantung di udara. Semenjak kita melihat senja aku mulai khawatir terhadap mu, raut muka mu begitu berubah, belum pernah aku melihat Matahari yang menyenangkan berubah menjadi awan mendung, aku tahu tak ada yang baik-baik saja setelah itu.
Aku memutuskan untuk menunggu di parkiran rumah mu, berdoa agar kau keluar dengan tersenyum lalu mengucapkan terima kasih padaku, ternyata itu hanya anganku semata. Aku memilih pulang, lalu mencoba untuk mengabarimu melalui pesan elektronik kamu membalas dengan titik dua dan kurung buka, aku tahu kau sedang berdusta Nona.
[Draft] [Send]
Draft if u're not ready to send this message
Akhirnya aku memutuskan untuk hanya mendraftkan surel ku
YOU ARE READING
Tuan Matahari dan Nona Bulan
Teen FictionApakah kau tahu? Bulan selalu membutuhkan sinar matahari lebih dari apapun, tanpa sinar matahari bulan tak akan pernah bertengger di atas langit dengan begitu indah. Sama dengan Nona Bulan, ia begitu rapuh. Menganggap Tuan Matahari adalah segalanya...